“The Doll 3” menjadi penutup trilogi “The Doll” dari Rocky Soraya dan Hitmaker Studios.
Saya sendiri bingung kenapa disebut sebagai trilogi karena nyatanya ada “Sabrina” yang nyempil di antara “The Doll 2” dan “The Doll 3” ini.
Kabarnya, ini merupakan salah satu film Indonesia dengan biaya produksi termahal karena menggunakan peralatan dan properti yang didatangkan langsung dari Amerika Serikat.
Selain itu, film yang masih menghadirkan karakter bu Laras dan pak Raynard ini menggunakan teknologi animatronik untuk boneka. Sama seperti yang ada di franchise film “Child’s Play”. Yang pertama di Indonesia.
Lantas seperti apakah ceritanya? Layakkah untuk ditonton?
Simak yuk sinopsis beserta review singkat dari film The Doll 3 di bawah ini.
Sekilas Tentang
Setelah kecelakaan yang menewaskan kedua orang tua Tara, Tara kini hanya memiliki seorang adik laki-laki bernama Gian sebagai anggota keluarganya. Namun, kecelakaan itu membuat Gian trauma, sehingga Gian memilih untuk mengakhiri hidupnya.
Tanggal Rilis: 26 Mei 2022
Durasi: 1 jam 55 menit
Sutradara: Rocky Soraya
Produser: Rocky Soraya
Penulis Naskah: Riheam Junianti
Produksi: Hitmaker Studios
Pemain: Jessica Mila, Winky Wiryawan, Masayu Anastasia, Montserrat Gizelle, Zizie Zidane, Sara Wijayanto, Jeremy Thomas, Miranty Dewi
Sinopsis Film / Alur Cerita
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Silahkan langsung SKIP ke bagian Review Film jika ingin membaca ulasan tanpa spoiler
Sejak kedua orangtuanya mengalami kecelakaan, Tara (diperankan oleh Jessica Mila) tinggal bersama adiknya, Gian (diperankan oleh Zizie Zidane).
Gian yang turut mengalami kecelakaan menjadi trauma dan merasa takut kehilangan lagi orang yang ia sayang.
Tak lama setelah Tara dilamar oleh Aryan (diperankan oleh Winky Wiryawan), Gian bunuh diri. Hal itu membuat Tara sangat terpukul.
2 bulan semenjak kematian Gian, Tara masih belum bisa move on. Ia terus mencari cara untuk bisa bertemu kembali dengan adiknya.
Hingga kemudian ia meminta bantuan seorang dukun untuk memasukkan arwah Gian ke dalam boneka interaktif bernama Bobby.
Cara tersebut ternyata berhasil. Melalui Bobby, Tara bisa berkomunikasi dengan Gian.
Masalah mulai terjadi saat Aryan meminta Tara untuk menginap di rumahnya dan menemani Mikha (diperankan oleh Montserrat Gizelle), putri Aryan dari pernikahannya sebelumnya.
Gian merasa cemburu dan berulangkali berusaha membunuh Aryan serta Mikha.
Tara akhirnya menceritakan hal itu pada Rere (diperankan oleh Masayu Anatasia), sahabatnya.
Kebetulan, sepupu Rere adalah salah satu klien dari bu Laras (diperankan oleh Sara Wijayanto), yang pernah dibantu dalam urusan boneka hantu.
Walau sempat memberitahu apa yang harus dilakukan oleh Tara, berdasarkan petunjuk dari bu Laras, Rere tewas dibunuh oleh Gian.
Begitu pula dengan dukun yang sebelumnya memasukkan arwah Gian ke dalam boneka Bobby.
Karena Gian mengancam akan membunuh Aryan dan Mikha apabila Tara tidak meninggalkan mereka, Tara pun memilih untuk menuruti kata-kata Gian.
Aryan memberitahu Tara bahwa Gian sudah membunuh Rere.
Tara makin yakin bahwa suka tidak suka ia harus menyingkirkan Gian.
Setelah bersusah payah dan memakan lebih banyak korban, Tara pun berhasil melakukannya.
Ia melemparkan boneka Bobby ke dalam air dan otomatis membuatnya korslet dan hangus terbakar.
Sebelum itu, Gian sempat mengatakan bahwa ada hal lain yang membuatnya dendam terhadap Aryan dan Mikha. Petunjuknya adalah sebuah foto di kamar Aryan.
Tara mengecek foto yang dimaksud. Ia pun kaget mengetahui bahwa pelaku penabrakan terhadap kedua orangtuanya adalah Aryan.
Walau kemudian Tara bisa memaafkannya, namun ia memutuskan untuk berpisah dan memulai hidup yang baru tanpa Aryan dan juga Mikha.
