“Ladda Land” (ลัดดาแลนด์) atau “Laddaland” adalah film horor Thailand rilisan tahun 2011 silam. Kabarnya, di masa itu film ini berhasil mengalahkan “Thor” di puncak box office. Salah satu faktor penyumbang popularitasnya adalah karena lokasi syuting yang memang menggunakan tempat asli, sebuah pemukiman condo di Chiang Mai yang dirumorkan berhantu. Dengan raihan rating IMDB senilai 6.3, which is bisa dibilang bagus, seperti apa cerita yang diusung oleh film ini? Simak sinopsis dan review singkatnya di bawah ya, ges.
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Alur Cerita / Sinopsis Singkat
Setelah bertahun-tahun hidup pas-pasan di Bangkok dan diremehkan oleh ibu mertuanya (diperankan oleh Deuntem Salitul), Thee (diperankan oleh Saharat Sangkapreecha) memutuskan untuk membeli sebuah rumah di perumahan LaddaLand, Chiang Mai. Ia membawa serta istrinya, Parn (diperankan oleh Piyathida Woramusik), dan kedua anaknya Nan (diperankan oleh Sutatta Udomsilp) serta Nat (diperankan oleh Athipich Chutiwatkajornchai).
Berbeda dengan Parn dan Nat, Nan sejak awal kesal karena harus meninggalkan teman-teman dan sekolahnya di Bangkok. Sikap Nan tersebut membuat hubungannya dengan Thee mulai renggang. Apalagi ketika Nan mengaku melihat hantu di sebuah rumah di Ladda Land. Thee makin kesal karena menganggap Nan berbohong.
Hingga kemudian Thee membawa Nan ke rumah tersebut untuk meyakinkan di sana benar-benar tidak ada hantu. Nan yang ketakutan tanpa sengaja terjatuh dan tangannya terkena pecahan kaca. Ia marah pada Thee dan langsung pulang begitu saja. Sepeninggal Nan, Thee melihat dengan mata kepalanya sendiri benar ada hantu di rumah tersebut.
Pasca kejadian tersebut, Nan memilih untuk tinggal di rumah temannya. Parn tidak bisa mencegah karena ibunya mengancam akan membawa Nan kembali ke Bangkok jika mereka melarang Nan pergi.
Kehidupan Thee berubah drastis setelah kantor tempatnya bekerja tiba-tiba ditutup dan ia tidak digaji. Demi membayar cicilan rumah, ia diam-diam mengambil tabungan Nan dan Nat. Ia juga jadi gampang terbawa emosi, menuduh Parn berselingkuh gegara ditawari untuk kembali bekerja di kantornya yang lama di Bangkok.
Setelah terus mengalami kejadian mistis, Parn mengajak Thee pindah kembali ke Bangkok. Thee menolak karena ingin membuktikan pada ibu Parn bahwa ia bisa bertahan. Thee bahkan lanjut menuduh Parn ngotot ingin ke Bangkok karena sudah ‘kangen’ dengan bosnya yang lama. Hal itu membuat Parn kesal pada Thee.
Beberapa hari kemudian, saat Nan pulang, Parn memintanya untuk berkemas. Ketika hendak mengambil jemuran, sapu tangan Nan terbang ke halaman rumah sebelah milik keluarga Somkiat yang sebenarnya sudah meninggal. Nan yang tidak mengetahui hal itu nekat menyeberang pagar tanpa curiga dengan adanya jemuran di halaman rumah tersebut.
Apes, Nan kemudian diganggu oleh penampakan arwah Nit, istri Somkiat. Ia jadi trauma dan harus dibawa ke rumah sakit. Keputusan Parn untuk kembali ke Bangkok semakin bulat.
Thee yang masih ingin bertahan di Ladda Land membawa Nat pulang dan menemaninya tidur. Tengah malam ia terbangun dan mendapati Nat sudah tidak ada di tempat tidur.
Setelah sempat melihat sandal Nat di halaman rumah Somkiat, Thee membawa pistol dan mendatangi rumah tersebut. Di sana ia diganggu oleh arwah Somkiat. Panik, ia menembak sembarangan. Salah satu peluru ternyata mengarah pada Nat yang berada di dalam lemari.
Di saat bersamaan, Parn datang. Ia syok melihat tubuh Nat yang berdarah. Mengira Nat tewas karenanya, Thee memutuskan untuk bunuh diri. Tanpa ia sadari, peluru yang ia tembakkan sebelumnya hanya menyerempet tubuh Nat saja.
