Dulu saya pernah mendengar tentang “Suster Keramas” ini. Belum sempat menontonnya sampai dengan sekarang karena memang tidak berminat. Apalagi pada masa itu sempat terjadi kontroversi karena dianggap hanya mengumbar tubuh wanita semata. Serunya lagi, film ini ternyata bisa lolos sensor karena Lembaga Sensor Film (LSF) pada waktu itu tidak mengikutsertakan perwakilan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan alasan tidak ada unsur religi di dalamnya. Meski mendapat pertentangan dari banyak lembaga dan organisasi masyarakat, pada akhirnya “Suster Keramas” tetap tayang di bioskop, namun dilakukan pemeriksaan identitas pada setiap penontonnya. Jadi penasaran, separah apa sih sebenarnya film ini? Simak sinopsis dan review singkatnya di bawah ini.
Sinopsis Singkat
Kayla (diperankan oleh Herfiza Novianti, Barry (diperankan oleh Rizky Mocil), dan Ariel (diperankan oleh Zidni Adam) pergi ke sebuah villa untuk mengerjakan tugas kuliah mereka. Setibanya di villa, Kayla mendapat peringatan dari seorang nenek misterius yang memintanya untuk tidak menyebut nama “suster keramas” tiga kali. Ulah Barry dan Ariel yang memang malas mengejarkan tugas makin menjadi sejak kedatangan Mitchiko (diperankan oleh Rin Sakuragi) yang datang ke villa tersebut dengan ditemani oleh Mang Odong (diperankan oleh Yadi Sembako). Mitchiko berniat untuk menyerahkan barang peninggalan ayahnya pada seorang wanita bernama suster Karmila yang tinggal di daerah situ. Pencarian mereka terhadap suster Karmila ternyata tidak mudah. Selain penduduk sekitar yang tidak mau menanggapi, gangguan misterius menghantui mereka. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapakah sebenarnya suster Karmila?
Tanggal Rilis: 31 Desember 2009
Durasi: 82 menit
Sutradara: Helfi Kardit
Produser: Ody Mulya Hidayat
Penulis Naskah: Abbe Ac
Produksi: Maxima Pictures
Pemain: Herfiza Novianti, Rin Sakuragi, Rizky Mocil, Zidni Adam, Shinta Bachir
Review Singkat
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Saya bisa saja menganggap “Suster Keramas”, film bergenre horor dengan nuansa seks yang kental, sebagai sebuah hiburan, sama seperti dalih produser Ody Mulya Hidayat. Namun saya tidak bisa menutup mata bahwa film ini banyak mengeksploitasi tubuh wanita dan secara tidak langsung merendahkan martabat mereka. Memang, yang banyak menjadi ‘korban’ eksploitasi adalah Rin Sakuragi, yang notabene adalah seorang aktris film p0rn0 di Jepang. Namun bukan berarti lantas produser maupun sutradara berhak untuk memintanya melakukan banyak adegan sensual yang sayangnya, sukses menarik ratusan ribu pengunjung ke bioskop pada masanya.
Jika sebatas menggunakan pakaian terbuka (rok mini, belahan dada rendah) mungkin masih bisa dimaafkan. Toh banyak film horor lain dengan jajaran pemain yang seluruhnya asli produk Indonesia melakukan hal yang sama. Pasalnya, yang dilakoni Rin lebih daripada itu. Dan itu membuat saya muak.
Dari segi cerita sebenarnya tidak buruk. Tidak ada kejanggalan dalam cerita. Selain sosok Mitchiko yang awalnya digambarkan tidak bisa berbahasa Indonesia, namun semakin ke belakang terlihat mampu memahami percakapan orang lain dalam bahasa tersebut. Satu lagi, tentang misi ke vila untuk mengerjakan tugas kuliah. Baru kali ini saya tahu ada anak kuliahan yang melakukan hal itu. Yang ada, menyelesaikan tugas kuliah dulu, baru setelah itu pergi ke vila untuk berlibur.
Dari segi horor biasa saja. Tidak menyeramkan bagi saya. Kadung ilfil dengan munculnya beberapa tipe hantu yang berbeda, menandakan ketidakkonsistenan dalam cerita.
Penutup
“Suster Keramas” mungkin berhasil menghibur kalangan penonton tertentu. Tepatnya, kelompok pria-pria mesum yang hobi nonton JAV berbintang Rin Sakuragi. Akan terasa aneh jika ada kalangan penonton lain yang tulus menyukai film ini. Dengan banyaknya jualan bodi serta eksploitasi seksual di dalamnya, film ini lebih mirip sebuah film semi tanpa adegan ranjang ketimbang film horor. 0/10.
Leave a Reply