Review Film Pelukis Hantu (2020)

Agak telat ngeh kalau beberapa judul film bioskop lokal, termasuk yang bergenre horor, mulai memilih opsi distribusi melalui Disney+ Hotstar. Sebuah langkah yang wajar mengingat industri bioskop yang terdampak pandemi hingga saat artikel ini ditulis. Jika nanti dibuka kembali pun ada kemungkinan kondisinya tidak langsung menyamai kondisi di masa sebelum pandemi. Nah, berhubung sudah agak jenuh me-review judul-judul film horor lawas, kali ini kita sajikan yang masih gres, “Pelukis Hantu” besutan Arie Kriting. Seperti apa filmnya?

By the way, meski ini film horor pertama yang saya tonton di Disney+ Hotstar, namun artikel ini saya jadwalkan tayang 1-2 minggu setelah saya menonton film horor kedua di layanan Video on Demand tersebut, “Denting Kematian”. Sekilas info saja agar tidak bingung dengan paragraf pembukanya, hehehe.

Sinopsis Singkat

poster pelukishantu

Tutur (diperankan oleh Ge Pamungkas), seorang pelukis amatir, menerima tawaran menjadi pelukis hantu di acara TV “Arwah” karena masalah ekonomi. Di acara tersebut, ia diharuskan untuk melukis hantu dengan keadaan mata ditutuo. Tanpa disangka, ia benar-benar bisa melihat hantu. Tepatnya hantu kuntilanak. Sejak saat itu, rating “Arwah” meningkat. Begitu pula dengan popularitas Tutur.

Waktu berlalu, belakangan diketahui bahwa sosok kuntilanak yang selama ini dilihat oleh Tutur sebenarnya adalah ibu kandungnya sendiri. Tidak sekedar menampakkan diri, hantu kuntilanak tersebut juga meminta bantuan pada Tutur. Untuk menyelesaikannya, Tutur dibantu oleh Amanda (diperankan oleh Michelle Ziudith) dan Udin (diperankan oleh Abdur Arsyad). Hingga di satu titik Tutur dihadapkan pada dua pilihan: apakah ia harus membantu ibunya atau melanjutkan karirnya. Manakah yang akan dipilih Tutur?

Tanggal Rilis: 16 Oktober 2020
Durasi: 1 jam 37 menit
Sutradara: Arie Kriting
Produser: Manoj Punjabi
Penulis Naskah: Arie Kriting
Produksi: MD Pictures
Pemain: Michelle Ziudith, Ge Pamungkas, Abdur Arsyad, Rebecca Klopper

Review Singkat

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Dari segi premis dan alur cerita keseluruhan sebenarnya film “Pelukis Hantu” ini tidak bermasalah. Arie Kriting, selaku sutradara dan penulis naskah, mampu mengolahnya dengan baik. Tidak rumit, mudah dicerna, tapi tetap bisa membuat betah menonton hingga akhir.

Sayangnya, hal itu bukan tanpa ‘perjuangan’. Cerita yang bagus bukan jaminan segala sesuatunya bernilai sempurna. Dan poin paling negatif dalam film ini berasal dari deretan dialog serta komedinya. Dialognya cringe, tidak nyaman disimak. Tidak bertele-tele, namun juga tidak bikin antusias untuk dikupingin.

Belum lagi komedinya. Sulit dipercaya bahwa si penulis naskah adalah seorang komedian. Kenapa? Karena benar-benar tidak ada kelucuan di dalamnya. Yang garing pun terasa benar-benar garing. Mungkin bakal jadi lebih baik hasilnya jika sekalian tidak menyentuh genre komedi.

Salah satu penyebabnya bisa jadi deretan cast yang dikuasai oleh komika alias penggiat Stand Up Comedy. Tidak hanya di film ini saja. Sebagian dari mereka selalu terlihat trying hard to be funny saat berakting di film layar lebar. Ujung-ujungnya ya bisa ditebak. Malah gak ada lucu-lucunya sama sekali.

Menggadang-gadang portofolio pertama Michelle Ziudith dalam genre horor, anehnya keberadaan artis yang bersangkutan di “Pelukis Hantu” bisa dengan mudah dilupakan. Bukan aktingnya yang pas-pasan, namun karena karakternya sendiri tidak digarap dengan serius. Lebih terkesan sebagai karakter pembantu ketimbang karakter utama.

Penutup

“Pelukis Hantu” sebenarnya punya modal alur cerita yang ‘kuat’ dalam tanda petik. Tidak seperti kebanyakan film horor lokal, cerita dalam film ini mampu hadir secara konsisten hingga akhir. Nyaris tidak diketemukan adanya kejanggalan, plot hole, dan sejenisnya. Apesnya, nilai plus tersebut dilibas habis oleh deretan dialog yang cringe serta komedi yang hambar. Saking bosannya mendengar percakapan yang terlontar, alih-alih duduk manis di depan layar komputer, saya sampai nyambi bersih-bersih bunga es di kulkas, hehehe. 5/10 deh.

Catatan: rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf pelukishantu

Leave a Reply