“Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur” (“Buried Away”) bisa dibilang sebagai proyek menghidupkan kembali sosok legendaris yang dianggap sebagai ratu film horor Indonesia, Suzzanna Martha Frederika van Osch.
Sosok tersebut ternyata ada dalam diri Luna Maya. Banyak orang yang mengamininya.
Terbukti dengan berhasilnya judul ini bertengger di posisi kedua daftar film Indonesia terlaris di tahun 2018.
Yang sudah pernah menonton film-film horor sang ratu tentunya tahu bagaimana tatapan matanya yang tajam sekaligus dingin bisa membuat kita merinding. Tanpa perlu berkata apa-apa.
Dan itu bisa ditemui di film ini.
Menariknya, judul “Bernapas Dalam Kubur” sendiri adalah perpaduan dari dua judul film lawas Suzanna — “Bernapas Dalam Lumpur” dan “Beranak Dalam Kubur“. Pun begitu, ceritanya tidak ada hubungannya dengan kedua film tersebut.
Nah, lantas seperti apakah ceritanya? Layakkah untuk ditonton?
Simak yuk sinopsis beserta review singkat dari film “Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur” di bawah ini.
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Daftar Isi
Sekilas Tentang
Setelah seorang wanita hamil dibunuh, rohnya berusaha membalas dendam terhadap pembunuhnya yang semakin ketakutan, yang bertekad untuk menghabisinya untuk selamanya.
Tanggal Rilis: 15 November 2018
Durasi: 125 menit
Sutradara: Rocky Soraya, Anggy Umbara
Produser: Sunil Soraya
Penulis Naskah: Bene Dion Rajagukguk
Produksi: Soraya Intercine Films
Pemain: Luna Maya, Herjunot Ali, Teuku Rifnu Wikana, Verdi Solaiman, Alex Abbad, Kiki Narendra, Asri Welas, Opie Kumis, Ence Bagus
Sinopsis Film / Alur Cerita
Suzanna (diperakan oleh Luna Maya) dan Satria (diperankan oleh Herjunot Ali) adalah pasangan suami istri yang sudah lama mendambakan keturunan.
Setelah 5 tahun menunggu, Suzanna akhirnya hamil. Satria gembira mendengar kabar tersebut.
Di kantor, Satria menolak permintaan kenaikan gaji oleh dua orang karyawannya, Jonal (diperankan oleh Verdi Solaiman) dan Umar (diperankan oleh Teuku Rifnu Wikana).
Keduanya beralasan mereka hanya mewakili pegawai-pegawai yang lain. Satria tidak mempercayainya.
Umar lantas berjanji akan bernegosiasi dengan rekan-rekannya mengenai hal itu.
Beberapa waktu kemudian, Satria diperintahkan oleh atasannya untuk melakukan perjalanan dinas ke Jepang selama beberapa hari.
Satria sempat menolak karena ingin menemani istrinya hingga melahirkan. Namun ia tetap diharuskan untuk pergi.
Jonal berniat untuk merampok rumah Satria. Ia tahu Satria sudah berangkat ke Jepang.
Jonal mengajak Umar, Gino (diperankan oleh Kiki Narendra), dan Dudun (diperankan oleh Alex Abbad).
Dudun awalnya ragu. Ia takut terjadi apa-apa pada Suzanna, wanita yang diam-diam ia cintai.
Mendengarnya, Jonal justru meyakinkan Dudun untuk ikut agar bisa sekaligus menjaga Suzanna.
Dudun akhirnya setuju. Ia memberitahu bahwa mereka bisa melakukan rencana tersebut besok malam, di saat Suzanna dan para pembantu di rumahnya menonton layar tancap.
Sesuai informasi dari Dudun, esok malamnya Suzanna dan 3 orang pekerja di rumahnya — Mia (diperankan oleh Asri Welas), Rojali (diperankan oleh Opie Kumis), dan Tohir (diperankan oleh Ence Bagus) — pergi menonton layar tancap.
Setelah memastikan mereka tidak ada di rumah, Jonal dkk menyusup masuk ke dalam rumah Satria.
Tanpa membuang waktu, mereka berusaha mencari perhiasan dan kunci mobil Satria.
