Review Film The Bar (2017)

“The Bar” atau “El Bar” adalah film Spanyol bergenre black comedy thriller yang ditayangkan perdana pada tahun 2017 lalu. Film ini meraih skor 6.3 di IMDB, menandakan (seharusnya) kualitasnya di atas rata-rata. Keseluruhan ceritanya mengambil latar kota Madrid, tepatnya di sebuah bar di area yang padat pejalan kaki. Seperti apa ceritanya? Simak sinopsis dan review singkatnya di bawah ini, ya.

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Sinopsis Singkat

poster thebar

Elena masuk ke dalam sebuah bar di tengah kota Madrid. Tanpa disangka, beberapa saat kemudian, seorang pria yang keluar dari bar tersebut tiba-tiba ditembak oleh seseorang. Begitu pula dengan pria lain yang hendak menolongnya. Anehnya, saat itu juga kondisi di luar bar seketika lengang. Tidak nampak seorang pun di lokasi yang biasanya dipadati orang lalu lalang.

Elena dan orang-orang lain yang terkurung dalam bar mulai mengira-ngira apa yang sebenarnya terjadi. Sempat saling menyalahkan, mereka kemudian berkesimpulan bahwa semuanya itu adalah ulah pemerintah setempat. Hal itu terkonfirmasi dari seorang pengunjung bar yang sejak terjadinya penembakan berada di dalam kamar mandi. Ia rupanya terjangkit sebuah virus yang mematikan. Agar virus tersebut tidak menyebar, pihak kepolisian mengisolasi bar tersebut dan menembaki siapa pun yang keluar dari sana.

Sesaat sebelum pria tersebut meninggal, ia berteriak agar tidak ada yang menyentuhnya. Apes, Elena, Nacho, Trini, Sátur, dan Israel (yang kurang waras otaknya) sudah terlanjur melakukannya. Kelimanya lantas dipaksa untuk mengurung diri mereka sendiri di basement penyimpanan bahan makanan.

Di sana, mereka menemukan sebuah lubang air yang tembus ke saluran pembuangan air (gorong-gorong). Israel sempat mencoba menerobos masuk, namun usahanya gagal karena lubang tersebut terlalu sempat. Sementara itu, dari bar tiba-tiba terdengar suara tembakan dan ledakan api. Tak lama setelah kondisi kembali sepi, Elena dkk mengecek kondisi di atas. Rekan-rekan mereka yang lain yang sebelumnya mengurung mereka sudah tidak ada lagi di sana. Kondisi bar sendiri sudah kacau balau, bekas terjadi serangan.

Dari balik puing, mereka menemukan ponsel milik pria yang terjangkit virus. Ternyata ada informasi mengenai vaksin virus yang dibawa oleh pria tersebut. Jumlahnya 4 buah. Israel yang pertama kali menemukannya langsung menyuntikkan salah satunya untuk dirinya sendiri. Dengan hanya tersisa 3 buah vaksin dan masih ada 4 orang yang harus disuntik, situasi pun makin pelik. Ditambah dengan kontainer vaksin yang tanpa sengaja dijatuhkan Trini ke gorong-gorong.

Dengan perjuangan, bersusah payah mereka semua turun ke gorong-gorong. Kali ini mereka sudah tidak bisa lagi menahan diri. Satu demi satu tewas karena saling tidak mau mengalah. Hingga pada akhirnya hanya tersisa Elena dan satu dosis vaksin yang kemudian ia suntikkan ke lengannya. Ia pun keluar melalui lubang air di trotoar, tidak jauh dari tempat bar berada.

Tanggal Rilis: 24 Maret 2017
Durasi: 102 menit
Sutradara: Álex de la Iglesia
Produser: Carolina Bang, Álex de la Iglesia, Mercedes Gamero, Mikel Lejarza, Kiko Martínez
Penulis Naskah: Álex de la Iglesia, Jorge Guerricaechevarría
Produksi: A Pokeepsie Films, Nadie es Perfecto, Atresmedia Cine
Pemain: Mario Casas, Blanca Suarez

Review Singkat

Film-film psikologis dalam ruang tertutup semacam “The Bar” ini selalu seru untuk diikuti, selama ada keragaman karakter DAN aktor / aktris yang berperan tidak ecek-ecek. Untungnya film ini berhasil memadukan keduanya dengan baik. Saya jadi ikut gregetan sendiri dengan tingkah polah beberapa karakter yang ada, termasuk si karakter utama. Apalagi ada sosok tidak waras yang ulahnya random, membuat tensi cerita bisa mendadak naik turun.

Cerita secara keseluruhan mungkin tidak terlalu spesial. Ada beberapa dialog yang tidak begitu make sense. Begitu pula saat karakter-karakter yang tersisa berusaha turun ke selokan air melalui lubang pembuangan. Ada detil-detil yang tidak konsisten di sana.

Yang paling disesalkan mungkin adalah bagian penutup, saat Elena keluar dari lubang pembuangan air. Dengan TKP yang diberitakan baru saja terjadi insiden dan banyak orang berdatangan untuk melihat, semuanya tampak tidak peduli dengan Elena yang keluar dengan kondisi berdarah-darah dan hanya mengenakan pakaian dalam. Hanya satu yang lantas memakaikan mantelnya pada Elena Logikanya, kalau pun tidak ada yang menolong, dengan situasi yang sedemikian rupa, seharusnya sebagian orang bakal kaget, berlari menjauh, atau sejenisnya. Ini bahkan terlihat jelas ada polisi di dekat Elena, namun tidak seorang pun yang memberitahu polisi tersebut. Aneh bin ajaib.

Kekuatan “The Bar” jelas pada akting para pemainnya. Kita bakal dibawa ikut menebak-nebak, siapa yang bakal bersikap baik, atau sebaliknya. Saya pribadi bahkan tidak menyangka karakter Nacho bakal jadi penolong Elena di menjelang akhir.

Poin positif lain adalah penggunaan tiga latar yang berbeda (bar, basement, dan saluran pembuangan air). Meski tidak banyak, namun ketiganya mampu dimanfaatkan dengan optimal.

Penutup

Dengan memanfaatkan jumlah set yang minimalis, “The Bar” sukses menghadirkan sebuah film yang menunjukkan seperti apa sebenarnya sifat asli berbagai macam individu di saat mereka dalam situasi terdesak. Hampir semuanya terasa mengalir dan tidak ada kesan dipaksakan. Satu dua kesalahan minor bisa dilupakan berkat akting jajaran pemain yang tidak mengecewakan. Sayang endingnya terlalu didramatisir sehingga justru terlihat tidak masuk nalar. Could be better. 6.5/10.

Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf thebar

Leave a Reply