Review Film Jaga Pocong (2018)

Banyaknya film horor lokal membuat masing-masing berusaha untuk menarik perhatian penikmat film. Salah satu yang lantas dipilih untuk menjadi daya tarik adalah pemeran atau bintang utamanya. Ada masa dimana aktor atau aktris tertentu yang belum pernah berakting di film bergenre horor sebelumnya diangkat menjadi pusat promosi. Salah satunya adalah “Jaga Pocong” dengan Acha Septriasa sebagai pemeran utamanya. Dengan trailer yang cukup menjual, bagaimana dengan filmnya sendiri? Apakah layak diperbincangkan walau dianggap tabu ditonton?

Sinopsis Singkat

poster jagapocong

Suster Mila (diperankan oleh Acha Septriasa) diminta untuk merawat Sulastri (diperankan oleh Jajang C Noer) di rumahnya. Setibanya di sana, Radit (diperankan oleh Zack Lee), anak Sulastri, memberitahu bahwa ibunya baru saja meninggal. Ia pun meminta agar Mila membantunya memandinkan dan mengkafani jenazah Sulastri dengan kain kafan. Tak lama, Radit izin meninggalkan rumah untuk mengurus tanah pemakaman Sulastri. Mila yang ditinggal sendiri di rumah tersebut bersama dengan Novi (diperankan oleh Aqilla Herby), adik Radit, mulai mengalami teror yang menakutkan. Apa yang sebenarnya terjadi?

Tanggal Rilis: 25 Oktober 2018
Durasi: 83 menit
Sutradara: Hadrah Daeng Ratu
Produser: Oswin Bonifanz, Yoen K
Penulis Naskah: Aviv Elham, Baskoro Adi Wuryanto
Produksi: Maxima Pictures, Spectrum Film, Unlimited Productions
Pemain: Acha Septriasa, Zack Lee, Aqilla Herby, Jajang C Noer

Review Singkat

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Tanpa perlu jajaran pemain yang berderet-deret, film “Jaga Pocong” ternyata mampu menyuguhkan sebuah sajian horor yang mencekam. Dengan mengabaikan film “Midnight Show” yang lebih mengarah pada genre thriller slasher, sulit dipercaya bahwa ini adalah penampilan perdana Acha Septriada di film horor. Hampir 3/4 durasi film berisi aksi dirinya seorang dan somehow it works. Saya bisa merasakan dengan jelas ketakutan dan kecemasan yang dialami oleh Mila, karakter yang diperankan Acha. Apalagi pada adegan dimana dirinya terduduk di lantai dan mulai menangis. Alih-alih terdengar cengeng bin lebay, terasa sekali sebuah tangisan dari seseorang yang nyaris putus asa dan tidak tahu lagi harus berbuat apa.

Akting prima Acha didukung dengan baik oleh kedua bintang utama lainnya, Zack Lee dan Aqilla Herby. Tanpa terlihat dibuat-buat, Zack berhasil memerankan karakter yang dingin dan tidak banyak bicara di awal, lantas berubah menjadi sadis di akhir. Pun begitu dengan Aqilla. Meski tidak banyak dialog, aktris cilik ini mampu melaksanakan tugasnya dengan acungan jempol.

Sayangnya, kesemuanya itu rusak begitu saja begitu memasuki babak ketiga. Cerita yang awalnya terlihat apik, berubah 180 derajat menjadi sebuah karya yang digarap dengan malas. Twistnya memang lumayan, tapi tidak ada alasan yang jelas mengapa Mila harus menjadi bagian di dalamnya. “Karena harus kamu,” yang coba disampaikan dengan gaya keren sama sekali tidak mampu menambal lubang yang sudah terlanjur dibuat.

Memang hanya itu permasalahan dalam cerita. Namun jadi agak sulit dimaafkan mengingat sebenarnya tidak sulit untuk memasukkan alasan yang masuk dinalar. Apalagi dengan lingkungan kerja Mila yang kemungkinan besar ada kaitannya dengan seluruh insiden yang terjadi.

Soal penampakan dan jump scare bisa dibilang relatif. Tidak sepenuhnya buruk, tapi tidak spesial. Beberapa terbilang klise, menggunakan cara-cara yang sudah sering dieksploitasi sebelumnya.

Penutup

“Jaga Pocong” punya potensi besar untuk menjadi salah satu film terbaik di tahun 2018. Hadrah Daeng Ratu berhasil membangun suasana horor yang mencekam hanya dengan bermodal satu lokasi saja. Deretan pemain yang tidak banyak pun mampu mengeksekusi peran mereka dengan baik dan meyakinkan. Dua jempol patut diberikan untuk akting Acha Septriasa di sini. Sayangnya, naskah yang istimewa seolah kehabisan tenaga di babak penutup. Solusi yang sebenarnya tidak sulit untuk dibuat, namun malas untuk dilakukan. Sungguh, kecewa saya begitu besar atas hal tersebut.

Bisa dengan mudah meraih rating minimal 8 seandainya tanpa cela. Tapi untuk yang sudah terlanjur dihasilkan saat ini, 6/10 adalah nilai yang pantas.

rf jagapocong

Leave a Reply