Sudah banyak bahasan mengenai zombie di Curcol.Co. Mulai dari komik, serial TV, hingga film.
“The Cured”, walau masih mengusung tema mayat hidup agresif sebagai benang merah, menawarkan sesuatu yang tidak biasa dari yang disajikan kompetitornya.
Pasalnya, bintang utamanya bukan lagi zombie. Melainkan mantan zombie yang sudah berhasil disembuhkan dari virus yang menginfeksi mereka.
Nah, sudah kebayang kan serunya?
Seperti apa filmnya, simak deh sinopsis dan resensi singkatnya di bawah ini.
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Alur Cerita / Sinopsis Singkat
Pasca pandemi virus zombie yang menyerang negara-negara Eropa, para ilmuwan berhasil menemukan antivirus yang menyembuhkan orang-orang dari ‘penyakit’ tersebut. Hanya saja, ingatan mereka saat menjadi zombie tetap terekam dalam ingatan.
Walau belum 100% efektif, dimana masih ada sebagian kecil zombie yang kebal terhadap antivirus, pemerintah lantas membuat program untuk mengembalikan mantan zombie ke masyarakat.
Sayangnya, kebanyakan orang tidak menerima program tersebut begitu saja. Mereka tetap menganggap mantan-mantan zombie itu sebagai pembunuh.
Senan Browne (diperankan oleh Sam Keeley) dan Connor (diperankan oleh Tom Vaughan-Lawlor) adalah dua di antara zombie yang telah berhasil disembuhkan.
Awalnya Senan diterima dengan baik oleh Abbie (diperankan oleh Elliot Page), istri Luke (diperankan oleh Peter Campion), kakak Senan yang turut menjadi korban keganasan zombie.
Abbie bahkan tetap tegar walau tetangga sekitar mem-bully-nya akibat mempersilahkan Senan untuk tinggal di rumahnya bersama dengan Cilian (diperankan oleh Oscar Nolan), putranya.
Hingga pada akhirnya terungkap bahwa Senan, pasca digigit oleh Connor, membunuh Luke. Abbie yang emosi lantas mengusir Senan dari rumahnya.
Connor sendiri sulit menerima kehidupan barunya yang kini dipandang sebelah mata. Terlebih ia sebenarnya merupakan bagian dari keluarga berada.
Tekanan demi tekanan, termasuk dari pihak militer, membuat Connor mengambil jalur ekstrim.
Ia diam-diam membentuk Cured Alliance, kelompok mantan zombie yang sakit hati dengan perlakuan masyarakat terhadap mereka.
Aksi Cured Alliance semakin hari semakin ekstrim. Puncaknya, Connor berhasil memperalat dokter Joan Lyons (diperankan oleh Paula Malcomson) untuk membukakan akses ke barak penampungan zombie dan membebaskan mereka semua.
Connor juga sempat mengajak Senan untuk bergabung. Senan menolak. Ia bahkan bekerjasama dengan pihak militer untuk mencoba menangkap Connor.
Setelah berhasil lolos, Connor jadi dendam terhadap Senan.
Di tengah kekacauan yang terjadi pasca zombie-zombie menyerang kota, Connor berusaha menginfeksi orang-orang terdekat Senan.
Pada prosesnya, Senan memang berhasil mencegah Connor membuat zombie menginfeksi Cilian.
Namun di luar dugaan, di saat Senan dan Abbie sudah merasa aman, ada zombie lain yang muncul secara tiba-tiba dan berhasil menggigit Cilian.
Dengan rencana pemerintah untuk menghabisi para zombie (yang tidak bisa disembuhkan) agar kejadian serupa tidak terulang, Senan menawarkan untuk membawa Cilian yang sudah terinfeksi bersamanya.
Ia memastikan pada Abbie bakalan menjaga Cilian agar tidak menyerang siapa pun. Sampai nanti diketemukan antivirus yang lebih ampuh.
Mau tidak mau Abbie mengiyakan.
Tanggal Rilis: 9 September 2017
Durasi: 95 menit
Sutradara: David Freyne
Produser: Rory Dungan, Rachel O’Kane, Elliot Page
Penulis Naskah: David Freyne
Produksi: Tilted Pictures, Bac Films, Savage Productions
Pemain: Elliot Page, Sam Keeley, Tom Vaughan-Lawlor
Review Singkat The Cured
Sebagai penggemar kisah-kisah zombie, saya pribadi tidak menyangka premis tentang mantan zombie yang diusung dalam “The Cured” bakal mampu membuat saya betah menonton hingga akhir.
Sebagian besar adegan zombie memang hadir dalam bentuk kilas balik. Kendati demikian, David Freyne sepertinya tahu sebagian besar penonton film ini menginginkan yang lebih.
Itu sebabnya tetap ada aksi invasi mereka di babak ketiga. Sebuah langkah yang cukup bijak.
Namun langkah bijak tidak serta merta membuat film ini auto berkualitas.
Sebagai film bergenre horor, “The Cured” sangat gagal dalam hal menakut-nakuti. Tidak ada aksi sadis para zombie yang tersaji.
Bahkan adegan-adegan flashback yang niatnya mempertontonkan kebrutalan Senan saat masih terinfeksi virus zombie pun terasa membosankan karena terus-terusan diulang.
David seperti menganggap penonton tidak ngeh apa yang terjadi di masa lalu Senan sehingga sengaja mencicil pengungkapan momen terbunuhnya Luke, kakak Senan. Nyatanya, sedari awal hal tersebut sudah bisa diprediksi.
Beberapa bagian dari cerita juga terasa tidak mengalir begitu saja. Kurang natural.
Terutama perubahan karakter Connor hingga menjadi sedemikian antipati terhadap pemerintah. Dari yang levelnya 80 misalnya, bisa mendadak lompat menjadi level 100 tanpa ada pemicu.
Untungnya, secara keseluruhan cerita “The Cured” masih bisa dipahami. Tidak keberatan pula untuk menonton sekuelnya jika suatu saat nanti ada.
Penutup
“The Cured” menghadirkan premis yang patut diapresiasi. Tidak biasa dan memancing otak kita untuk berpikir. Bagaimana jika kejadian tersebut benar-benar terjadi di dunia nyata.
Faktanya, di awal-awal pandemi tahun lalu, hal serupa memang benar terjadi. Dimana para penyintas justru dijauhi dan diasingkan dari lingkungan sekitarnya.
Sayangnya, tidak semuanya berhasil dieksekusi dengan sempurna.
Adegan flashback yang berulang dan semakin lama semakin mengganggu serta alur yang mudah ditebak adalah salah dua di antaranya.
Sebagai judul yang menasbihkan dirinya sebagai genre horor pun film ini gagal membuat merinding. Sayang sekali.
5/10. Bisa jauh lebih baik lagi jika digarap dengan serius.
Film “The Cured” bisa ditonton secara streaming melalui layanan Genflix.
Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi
Leave a Reply