Dalam perjalanan ke Bangkok, Parn memberitahu Nan bahwa dulu Thee benar-benar rela melakukan apa saja demi memperjuangkan dirinya dan juga Nan (saat itu masih dalam kandungan). Parn memastikan ayah Nan memang sungguh mencintainya. Nan menangis mendengarnya.
Tanggal Rilis: 28 April 2011
Durasi: 113 menit
Sutradara: Sophon Sakdaphisit
Produser: Jira Maligool, Chenchonnee Soonthornsarakul, Suvimon Techasupinum, Vanridee Pongsittisak
Penulis Naskah: Sopana Chaowwiwatkul, Sophon Sakdaphisit
Produksi: GTH & Jorkwang Films
Pemain: Saharat Sangkapreecha, Piyathida Woramusik, Atipich Chutiwatkajornchai, Sutatta Udomsilp
Review Singkat
Berbeda dengan di Indonesia, film-film horor Thailand yang diangkat dari mitos atau kisah nyata umumnya laku di pasaran. Selain mungkin karena masyarakat di sana menggemari cerita adaptasi semacam itu, alasan lain adalah proses penggarapannya yang serius.
Di Indonesia? Jangan ditanya. Kebanyakan hanya mendompleng popularitas mitos atau kisah nyata yang diangkat itu saja. Cerita dibuat ala kadarnya. Pemain pun asal berakting.
Walau diproduksi satu dekade lalu, nyatanya “Ladda Land” mampu menghadirkan kombinasi seimbang antara drama keluarga dengan film horor. Seram atau tegangnya oke, unsur dramanya pun terasa sampai ke hati.
Padahal, premis yang diangkat sebenarnya terbilang klise. Tentang sebuah keluarga yang pindah ke rumah baru. Anak yang satu belum bisa menerima karena harus meninggalkan lingkungannya di rumah lama, sementara yang satu lagi woles-woles aja karena langsung mendapat teman baru yang tak kasat mata.
Saya pribadi tidak pernah mempermasalahkan cerita usang asal eksekusinya tidak serampangan. Dan “Laddaland” jelas membuktikan, premis pasaran bisa dipoles menjadi sebuah karya yang berkualitas jika digarap dengan serius to the max.
Selain karakter Nat yang masih kecil, di film ini kita akan dibuat bersimpati kepada seluruh anggota keluarga Thee. Mulai dari Thee sendiri, istrinya Parn, serta putri sulungnya Nan. Durasi yang hampir menyentuh angka 2 jam dimanfaatkan dengan baik untuk memperkenalkan mereka dan membuat kita mengenal dengan dekat.
Di satu titik bahkan kita mungkin saja turut bersimpati pada keluarga Somkiat, tetangga sebelah rumah Thee.
Ceritanya yang oke sayangnya sedikit dinodai oleh unsur horor di sepertiga bagian awal yang terasa membosankan. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah penggunaan efek suara keras di saat adegan jump scare. Untungnya, semakin ke belakang formula menakut-nakuti basi semacam itu semakin berkurang.
Salah satu adegan yang bikin senyum-senyum puas saking menegangkannya adalah saat hantu Golf perlahan menyobek kertas yang digunakan Thee untuk menutupi penampakan wajah Golf yang rusak. Seru!
Oh ya, bagi pecinta kucing atau binatang pada umumnya, siap-siap aja ya. Ada adegan penganiayaan kucing di dalam film ini. Tentu yang dibunuh bukan kucing asli. Tapi tetap saja adegannya dipertontonkan dengan jelas…
Penutup
“Laddaland” adalah satu dari sedikit film bergenre horor yang mampu mengobrak-abrik emosi penonton dalam arti yang sebenarnya. Biasanya sih emosi saya terobrak-abrik karena geregetan nonton parade kebodohan di sebuah film horor, hehehe. Tapi tidak dengan yang satu ini. Di sepanjang durasi kita akan dibawa bersimpati terhadap karakter Thee, kesal, emosi, hingga kembali lagi bersimpati kepadanya. Meski di awal jump scare-nya kacangan, namun semakin ke belakang semakin berkelas. Berpotensi untuk bisa lebih baik lagi dari ini. Recommended. 7/10.
Film ini bisa ditonton secara streaming melalui layanan Netflix.
Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi
Leave a Reply