Review Film Sunyi (2019)

Jujur awalnya saya tertarik sekaligus pesimis dengan film “Sunyi” ini. Pasalnya, ia diadaptasi dari film Korea “Whispering Corridors” yang tayang pada tahun 1998 silam. Di luar twistnya yang mengejutkan, saya pribadi merasa agak bosan menonton film tersebut. Sehingga sulit untuk berpikir positif atas hadirnya “Sunyi” yang dibintangi oleh Angga Aldi Yunanda dan Amanda Rawles. Namun kenyataannya berbanding terbalik.

Sinopsis Singkat

Poster film Sunyi

Alex Pranoto (Angga Aldi Yunanda) diterima di sebuah SMA unggulan yang sudah terkenal menghasilkan alumni-alumni yang sukses. Budaya senioritas dan bullying berbalut kekerasan ternyata masih berlaku di sana. Alex pun turut menjadi korban kekejaman ketiga kakak kelasnya: Andre (Arya Vasco), Fahri (Teuku Rizki), dan Erika (Naomi Paulinda). Untungnya ada sosok Maggie (Amanda Rawles) yang bisa membuat Alex tetap betah bertahan.

Sebuah paksaan untuk melakukan ritual pemanggilan arwah di sekolah tersebut pada akhirnya menjadi pembuka kejadian-kejadian mencekam dan mengerikan yang dialami oleh Alex.

Review Singkat

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Jika teman-teman mengira bahwa kisah dalam “Sunyi” bakal sama seperti “Whispering Corridors” seperti saya, selamat, kita salah. Benang merahnya memang ada. Karakter utama yang merupakan anak seorang paranormal, adanya arwah gentayangan di sekolah, hingga kematian-kematian misterius. Untungnya tim penulis naskah yang terdiri dari Agasyah Karim, Khalid Kashogi, dan Awi Suryadi (merangkap sutradara) cukup cerdas untuk tidak mengadaptasinya mentah-mentah. Cerita dibikin lebih sederhana, namun lebih fokus dan lebih sesuai dengan lingkungan sekolah di Indonesia.

Sebagai contoh, jika dalam “Whispering Corridors” yang tewas adalah guru-guru killer, di “Sunyi” yang menjadi korban adalah kakak kelas yang hobi nge-bully.

Cerita yang benar-benar fokus juga terlihat dari set yang hanya mengambil lokasi di lingkungan sekolah saja. Tidak kemana-mana. Padahal ada kesempatan untuk sedikit melipir ke rumah si karakter utama jika mau. Bagusnya, kompleks sekolah cukup luas sehingga tidak membosankan untuk dilihat.

Tidak banyak setan yang dipamerkan di sepanjang film ini. 4 saja. Namun penampakan mereka konsisten, sesuai dengan latar kematian mereka. Saya pribadi tidak terlalu takut melihat kehadiran mereka, mengingat sekedar muka yang dipermak supaya seram. Kendati demikian, harus diakui bahwa momen jumpscare yang disajikan lumayan ngagetin.

Untuk akting pemain tidak ada cela bagi saya. Semua pas sesuai porsi dan perannya. Angga sepertinya sudah berhasil membayar hutang penampilan buruknya di “Tabu: Mengusik Gerbang Iblis”.

Lalu adakah poin negatifnya?

Sayangnya masih ada. Yang paling mencolok adalah dari lingkungan sekolah itu sendiri. Saat Fahri meninggal (terjatuh dari atap), ia hanya setengah berteriak namun seisi sekolah langsung berhamburan ke TKP. Anehnya, saat kaca lemari piala pecah dengan suara keras, TIDAK ADA satu pun warga sekolah yang datang.

Karakter Angga (dan Maggie) juga tidak masuk akal karena seringkali berada di luar kelas saat jam pelajaran. Di saat yang sama, tidak ada satu pun siswa siswi lain yang berkeliaran. Dengan sekolah yang digambarkan memiliki tingkat kedisiplinan tinggi, rasanya hal tersebut tidak mungkin terjadi.

Yang lebih ajaib lagi adalah kakak kelas, yang mengospek, yang terdiri dari 3 orang saja. Kalau hanya tiga yang mem-bully itu masih wajar. Tapi kalau dari awal yang jadi panitia ospek hanya tiga orang kok rasanya benar-benar tidak masuk akal.

Satu lagi, petunjuk bahwa karakter Maggie sebenarnya bukan manusia biasa digambarkan dengan jelas. Bahkan bisa dibilang TERLALU jelas. Bagi yang jeli kemungkinan bakal kecewa karena jadi tidak terkejut lagi saat plot twist tiba. Seharusnya bisa meniru bagaimana “Whispering Corridors” memperlakukan karakter Yoon Jae-yi yang punya peran serupa dengan Maggie.


Terlepas dari kekurangannya, film “Sunyi” ini masih sangat layak untuk ditonton. Termasuk bagi yang sudah pernah menonton “Whispering Corridors”. Petunjuk twist yang terlalu jelas mungkin agak mengganggu. Tapi apabila kita mengabaikan hal tersebut, maka “Sunyi” termasuk kandidat film horor terbaik di tahun 2019 ini.

rf sunyi

Leave a Reply