Review Film Karma (2008)

Dari laman Wikipedia, disebutkan bahwa ide awal film “Karma” ini berasal dari email misterius yang mengisahkan tentang sosok keturunan Tionghoa yang bergentayangan. Oleh Elvin Kustaman, yang dalam proyek ini bertindak sebagai eksekutif produser, kisah tersebut kemudian diangkat ke layar lebar dengan Salman Aristo yang dipercaya sebagai penulis naskahnya. Sutradaranya sendiri adalah Allan Lunardi. Seperti apa ceritanya? Simak sinopsis dan review singkatnya di bawah.

Sinopsis Singkat

poster karma

Armand (diperankan oleh Joe Taslim) pulang kembali ke Indonesia setelah beberapa tahun terakhir tinggal di Australia. Ia membawa serta kekasihnya, Sandra (diperankan oleh Dominique Diyose), yang telah hamil 6 bulan anak mereka. Selain untuk mengurus pernikahan mereka, keduanya juga berencana untuk tinggal di Indonesia.

Awalnya Sandra agak heran sekaligus kesal mengetahui Armand ternyata ragu membawa Sandra ke dalam lingkungan keluarganya. Namun setelah ia bertemu dengan Tiong Guan (diperankan oleh HIM Dasyik), kakek Armand yang terserang stroke dan harus menggunakan kursi roda; Phillip Guan (diperankan oleh Henky Solaiman), ayah Armand; serta Martin Guan (diperankan oleh Verdi Solaiman), saudara Armand dari ibu yang berbeda, yang hobi masturbasi karena belum menikah; Sandra mulai mengerti ada keganjilan dalam keluarga calon suaminya itu. Salah satunya adalah tidak adanya figur wanita di dalamnya. Phillip bahkan sempat menyarankan Armand untuk tinggal di Singapura saja, yang ditolak mentah-mentah oleh Armand.

Tidak itu saja, beberapa kali Sandra melihat ada penampakan hantu berwujud seorang wanita dengan baju pengantin Tionghoa. Kehadirannya acap diiringi suara kerincing bel. Meski takut, Sandra penasaran dan berusaha untuk mencari tahu ada apa sebenarnya dengan keluarga Guan. Dari om Hariman (diperankan oleh Adi Kurdi), fotografer keluarga Guan, Sandra mulai mendapat petunjuk mengenai keluarga Guan. Ternyata, semua wanita yang menikah dengan Tiong Guan maupun Phillip tidak pernah bertahan lama. Ujung-ujungnya pasti meninggal. Hanya satu yang berhasil kabur, Dewi, mantan istri Tiong Guan.

Setelah menemui Dewi, penyelidikan Sandra membawanya ke Kelenteng Ngasem dan bertemu dengan Holianto (diperankan oleh Jaya Suprana), pengurus tempat tersebut. Holianto lantas membeberkan mengenai masa lalu Tiong Guan (diperankan oleh Jonathan Mulia) yang gila harta sampai tega menipu dan menikahi Ling Ling (diperankan oleh Jenny Chang), putri pengusaha batik kaya raya yang telah meninggal hanya demi mendapatkan hartanya. Itu membuat arwah Ling Ling menjadi tidak tenang. Ia mengutuk Tiong Guan dan keturunannya, dimana setiap wanita yang masuk dan menjadi bagian keluarga akan meninggal.

Sandra meyakini bahwa untuk menghilangkan kutukan tersebut, satu-satunya cara adalah menyingkirkan sumbernya. Dan itu adalah Tiong Guan. Tanpa ragu, ia menenggelamkan Tiong Guan ke kolam renang hingga tewas. Martin melihat kejadian tersebut, namun ia malah terlihat bahagia. Selama ini ia ternyata sangat ingin memiliki pendamping, suatu hal yang tidak mungkin terjadi selama kakeknya itu masih hidup.

Beberapa bulan lalu, tibalah hari kelahiran putra Armand dan Sandra. Tanpa disangka, arwah Ling Ling datang di saat operasi kelahiran berlangsung. Putra mereka selamat, tapi tidak dengan nyawa Sandra. Pada akhirnya kutukan tersebut terus berjalan, dengan maupun tanpa adanya Tiong Guan.

Tanggal Rilis: 24 Juli 2008
Durasi: 87 menit
Sutradara: Allan Lunardi
Produser: Yeyet Sugriyati
Penulis Naskah: Salman Aristo, Elvin Kustaman
Produksi: Credo Pictures & Kharisma Starvision Plus
Pemain: Dominique Agisca Diyose, Joe Taslim, HIM Damsyik, Jonathan Mulia, Henky Solaiman, Verdi Solaiman, Jenny Chang, Leny Jaya Dewi, Adi Kurdi, Lucy Roswita, Maria Glenon, Jaya Suprana

Review Singkat

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

“Karma” sepertinya adalah satu-satunya film horor Indonesia yang mengangkat budaya Tionghoa. Mohon diralat jika salah. Seandainya tidak benar pun setidaknya hal tersebut sudah memberikan kontribusi tersendiri bagi premis yang terasa berbeda dengan kebanyakan film bergenre serupa. Begitu pula dengan atmosfer horor yang coba dibangun. Jujur saya suka dengan desain hantu yang mirip dengan hantu di film-film mandarin. Jadi lebih dapet feel Tionghoa-nya, hehehe.

Masih soal penampakan, film ini termasuk yang tidak boros jump scare. Sewajarnya dan sesuai kebutuhan cerita saja. Terlihat sutradara berusaha untuk lebih mengedepankan suasana mencekam dari pengambilan-pengambilan gambar yang dilakukan. Sayang masih nanggung, setengah-setengah. Shoot bagian lorong misalnya. Pertama kali muncul mungkin berhasil membuat penasaran. Tapi begitu diulang kedua ketiga dan seterusnya, justru rasa bosan yang sulit diabaikan.

Dari segi cerita tidak ada masalah. Misteri yang disuguhkan bikin penasaran. Keputusan yang diambil Sandra di babak akhir lumayan mengejutkan. Tapi twist di bagian penutup terkesan dipaksakan. Dibikin happy ending menurut saya masih tetap layak. Lagipula, bagian penutup yang dibuat sedemikian rupa malah merusak makna karma yang menjadi tema utama.

Dengan porsi in frame yang cukup banyak, akting Dominique Diyose terlihat menonjol. Bukan berarti yang lain di bawah standar. Walau tidak sampai ke tahap excellent, setidaknya pemeran lain menjalankan tugas mereka dengan baik, sesuai karakternya masing-masing. Termasuk HIM Dasyik dan Verdi Solaiman yang hampir tidak pernah berdialog sekalipun.

Penutup

Beberapa kritikus menganggap film ini kurang dalam meng-eksplore budaya Tionghoa. Tapi bagi saya pribadi, apa yang sudah disajikan dalam “Karma” sudah lebih dari cukup. Toh genre utamanya adalah horor, bukan drama. Saya suka sentuhan hantu khas film-film Mandarin di dalamnya. Sayang secara keseluruhan film terkesan nanggung dalam eksekusi. Apalagi dengan ending yang dipaksakan, yang malah melenceng dari definisi karma itu sendiri. 5/10.

Catatan: rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf karma

Leave a Reply