Melihat banyaknya judul film horor lokal, terkadang saya bertanya-tanya. Benar tayang di bioskop atau tidak sih, kok rasanya gak pernah denger sama sekali.
Salah satu yang secara pribadi saya pertanyakan adalah “Indera Ke Enam”. Kabarnya dirilis pada bulan Juni 2016 lalu. Sepertinya sih benar, karena arsipnya tercatat di situs FilmIndonesia.or.id.
Yang sekarang menjadi pertanyaan, layakkah film tersebut untuk ditonton? Bagaimana kualitasnya? Horor atau tidak?
Yuk simak sinopsis dan review singkatnya di bawah ini.
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Alur Cerita / Sinopsis Singkat
Merry (diperankan oleh Widi Dwinanda) membeli rumah kecil dan tinggal bersama dengan anak perempuannya, Dina (diperankan oleh Natasha Gott). Merry mengalami kembali keadaan yang dulu pernah terjadi: melihat alam lain. Dia merasa sendiri karena tiada orang yang percaya padanya. Dina sudah tahu keanehan ibunya yang selalu bicara dengan Dina lain yang tidak bisa dilihat olehnya.
Keanehan Merry makin hari makin menjadi-jadi. Merry sedih karena anak perempuannya sendiri pun berusaha menghindar. Alex (diperankan oleh Gnadhi Fernando), lelaki yang dekat dengan Dina, merasakan keganjilan pada Merry. Dia berusaha mencari tahu apa yang terjadi di rumah itu.
Tanggal Rilis: 16 Juni 2016
Durasi: 77 menit
Sutradara: Wisnu Kuncoro
Produser: Maya Nathan Wendelboe
Penulis Naskah: Maya Nathan Wendelboe
Produksi: Maya Films
Pemain: Widi Dwinanda, Natasha Gott, Gandhi Fernando
Review Singkat
Disclaimer dulu. Saya menonton film ini di Youtube, dari kanal milik salah satu pemain utamanya. Sehingga saya asumsikan ini adalah distribusi yang legal.
Yang perlu diingat, dari pengalaman menonton film-film serupa yang ditayangkan ulang di platform tersebut, ada beberapa bagian yang dipotong secara kasar. Biasanya untuk mencegah tayangan atau kanal yang bersangkutan di-banned karena melanggar peraturan.
Mengacu pada penjelasan di atas, maka saya tidak akan mempermasalahkan karakter Alex yang tiba-tiba menghilang di puncak cerita. Yang awalnya terlihat mengendarai mobil untuk menjemput Dina, ujug-ujug sudah hanya tersisa MOBILNYA saja.
Sepertinya karakter tersebut mengalami kecelakaan yang teramat fatal dan horor sampai adegannya harus di-cut.
Namun permasalahan yang lebih fatal dan horor dari film “Indera Ke Enam” ini sendiri adalah jalan ceritanya. Tidak konsisten dan tidak jelas mau dibawa kemana.
Di satu adegan, Alex bisa menyapa Merry, ibu Dina. Di adegan lain, Alex justru seolah tidak menyadari eksistensi Merry yang tepat berada di depannya. Atau persis di sampingnya, saya agak lupa.
Hal ini membuat saya mengira sosok Merry sebenarnya sudah menjadi hantu dan hanya bisa dilihat oleh Dina.
Eh lah kok ternyata Merry ngedatengin psikiater untuk konsultasi. Masa hantu bisa konseling, hehehe.
Ditambah dengan karakter Merry yang hanya sekedar diberi kostum yang menunjukkan bahwa ia sudah tua, padahal dari wajah terlihat muda, tidak jauh berbeda dengan Dina, pada akhirnya saya kehilangan minat untuk memahami jalan ceritanya.
Saya yakin apabila saya mencoba melakukannya pun hasilnya sami mawon. Tetap gagal paham.
Penutup
Tanpa perlu dianugerahi indera keenam, saya bisa menerawang kualitas keseluruhan dari film “Indera Ke Enam” ini. Lha wong dari sajian beberapa menit di awal saja sudah tersimpulkan bahwa ini bukanlah film yang nyaman, atau bahkan layak, untuk ditonton.
Ceritanya tidak konsisten. Jauh dari kata keren.
Tidak jelas mau dibawa kemana. Lubangnya pun dimana-mana.
0/10. Don’t waste your time.
Film ini sebelumnya tersedia secara resmi di Youtube. Pun begitu, saat artikel ini ditulis, saya tidak bisa lagi menemukannya. Hanya ada versi bajakannya saja. Silahkan meluncur ke situs tersebut dan mencarinya sendiri, ya.
Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi
Leave a Reply