Belum pernah membaca kisah asli yang berasal dari thread di forum Kaskus membuat saya tidak terlalu antusias menonton film Jeritan Malam. Apalagi bagi saya trailernya juga tidak terlalu menjual. Untungnya, tanggal cantik 12.12 menghadirkan promo voucher Rp 20.000,- di TIX dengan cukup menebus seharga Rp 12,- saja di aplikasi Dana. Jadi (agak) semangat deh nontonnya. Nah, lalu bagaimana hasilnya? Apakah memang layak untuk ditonton? Atau sebaiknya di-skip saja agar tidak buang-buang uang? Simak deh sinopsis dan review singkatnya di bawah ini.
Sinopsis Singkat
Tanggal Rilis: 12 Desember 2019
Durasi: 119 menit
Sutradara: Rocky Soraya
Produser: Sunil Soraya
Penulis Naskah: Ferry Lesmana, Donny Dhirgantoro, meta.morfosis
Produksi: Soraya Intercine Films
Pemain: Herjunot Ali, Cinta Laura Kiehl, Winky Wiryawan, Indra Brasco
Setelah sekian lama kesulitan mendapatkan pekerjaan, Reza (diperankan oleh Herjunot Ali) akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran pekerjaan di kota Banyuwangi, Jawa Timur. Mau tidak mau ia harus berpisah dengan kekasihnya, Wulan (diperankan oleh Cinta Laura Kiehl). Di tempat barunya, Reza berkenalan dengan Indra (diperankan oleh Winky Wiryawan), Minto (diperankan oleh Indra Brasco), dan Dikin (diperankan oleh Fuad Idris), para pegawai lama yang tinggal di mess yang sama. Tanpa disangka, bangunan mess yang mereka tinggali ternyata berhantu. Reza pun tidak luput dari gangguan-gangguan makhluk halus. Alih-alih percaya akan keberadaan makhluk gaib, Reza justru menantang mereka. Hal itu berujung pada sebuah ritual yang membuat hidup Reza berubah 180 derajat.
Review Singkat
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!
Yang paling kentara dari film ini adalah durasinya yang hampir mencapai 2 jam. Tepatnya 1 jam 59 menit. Sang sutradara Rocky Soraya sebenarnya sudah berusaha menggunakan beberapa set latar — yang masing-masing dimanfaatkan dengan optimal, tidak hanya sekedarnya — namun tetap tidak dapat dipungkiri bahwa di beberapa bagian terasa bertele-tele dan seharusnya bisa saja dipersingkat. Bagian narasi awal dan akhir misalnya.
Saya bisa memahami bahwa tujuannya adalah untuk menyuguhkan sesuatu yang benar-benar tuntas sehingga penonton tidak perlu lagi bertanya-tanya. Nyatanya, saya bisa merasakan bagaimana rasa puas yang sudah dirasakan penonton di titik klimaks lambat laun berubah menjadi kebosanan saat credit title muncul dan salah seorang penonton di depan saya nyeletuk.
“Akhirnya selesai juga.”
Di luar bagian-bagian tertentu yang terasa bertele-tele, cerita secara keseluruhan sebenarnya cukup menarik dan mengalir dengan baik. Dari segi lini masa, yang mungkin agak kurang sinkron adalah durasi kebersamaan Reza dengan Indra dan Minto. Dalam cerita seolah Reza sudah beberapa waktu bekerja di perusahaan tersebut (sehingga sudah punya ikatan persahabatan yang kuat dengan Indra dan Minto), namun di film terkesan masih dalam hitungan hari saja.
Keberadaan karakter Indra dan Minto cukup sukses menghasilkan titik tawa tanpa harus terlihat konyol dan dibuat-buat. Berbeda dengan kebanyakan film sejenis, dimana biasanya sudah disiapkan satu dua karakter khusus untuk ngebanyol.
Meski tidak mendapat porsi yang banyak, akting Cinta Laura sebagai Wulan patut diacungi jempol. Akses Inggris-nya hampir tidak terdengar sama sekali. Saya juga suka penampilannya, yang terlihat berbeda saat dikisahkan masih berkuliah dengan saat dia sudah bekerja.
Bagaimana dengan elemen horornya?
Seram tidaknya mungkin relatif. Tapi untuk titik jumpscare sendiri tidak begitu banyak. Tidak ada kejutan-kejutan berujung teriakan kaget dalam film ini. Kendati demikian, bukan berarti apa yang disuguhkan terasa garing. Sebaliknya, kadang bikin tertawa, terkejut, juga tersenyum puas. Seperti saat boneka wayang golek tiba-tiba menangkap Reza dan menusuk-nusuk lehernya ala Chucky.
Kekecewaan paling utama dari film ini justru hadir dari sifat karakter utama Reza. Sosok yang digambarkan mengedepankan logika dan tidak percaya pada alam ghaib memang bukan sesuatu yang baru. Tapi ketika yang bersangkutan masih saja tidak percaya walau sudah secara langsung mengalami penampakan, perjalanan ke alam mistis, hingga kesurupan, karakter Reza berubah menjadi sosok yang tidak lagi masuk akal.
Yang paling parah adalah saat Indra meninggal. Meski sebelumnya sudah diberitahu bahwa Reza telah melakukan perjanjian dengan iblis dan iblis tersebut meminta tiga tumbal yang salah satunya adalah Indra, Reza tetap saja menduga bahwa Indra meninggal karena racun serangga atau tanaman yang ada di hutan. Kan kampret.
Untuk urusan sinematografi, gradasi, pengambilan gambar, angle kamera, dan sejenisnya tidak ada yang perlu dikomentari. Nyaris tanpa cela.
—
Sebagai orang yang BELUM PERNAH membaca kisah aslinya, cerita yang disajikan dalam film Jeritan Malam ini secara keseluruhan cukup baik. Durasi jauh di atas rata-rata film sejenis, yang untungnya dibayar dengan penggunaan beberapa lokasi set yang berbeda secara optimal. Set kecelakaan lalu lintas misalnya, benar-benar terlihat epik dan sekelas film laga. Sayangnya, sifat karakter utama Reza yang terlalu bebal dan keras kepala membuat cerita menjadi tidak masuk akal. Ditambah lagi dengan beberapa bagian yang terasa bertele-tele. Tapi sekali lagi, secara keseluruhan, film ini cukup baik dan layak untuk ditonton.
Leave a Reply