Ulasan / Review Film The Doll 3
Boneka yang dimasuki setan atau setan yang berwujud boneka?
Itulah yang menjadi pertanyaan di sepanjang durasi penayangan film “The Doll 3” ini.
Pasalnya, banyak sekali momen dimana Bobby tidak lagi beraksi seperti layaknya ‘dirasuki’ hantu.
Dimana ia bisa berpindah tempat dengan secepat kilat seolah dialah hantu yang sesungguhnya.
Hal semacam ini tidak terjadi pada ketiga film pendahulunya. Kalau pun ada, masih dalam tahap bisa dimaklumi.
Bahkan dalam semesta “Child’s Play” yang menjadi ‘inspirasi’ seri “The Doll”, perpindahan boneka Chucky dari satu lokasi ke lokasi lain tetap bisa dinalar.
Plus diperkuat dengan diterbitkannya komik berjudul sama yang semakin memperjelas bagaimana boneka yang sama-sama dirasuki arwah tersebut bisa pergi dari satu lokasi ke lokasi lain.
Sementara yang ditunjukkan dalam “The Doll 3” agak kurang meyakinkan.
Ngomong-ngomong soal semesta “Child’s Play”, beberapa adegan tidak bisa dipungkiri mengingatkan saya pada judul-judul dalam semesta tersebut.
Tidak usah dijelaskan yang mana. Yang sudah pernah menonton pasti bisa menemukannya yang saya maksud kok.
Premis khas seri “The Doll” sendiri dipertahankan oleh Rocky Soraya.
Kecelakaan, kehilangan orang yang tersayang, gagal move on, dapat ide dari sahabat, dan akhirnya cari cara untuk bisa kembali bersua dengan yang sudah tiada.
Yang menjadi pembeda tebal adalah peran bu Laras yang tidak lagi dominan. Kali ini hanya numpang lewat.
Sayangnya, hilangnya peran bu Laras secara aktif dalam cerita membuat ciri khas franchise “The Doll” juga ikut hilang.
Yaitu ketika film dibuka dengan cerita pendek dan baru diungkapkan hubungannya dengan cerita utama di babak akhir.
Padahal bagi saya itu adalah yang membedakan serial ini dengan film-film horor Indonesia lainnya.
Adegan absurd? Tentu saja ada. Namanya juga berusaha untuk membangkitkan suasana tegang.
Salah satu triknya pasti adalah dengan menyelipkan tindakan bodoh dari karakter-karakter yang ada. Atau momen WTF.
Supaya yang nonton jadi gregetan dan terbawa emosi.
Well, setidaknya setelah menonton film “The Doll 3” ini saya tidak kepikiran lagi apabila berada dalam lift dan lift tersebut meluncur jatuh gegara talinya putus.
Paling cuma lecet doang.
Untuk aktingnya sendiri bagi saya tidak ada masalah. Twist klise di ending, ditambah dengan pembawaan yang meyakinkan dari Jessica Mila dan Winky Wiryawan, mungkin bakal membuat sebagian orang meneteskan air mata.
Oh ya. Ada ucapan kata-kata KASAR di dalam dialog babak puncak. Bagi orangtua sebaiknya dipikirkan ulang untuk mengajak putra putrinya yang masih kecil untuk menonton “The Doll 3”.
Lagipula ratingnya juga 17 tahun ke atas sih.
Penutup
Dari awal franchise “The Doll” memang sudah identik dengan aksi bacok-bacokan antara manusia versus boneka. Tak terkecuali “The Doll 3”.
Sayangnya, film ini terlihat berusaha keras untuk menyajikan hal itu sehingga melupakan banyak hal yang sebenarnya berpotensi membuat penonton ilfil.
Adanya adegan absurd dan inkonsistensi menandakan naskahnya kurang digarap dengan serius.
Sebuah penutup ‘trilogi’ yang tampil mengecewakan.
Saat artikel ini ditayangkan, film “The Doll 3” ini bisa ditonton di seluruh jaringan bioskop XXI dan CGV.
Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi
Review The Doll 3 2022
- Story
- Acting / Characters
- Horror / Jump Scare
- Recommended Watching
Summary
Penutup trilogi “The Doll” yang mengecewakan. Ada ciri khas yang dibuang walau sebagian besar dipertahankan. Banyak momen absurd dan inkosistensi dalam cerita. Twist klise namun mengejutkan. Bukan karena tidak disangka-sangka, namun karena dari awal tidak ada petunjuk bahwa hal itu menjadi sebuah masalah. Seandainya disebut di awal saya yakin kemungkinan besar tertebak. Aktingnya sendiri oke dan cukup meyakinkan.
Leave a Reply