Review Film Hantu Pohon Boneka (2014)

Tanpa perlu berpikir panjang, kita pasti sudah bisa menebak bahwa “Hantu Pohon Boneka” ini terinspirasi oleh urban legend yang ada di kawasan Babakan Siliwangi, Bandung. Sejarahnya tidak jauh berbeda dengan yang diangkat dalam film. Yaitu tentang anak kecil dan keluarganya yang mengalami kecelakaan saat hendak menyeberang jalan. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, gadis kecil bernama Uci tersebut sempat menanyakan perihal bonekanya yang saat kejadian sedang ia bawa. Namun saat dicari di TKP ternyata tidak berhasil diketemukan. Itulah asal mula mitos hantu pohon boneka.

Sinopsis Singkat

poster hantupohonboneka

Pasca kematian suaminya, Wida (diperankan oleh Diah Ayu Pasha) memutuskan untuk pindah ke Bandung bersama dengan ketiga anaknya — Vino (diperankan oleh Stuart Collin), Lisa (diperankan oleh Nana Mirdad), dan Vivi (diperankan oleh Reska Tania Apriadi). Dalam perjalanan mereka sempat berhenti di depan sebuah pohon besar. Ada banyak boneka tergantung di sana. Seorang anak perempuan tiba-tiba muncul dan menyerahkan boneka pada Vivi tanpa diketahui oleh yang lain.

Setibanya di rumah yang baru, tanpa butuh waktu lama, kejadian-kejadian aneh mulai terjadi. Selain Vivi yang asyik bermain dengan boneka serta anak perempuan yang sebelumnya ia ketemui di pohon boneka, seluruh anggota keluarga lainnya mengalami teror gaib. Pun begitu dengan asisten rumah tangga (lupa namanya, diperankan oleh Tuti Kembang Mentari), seorang warga lokal, yang mulai bekerja di rumah tersebut.

Penampakan berupa anak perempuan dan ibunya terus menerus dialami oleh Wida, Vino, dan Lisa. teman Lisa, Lala (diperankan oleh Icha Anisa), yang datang ke rumah juga ikut dihantui. Puncaknya saat Wida diserang dan terjatuh hingga kepalanya terantuk meja. Tidak itu saja, Vivi lantas mendadak hilang.

Lala kemudian menyadari bahwa semua itu ada hubungannya dengan boneka dan pohon boneka yang sempat dilewati Lisa dan keluarganya. Setelah mendapat informasi dari internet, mereka pun bergegas menuju pohon boneka. Ternyata benar, Vivi ada di sana dalam kondisi terikat dan tergantung. Vino lalu membakar satu persatu boneka yang ada, termasuk boneka milik Vivi. Kedua hantu terlihat terbakar dan menghilang, sementara Vivi berhasil diselamatkan.

Tanggal Rilis: 26 Juni 2014
Durasi: 1 jam 11 menit
Sutradara: Nayato Fio Nuala
Produser: Nayato Fio Nuala
Penulis Naskah: Baskoro Adi Wuryanto
Produksi: My Dream Pictures
Pemain: Nana Mirdad, Stuart Collin, Ayu Diah Pasha, Icha Anisa, Reski Tania, Erlin Sari Intan, Tuti Kembang Mentari, Egi Fedly, Yafi Tesa Zahara

Review Singkat

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Kemampuan penyutradaraan Nayato dari segi visual memang terlihat makin mantap dari tahun ke tahun. Namun begitu si hantu muncul dengan iringan genjrengnya, saya kembali tersadar bahwa ada hal-hal tertentu dari beliau yang sulit diharapkan untuk berubah.

Penampakan atau jump scare dalam jumlah yang berlebihan masih bisa ‘dinikmati’ dalam “Hantu Pohon Boneka”. Masalahnya, polanya begitu begitu saja. Yang sudah sering nonton karya-karya Nayato rasanya sudah hapal. Sliweran di belakang, pundak dipegang, muncul mendadak di depan mata saat menoleh. Tidak ada sesuatu yang baru.

Dari segi cerita, kita langsung disuguhkan sebuah keluarga — ibu dengan tiga orang anaknya — yang baru saja pindah ke rumah baru di Bandung. Tanpa ada latar belakang yang jelas, penonton dipaksa menelan mentah-mentah hubungan ketiga orang anak tersebut yang tidak akur. Terutama Lisa yang sering kesal dengan Vino dan Vivi tanpa ada alasan yang jelas. Ini mengganggu sekali.

Untung dalam film ini dihadirkan satu karakter yang jarang ada dalam karya Nayato. Sosok Lala, sahabat kecil Lisa, yang peka terhadap keberadaan makhluk halus. Tidak hanya peka, namun ia bisa memberikan saran dan masukan yang tepat. Setidaknya kali ini cerita tidak fokus pada sekumpulan karakter bodoh yang hanya bisa teriak-teriak lebay dan bertindak tanpa nalar.

Meski alurnya mudah dipahami, tetap saja ada bagian-bagian tertentu yang bikin kening berkernyit. Di antaranya:

  • Asisten rumah tangga berinisiatif pergi ke dukun dan diberi sajen sebagai pagar gaib. Jujur baru kali ini saya tahu ada asisten rumah tangga yang melakukan hal seperti itu. Biasanya sih mereka bakal cerita dulu ke pemilik rumah dan mengusulkan pergi ke dukun, bukan langsung ujug-ujug pergi sendiri ke sana.
  • Vivi sama sekali tidak heran saat ‘teman’-nya, alias si hantu anak kecil, ia temukan berada di bawah tempat tidurnya. Seriously?
  • Saat Vivi hilang dan Lala memberitahu kemungkinan hal tersebut berhubungan dengan pohon boneka, alih-alih langsung berangkat, Vino, Lisa, dan Lala malah masih sempat-sempatnya gugling sejarah pohon boneka. Bisa kali hal itu dilakukan dalam perjalanan dengan menggunakan HP.
  • Masalah selesai setelah boneka dibakar sesuai dengan yang diinformasikan orang-orang di internet. Kalau begitu kenapa selama ini tidak ada yang melakukannya???

Yah, logika memang seringkali harus dikesampingkan dalam cerita-cerita film horor Indonesia. Tidak terkecuali film yang satu ini.

Oh ya, akting Stuart Collin di sini saya rasa cukup baik. Setelah berperan sebagai sosok yang dingin dalam “Di Sini Ada Yang Mati“, ia ternyata juga bisa berperan sebagai sosok yang lebih kalem dan menyayangi keluarganya. Sayang seperti halnya karakter yang lain, karakternya tidak terlalu banyak digali.

Penutup

Pada akhirnya, “Hantu Pohon Boneka” hanya mengandalkan popularitas urban legend belaka tanpa berani bereksplorasi dan menyajikan sesuatu yang berbeda. Ceritanya mudah ditebak, penampakannya bikin bosan, dan ending-nya menggelikan. Untung sedikit banyak masih bisa dinikmati sebagai sebuah film secara keseluruhan. 3/10.

Catatan: rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf hantupohonboneka

Leave a Reply