Di luar dugaan, Suzanna merasa tidak enak badan dan memutuskan untuk pulang terlebih dahulu sendirian.
Jonal dan rekan-rekannya terpaksa bersembunyi di dalam rumah hingga Suzanna terlelap.
Saat hendak pergi, Gino tidak sengaja menekan tuts piano. Suaranya membangunkan Suzanna.
Terpergok oleh Suzanna membuat Jonal kalap. Tanpa ragu ia memerintahkan yang lain untuk menangkap dan membunuhnya.
Meski sudah berusaha kabur, pada akhirnya Suzanna pun tewas ketika Dudun tanpa sengaja menusukkan sebatang bambu ke perut Suzanna.
Yang lain auto panik. Namun Umar dengan tegas mengambil alih. Ia memerintahkan Gino untuk merapikan rumah sementara ia dan yang lain mengubur jasad Suzanna.
Di tengah proses penguburan, Suzanna ternyata masih hidup. Sudah kepalang tanggung, Umar tetap memerintahkan untuk melanjutkan aksi mereka.
Esok harinya, Suzanna terbangun di kamarnya. Awalnya ia menganggap kejadian semalam hanyalah mimpi.
Terlebih ia masih bisa berkomunikasi dengan Satria melalui telpon. Juga berinteraksi dengan Mia, Rojali, dan Tohir.
Di sisi lain, ia acap melihat luka di tubuhnya. Mulai dari jari yang berdarah hingga lubang menganga di punggungnya.
Rojali bercerita tentang sosok hantu sundel bolong pada Mia dan Tohir. Sosok tersebut biasanya berasal dari ibu hamil yang mati penasaran.
Suzanna tiba-tiba muncul di belakang mereka. Ia mempertanyakan kenapa bisa ada hantu di dunia.
Tohir menjawab bahwa biasanya disebabkan adanya urusan yang belum selesai. Dan seandainya ia dibunuh lalu menjadi hantu, Tohir pasti akan balas membunuh orang-orang yang telah membunuhnya itu.
Suzanna terdiam mendengarnya.
Dudun mulai dihantui oleh sosok Suzanna. Apes, Umar dan Jonal sama sekali tidak mempercayainya.
Rumor hantu tersebut menyebar ke warga. Termasuk juga ke telinga Mia, Rojali, dan Tohir.
Dengan sikap Suzanna yang belakangan aneh dan lebih banyak menyendiri di kamar, mereka bertiga khawatir bahwa majikan mereka memang benar telah berubah menjadi hantu.
Suzanna kembali menghantui Dudun. Kali ini berujung pada kematiannya di pabrik.
Menindaklanjuti hal itu, Jonal, Umar, dan Gino lantas meminta bantuan pada mbah Turu (diperankan oleh Norman R. Akyuwen), paman Gino yang merangkap sebagai dukun.
Tidak butuh waktu lama bagi mbah Turu untuk mengetahui semua perbuatan Gino dkk.
Ia kemudian memberikan 3 kalung jimat pada mereka. Jimat tersebut bisa menghalangi sundel bolong mendekat.
Giliran Jonal yang kini dihantui oleh Suzanna.
Tidak mau diam saja, ia berusaha membunuhnya dengan pisau.
Apes, yang ia kira adalah Suzanna ternyata adalah Gino.
Berita tentang hantu yang mirip Suzanna semakin berkembang luas di kampung.
Hal itu membuat Rojali, Mia, dan Tohir ketakutan. Apalagi setelah Rojali dan Tohir membuktikan sendiri bahwa majikannya adalah sundel bolong.
Ketiganya lantas berpamitan pada Suzanna untuk pulang kampung.
Satria akhirnya pulang ke rumah. Pun begitu ia tidak curiga mengetahui para pembantunya pulang kampung secara bersamaan.
Sementara itu, Jonal dan Umar kembali mendatangi mbah Turu. Ia geram setelah tahu Gino tewas.
Mbah Turu lalu memberitahu bahwa satu-satunya cara untuk membunuh sundel bolong adalah dengan membakar rumah serta membunuh Satria tepat di hadapan Suzanna.
Umar membuat telpon rahasia dan memberitahu Satria bahwa Suzanna telah mati. Makamnya ada di samping rumah.
