Hampir dua minggu lebih setelah kali pertama ditayangkan, akhirnya berkesempatan juga untuk nonton film yang sudah banyak ditunggu-tunggu oleh penggemar komik (maupun film) superhero, terkhusus para fans DC Comics, “Suicide Squad”. Film yang sejatinya menghadirkan karakter-karakter antihero ini memang masuk dalam daftar most anticipated movie di tahun 2016 ini, apalagi dengan tiga trailernya yang cukup sukses mencuri minat penggemarnya. Saya sendiri sedari awal langsung klepek-klepek setelah menyimak trailer pertamanya yang menggunakan “I Started A Joke”-nya Bee Gees sebagai lagu latar. Soooo creepy. Lalu bagaimana dengan filmya sendiri?
Sinopsis Singkat *NON-SPOILER*
Untuk menangani kasus-kasus besar yang sebisa mungkin merahasiakan keterlibatan pemerintah, serta mengantisipasi apabila suatu saat Superman goes berserk, pihak intelijen Amerika Serikat, Amanda Waller (Viola Davis) membentuk sebuah tim rahasia yang terdiri dari para narapidana dengan kekuatan super: Deadshoot (Will Smith, penembak jitu), Harley Quinn (Margot Robbie, psikopat), Captain Boomerang (Jai Courtney, perampok bank ulung dari Australia), El Diablo (Jay Hernandez, manusia api), Killer Croc (Adewale Akinnuoye-Agbaje, mutan buaya), dan Slipknot (Adam Beach, master aneka tali). Imbalannya adalah pengurangan masa hukuman.
Meski sudah menyuntikkan nano bom di tubuh para narapidana untuk mengontrol dan mencegah mereka kabur, Waller menugaskan Rick Flag (Joel Kinnaman, pahlawan perang) sebagai pengawas mereka. Ia dibantu oleh Katana (Karen Fukuhara, pengguna katana ulung) serta June Moone / Enchantress (Cara Delevingne, penyihir). Dan setelah melalui rangkaian lobi-lobi, Waller pun berhasil meyakinkan pihak pentagon untuk meng-acc pasukan yang ia namai sebagai Task Force X.
Masalah muncul ketika Enchantress, yang sedari awal keberadaannya dalam tim adalah karena jantungnya disandera oleh Waller, sudah tidak tahan lagi menjadi ‘budak’ Waller. Setelah berhasil menemukan dan membebaskan kakaknya, bersama-sama mereka membangun sebuah pasukan demi menghancurkan dunia dan membalaskan dendamnya. Jika dia penyihir biasa mungkin tidak masalah, namun faktanya, Enchantress adalah penyihir berusia ribuan tahun dengan kekuatan yang tidak ternalar. Waller pun mulai mengkaryakan Task Force X pada tugas pertama mereka, menghentikan Enchantress dan meloloskan dirinya yang kebetulan sedang berada di kota yang sama dengan kota yang menjadi pusat serangan Enchantress dan kakaknya, Midway City.
Tidak itu saja. Joker, yang merasa kehilangan setelah Harley Quinn, kekasihnya, ditangkap, mulai bergerak dan berusaha membebaskan Harley Quinn. Tanpa mempedulikan bahaya yang dihadapi, ia dan pasukannya pun datang ke Midway City untuk menjemput Harley.
Mampukah Flag dkk a.k.a Suicide Squad menghentikan Enchantress? Berhasilkah Joker membebaskan Harley Quinn? Tonton sendiri filmnya ya kalau penasaran 🙂
[wp_ad_camp_1]
Review Film
Feeling saya ternyata cucok. Sebelumnya saya tidak sabar untuk segera menonton film Suicide Squad ini. Namun semakin mendekati tanggal tayang perdana, entah kenapa antutiasme saya malah semakin berkurang. Berbeda dengan film Batman v Superman yang sampai saya bela-belain nonton jam 9 malam di hari pertama. Dan benar saja, meski saya DC fanboy, harus jujur saya katakan bahwa film ini sedikit mengecewakan.
