Review Film Kampung Zombie (2015) | Kemping Berujung Dikeroyok Warga Sekampung

Berbeda dengan di luar negeri, khususnya wilayah barat, horor zombie di Indonesia bukanlah genre yang populer. Itu sebabnya hingga sekarang masih belum banyak film layar lebar yang mengulik tema tersebut.

Satu dari sedikit di antaranya adalah “Kampung Zombie”, yang dirilis pada tahun 2015 lalu.

Sebagai penggemar dunia per-zombie-an, tentu saja saya tidak bisa melewatkannya.

Nah, seperti apa filmnya? Layakkah untuk ditonton?

Simak sinopsis dan review singkatnya di bawah ini, ya.

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Alur Cerita / Sinopsis Singkat

poster kampung zombie

poster kampung zombie

Lima orang sahabat memutuskan untuk berkemah di hutan pasca melakukan pendakian gunung. Mereka adalah Budi (El Jalaludin Rumi), Rico (Axel Matthew Thomas), Julie (Luthya Sury), Via (Kie Poetri) dan Joni (Ali Mensan).

Apes, tempat tersebut ternyata berada di dekat sebuah kampung yang seluruh warganya sudah berubah menjadi zombie akibat terkena abu wedhus gembel.

Awalnya Rico yang diburu oleh mereka. Mendengar suara teriakan Rico, teman-temannya yang lain berusaha mencarinya. Ujung-ujungnya giliran mereka yang diburu oleh para zombie.

Berusaha untuk kabur, kelimanya lantas tiba di sebuah kampung. Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk sadar bahwa justru itu adalah kampung tempat tinggal para zombie.

Rico yang tertangkap kemudian digigit oleh seorang zombie. Saat bertemu dengan Via dan Joni, ia berubah menjadi zombie dan menggigit Via.

Joni yang berada di ujung tanduk diselamatkan oleh Julie. Keduanya lalu menemukan sebuah truk yang bisa digunakan untuk melarikan diri.

Nahas, saat Julie berusaha untuk menghidupkan truk tersebut, Joni keburu dimangsa oleh warga kampung.

Sementara itu, Budi yang sempat terpisah dan diselamatkan oleh seorang gadis — satu-satunya warga kampung yang selamat dari abu wedhus gembel karena dilindungi oleh ayahnya — bertemu dengan Julie.

Dalam perjalanan, ketiganya dihadang oleh zombie ayah sang gadis. Kendati demikian, mereka berhasil mengalahkannya dan akhirnya pergi meninggalkan area hutan tersebut.

Tanggal Rilis: 19 Maret 2015
Durasi: 85 menit
Sutradara: Billy Christian
Produser: Yoen K, Ody Mulya
Penulis Naskah: Baskoro Adi
Produksi: Maxima Pictures
Pemain: Ahmad El Jallaludin Rumi, Axel Matthew Thomas, Luthya Sury, Kia Poetri, Ali Mensan

Review Singkat

Bagi penggemar cerita-cerita zombie, saya sangat menyarankan untuk menonton film ini. Pasalnya, “Kampung Zombie” menerobos segala pakem tentang per-zombie-an yang selama ini ada.

Mulai dari zombie yang lebih suka berkelahi ketimbang menggigit, orang yang bisa menyamar menjadi kaum mereka cuman dengan modal ‘breakdance’, cara membunuh zombie yang tidak konsisten, hingga satu zombie yang entah kenapa ngendon di dalam bak mandi.

Apakah saya menyukai penggambaran yang sedemikian rupa? Tentu saja tidak. Tapi setidaknya membuat saya tahu ada orang-orang di luar sana yang memiliki pemikiran sedemikian rupa.

Yang paling menggelikan, untuk ukuran sebuah film zombie, film ini tidak berani menyajikan pertumpahan darah. Jangankan bunuh-bunuhan. Menggigit saja para zombie tampak enggan. Paling banter hanya gebuk-gebukan saja.

Ya ada sih satu dua adegan. Tapi disuguhkan dalam kondisi pencahayaan yang minim.

Dari segi alur cerita pun nyaris tidak ada perkembangan. Terperangkap di situ situ saja. Sembunyi dan dikejar zombie.

Belum lagi rentetan adegan yang tidak masuk di akal manusia.

Padahal, sebagian elemen yang dihadirkan seharusnya lumayan bisa dimanfaatkan sebagai modal naskah yang berkualitas. Seperti asal usul perubahan warga kampung, adanya penyintas, serta cinta terpendam Budi.

Tapi yah, begitulah. Pada akhirnya film ini terlihat hanya sebagai proyek uji coba yang digarap dengan asal-asalan dan dibintangi oleh jajaran pemain yang juga berakting secara asal-asalan.

Jangankan pemeran utama. Lha wong para zombie yang job desk-nya tidak seberapa saja tampil tidak meyakinkan…

Penutup

“Kampung Zombie” memang mencoba mengkombinasikan tema zombie dengan kearifan lokal. Layar yang Indonesia banget serta wedhus gembel yang menjadi penyebab orang-orang berubah menjadi mayat hidup.

Sayangnya ya hanya itu yang bisa diapresiasi.

Film ini jelas sekali terlihat digarap dan dibintangi oleh orang-orang yang tidak menyukai, atau bahkan tidak pernah menonton, film zombie.

Mereka menggunakan pakem sendiri yang alih-alih menjadikan berbeda justru terlihat kacau di mata penggemar cerita zombie.

Memang tidak mudah menulis serta menyutradarai film dengan tema yang tidak populer (di Indonesia) semacam ini. Namun bukan berarti bisa berpikir hasil akhir yang minim kualitas seperti ini layak untuk ditayangkan di bioskop.

0/10.

Sebelumnya bisa ditonton di KlikFilm, “Kampung Zombie” sudah tidak tersedia lagi di layanan streaming mana pun pada saat artikel ini ditulis.

Alternatifnya untuk sementara bisa dengan menonton versi bajakannya di Youtube.

Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf kampungzombie

Leave a Reply