Satria awalnya tidak percaya. Namun keyakinannya mulai goyah setelah melihat Suzanna yang panik saat mendengar lantunan ayat Al Qur’an.
Ia langsung memeriksa halaman rumahnya dan benar menemukan jasad istrinya dikubur di sana.
Pulang ke rumah, dengan tegas ia mengusir Suzanna keluar. Ia tidak bisa menganggapnya lagi sebagai istri karena mereka sudah berbeda dunia.
Beberapa saat kemudian, sementara Umar mempengaruhi warga kampung untuk membakar rumah Satria, Jonal mengkonfrontasi Suzanna.
Saat Suzanna lengah, mbah Turu muncul dan menusukkan kerisnya ke kepala Suzanna. Hal itu membuat Suzanna tidak berdaya.
Warga mulai membakar rumah Satria. Ia mencoba menghentikan mereka namun gagal.
Di tengah kekacauan, Umar menarik Satria dan mengajaknya untuk menyingkirkan Suzanna. Satria setuju.
Mereka kemudian tiba di rumah mbah Turu. Sudah ada Suzanna di sana dalam keadaan terikat.
Dengan alasan melakukan ritual, mereka meminta agar Satria duduk diam dan menunggu. Padahal di belakang ada Jonal yang hendak membunuhnya.
Untungnya, di saat terakhir Satria mau mempercayai Suzanna.
Ia berhasil menghindari serangan Jonal sekaligus menarik pisau dari kepala Suzanna.
Ketakutan, mbah Turu kabur dengan diikuti oleh Jonal. Suzanna menyusul keduanya.
Satria lantas berhadapan dengan Umar.
Setelah melalui pertarungan sengit, Satria berhasil membunuh Umar. Sayangnya, punggungnya sempat terkena tusukan keris dari Umar.
Suzanna mengejar mbah Turu dan Jonal yang kabur ke hutan.
Satu per satu ia bunuh dengan sadis.
Satria kemudian muncul dan menemui Suzanna. Setelah meminta maaf pada Satria, Suzanna menghilang.
Tak lama Satria pun meninggal akibat luka tusukan di punggungnya.
Di penutup terlihat arwah Suzanna dan Satria berjalan bersama.
Ulasan / Review Film Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur
Kedua kalinya saya menonton film ini dan pendapat saya ternyata tidak berubah.
Walau penampilan Luna Maya luar biasa, namun tetap tidak bisa menutupi kekurangan naskah skenario yang ada.
Hal ini semakin terasa di babak pamungkas. Keberantakannya sulit untuk diabaikan begitu saja.
Lihat saja bagaimana tubuh Suzanna yang dikubur selama minimal satu minggu sama sekali tidak mengalami perubahan.
Saya sampai mencari referensi luar untuk memastikan dan memang benar. Berhari-hari dikubur tanpa peti harusnya membuat tubuh bereaksi.
Juga ketika mbah Turu berlari di hutan dan tiba-tiba melayang kayu berduri dari pohon seperti yang biasa muncul di film-film perang. Niat banget itu sundel bolong sampai sempat-sempatnya dia bikin perangkap.
Tapi mungkin masalah utama dalam “Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur” adalah durasinya yang terlalu lama. Pasalnya, beberapa bagian terasa dragging dan bertele-tele.
Bisa jadi bakal lebih nyaman untuk ditonton jika durasinya dipangkas 20 menitan.
Momen “usir dia dari kampung ini” menjelang akhir terus terang membuat saya pribadi girang. Sudah lama tidak melihat adegan ikonik yang acap muncul di film horor klasik Indonesia.
Untuk horornya sendiri, well, buat saya biasa-biasa saja sih. Di atas rata-rata tapi tidak terlalu istimewa.
Penutup
“Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur” adalah film horor yang sedikit di atas rata-rata namun terdongkrak eksistensi berkat akting Luna Maya yang spektakuler.
Durasinya terlalu lama dengan beberapa adegan yang bertele-tele. Bahkan menjelang akhir semakin banyak momen yang membagongkan.
Horornya tidak buruk namun juga tidak luar biasa.
6/10. As I said before, sedikit di atas rata-rata.
Film ini bisa ditonton secara streaming melalui layanan Netflix.
Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi
Leave a Reply