Masalah utama yang saya rasakan adalah perpindahan scene yang membuat alur cerita menjadi kurang jelas. Alurnya sendiri pun terasa terlalu diburu-buru. Saya yakin ini kemungkinan besar adalah pengaruh proses editing yang harus menjejalkan keseluruhan cerita dalam durasi tayang 123 menit. Tapi setelah banyak dikritik untuk masalah yang sama pada film Batman v Superman, apakah pihak DC Entertainment tidak belajar dari kesalahan itu? Atau jangan-jangan dari awal memang naskahnya yang kurang baik? Entahlah. Saya sendiri masih bisa mengikuti jalan ceritanya, hanya merasa sangat tidak nyaman karena harus ekstra fokus dalam menerka dan memahami alur cerita, sesuatu yang seharusnya tidak perlu dilakukan.
Padahal, sebagai rilisan ketiga dari dunia DC Extended Universe (DCEU), pihak Warner Bros. sudah cukup baik dalam menyajikan tiga trailer yang tidak hanya sukses membuat orang tertarik untuk berbondong-bondong menuju bioskop, melainkan juga sukses menyembunyikan alur cerita yang sebenarnya (dengan catatan tidak membaca bocoran sinopsis). Penampakan Batman dan Joker di trailer merupakan kunci ‘pengalihan alur cerita’ yang tepat.
Bintang-bintang yang bermain di Suicide Squad cukup baik. Acungan jempol terbanyak pantas diperoleh Margot Robbie yang amat sangat baik dalam memerankan karakter Harley Quinn yang sadis sekaligus nakal dan genit. Sayangnya, Will Smith sebagai pemeran Deadshot entah kenapa tidak terlihat sebagai sosok yang badass. Karakter Deadshot, sebagaimana kebanyakan karakter anggota Task Force X lainnya, memang punya dua kepribadian. Di satu sisi ia akan melakukan apa saja demi uang, di sisi lain ia adalah sosok seorang ayah yang sangat mencintai putrinya. Yang jadi masalah, sejak pertengahan film hingga akhir yang notabene lebih kental aksi bak-bik-buk dar-der-dor-nya, sosok keduanyalah yang lebih menonjol. Saya terus-terusan terbayang Will Smith di Pursuit of Happiness ketimbang Deadshot.
Satu lagi yang disayangkan adalah karakter Joker. Jared Letto cukup baik dalam memerankan sosoknya (apalagi saat tertawa). Sayangnya, ia bukanlah tokoh utama di sini. Jadinya malah gemes karena ia jarang muncul di layar.
Dari segi action, saya cukup puas dengan yang disajikan di film ini. Kombinasi adegan pertarungan tangan kosong, senjata api, dan kekuatan super-nya berimbang. Dari segi humor, well, sepertinya ini yang menjadi bumerang. Hampir semua adegan yang bikin gerr berantakan (efek nonton SUCA 2) sudah diselipkan di trailer. Efeknya, pada saat menonton filmnya, adegan atau dialog yang seharusnya bikin at least senyum simpul sudah tidak berpengaruh lagi. Setidaknya itu yang saya rasakan.
Apakah film Suicide Squad masih layak tonton? Kalau saya sih yes. Meski penggemar komik DC Comics, saya belum pernah membaca komik Suicide Squad sama sekali sebelum film ini tayang. Toh saya masih bisa mengikuti alur ceritanya, walau agak kurang nyaman karena harus sedikit berkonsentrasi untuk itu. Sebagai sebuah film superhero / antihero, saya rasa film ini cukup berhasil membawa karakter komik ke layar lebar. Yang disayangkan adalah kesalahan Batman v Superman yang terulang kembali di sini.
Penilaian akhir: 6.5 / 10
Leave a Reply