Review Film Takut: Tujuh Hari Bersama Setan (2015)

“Takut: Tujuh Hari Bersama Setan” adalah film yang diadaptasi dari novel “Tujuh Hari Di Villa Mencekam” karangan Cerberus Plouton. Novel tersebut juga sudah go international, hadir di negara Malaysia dengan tajuk “Kelibat Setan”. Naskah skenarionya digarap oleh Fatimah Fahim, sementara sutradaranya dipegang oleh Nayato Fio. Hmmm, sepertinya sudah bisa dibayangkan seperti apa kualitasnya, ya. Atau mungkin bakal ada kejutan? Simak deh sinopsis dan review singkatnya di bawah ini.

Sinopsis Singkat

poster takut

Karena masalah kesehatan, Yudha (diperankan oleh Andrew Andika) pindah untuk sementara waktu ke Villa Andaru milik keluarganya yang ada di daerah pegunungan. Di sana ia berkenalan dengan Elisa (diperankan oleh Mayang Yudittia) dan Dewa (diperankan oleh Aditya Rino). Keduanya, sama-sama memiliki kemampuan indigo, sedang mencari kakak Elisa, Erlita, yang hilang di sekitar daerah vila tersebut. Anehnya, semenjak tinggal di vila, Yudha mulai dihantui oleh sosok seorang wanita. Rumor yang beredar, itu adalah arwah penasaran seorang wanita yang gantung diri di Penginapan Cempaka, tempat Elisa dan Dewa menginap. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa pula Nia (diperankan oleh Demmy Febriana) begitu penasaran dan terus memata-matai Elisa? Adakah hubungan semua itu dengan Erlita?

Tanggal Rilis: 18 Februari 2015
Durasi: 90 menit
Sutradara: Nayato Fio Nuala
Produser: Rafdy Farizan Bintang
Penulis Naskah: Fatimah Fahim, Cerberus Plouton
Produksi: BIC Pictures
Pemain: Andrew Andika, Mayang Yudittia, Aditya Rino, Demmy Febriana, Kenny Mayang, Akbar Kurniawan, Damita Argobie, Audla Shavira

Review Singkat

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Niat hati ingin rehab menyembuhkan sakit paru-paru yang diderita di sebuah villa, seorang pria justru terus menerus mendapat teror gaib dari hantu seorang wanita. Secara kebetulan, ia berkenalan dengan dua orang indigo yang sedang dalam misi mencari seseorang. Bersama-sama mereka berusaha untuk memecahkan rahasia apa yang sebenarnya terjadi dalam villa tersebut. Dan kejutan akhir yang sungguh tidak terduga pun mereka dapatkan.

Pertama-tama, jangan tertipu dengan posternya. Entah itu gambar nyomot dari mana. Yang jelas sama sekali tidak ada penampakan rumah seperti yang ada di dalam poster. Settingnya pun berbeda, tidak jadul seperti itu. Gak habis pikir apa maksudnya sedari awal sudah terang-terangan menipu penonton.

Dari segi cerita, film “Takut: Tujuh Hari Bersama Setan” ini sebenarnya cukup baik. Setidaknya tidak berantakan dan tidak banyak lubang yang kentara. Misteri yang dihadirkan tidak terlalu rumit. Bahkan sudah bisa ditebak di babak kedua. Untung saja karakter Yudha tidak cerdas-cerdas amat, sehingga film tidak berakhir di situ.

Film ini juga punya twist ganda. Idenya menarik. Sayang untuk twist pertama petunjuknya sudah diumbar sejak pertengahan cerita. Sampai bosan. Untuk twist kedua jujur saya tidak menduga. Saya pikir petunjuk-petunjuk yang berkaitan (sikap resepsionis yang curiga seolah tanpa alasan) adalah bagian dari ketidakmatangan skenario. Boleh lah.

Akting jajaran pemainnya cukup. Pas sesuai porsi. Tidak ada yang lebay, tidak ada pula yang seperti kurang gizi alias letoy. Pas aja.

Permasalahan utama datang dari jump scare. Nayato Fio seperti terobsesi untuk memecahkan rekor jumlah jump scare terbanyak dalam sebuah film horor. Jika teman-teman menganggap jump scare tiap 5 menit sekali sudah kebangetan, tunggu sampai setelah menonton “Takut”.

Sutradara juga beranggapan bahwa jump scare tanpa suara dentuman memekakkan telinga adalah hoaks. Jadilah, efek suara bertubi-tubi yang menjadikan film ini tidak ubahnya film perang saking berisiknya.

Jadi takut? Sama sekali tidak. Yang ada justru jijik dan miris. Saya memang belum banyak menyimak portofolio genre horor dari seorang Nayato Fio, tapi sepertinya saya sudah bisa menyimpulkan bahwa film ini ada di deretan terbawah dari segi kualitas.

Penutup

Mengadaptasi cerita dari sebuah novel populer harusnya merupakan bekal tersendiri untuk bisa membuat film yang berkualitas. Ajaibnya, “Takut: Tujuh Hari Bersama Setan” justru gagal melakukannya. Tanpa perlu membaca novelnya saja saya yakin ini bukan adaptasi yang diharapkan oleh para pembacanya. Beruntung alur cerita masih bisa diikuti dan ada sajian double twist di akhir. 2/10 untuk kedua poin tersebut.

rf takut

Leave a Reply