Sempat membesut “Hantu Jeruk Purut” di tahun 2006 (dengan nama Koya Pagayo), Nayato Fio menghadirkan “Hantu Perawan Jeruk Purut” di tahun 2008. Apakah ada hubungannya? Apa mungkin ini adalah spin-off-nya? Entahlah. Tapi kalau ditilik dari posternya sih benang merahnya ada pada hantu yang kepalanya sama-sama buntung. Biar lebih jelas seperti apa ceritanya, simak deh bersama-sama sinopsis dan review singkatnya di bawah ini.
Sinopsis Singkat
Nadya (diperankan oleh Monique Henry) tidak sengaja memergoki Elang (diperankan oleh Reza Pahlevi), kekasihnya, tengah berhubungan intim dengan dengan Wanda (diperankan oleh Ratu Felisha), sahabatnya. Syok membuat Nadya tanpa sadar terjatuh dari lantai dua. Untungnya, meski sempat mengalami mati suri, Nadya bisa kembali bernafas.
Untuk melupakan Elang, Nadya sengaja pindah kontrakan ke sebuah rumah tua. Hanya sahabatnya, Vina (diperankan oleh Moudy Zanya), dan Lucky (diperankan oleh Miller Khan), manajer kafe tempat ia bekerja, yang mengetahui alamat tempat tinggalnya yang baru. Apesnya, rumah tersebut bukanlah rumah biasa, melainkan rumah angker yang berhantu. Beberapa kali Nadya dan Vina diteror oleh sosok seorang wanita, baik yang berwujud utuh maupun yang hanya berupa kepalanya saja.
Sementara itu, Wanda ternyata hamil anak Elang. Sebaliknya, Elang justru mulai menyesal telah berselingkuh dari Nadya. Ia berusaha untuk meminta maaf, bahkan sampai diam-diam membuntuti Nadya ke tempat tinggalnya yang baru. Nadya yang sudah terlanjur kecewa mati-matian menolak permohonan maaf Elang.
Belakangan diketahui bahwa penunggu rumah tersebut adalah arwah penasaran seorang wanita yang tewas dibunuh oleh kekasihnya sendiri. Kejadiannya hampir sama dengan yang dialami Nadya, dimana wanita tersebut diselingkuhi oleh kekasinya sampai selingkuhannya hamil. Melalui penampakan, arwah wanita tersebut meminta agar jenazahnya diketemukan dan dimakamkan dengan layak. Sebagai gantinya, ia bakal membalaskan dendam Nadya pada Elang dan Wanda.
Sesuai janjinya, saat Nadya dan Vina berhasil menemukan lokasi jasad wanita tersebut disembunyikan, hantu wanita yang oleh warga sekitar disebut sebagai hantu perawan jeruk purut itu membunuh Elang dan juga Wanda.
Tanggal Rilis: 19 Juni 2008
Durasi: 80 menit
Sutradara: Nayato Fio Nuala
Produser: Evry Wanda
Penulis Naskah: Ery Sofid
Produksi: Mitra Pictures
Pemain: Ratu Felisha, Monique Henry, Reza Pahlevi, Miller Khan, Moudy Zanya, Mastur, Allanys Weber
Review Singkat
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Ternyata adegan tangan diblender setan yang cukup ikonik di film “Di Sini Ada Yang Mati” berawal dari sini. Persis sama. Ujung-ujungnya pun idem, terbangun dari tidur. Ya gak apa-apa sih, wong karya-karya Nayato Fio sendiri juga. Toh setelah menonton puluhan film hasil penyutradaraannya, banyak adegan penampakan atau jump scare yang serupa. Hanya sekedar diubah komposisinya atau sedikit didaur ulang.
Yang paling membingungkan dalam “Hantu Perawan Jeruk Purut” ini bagi saya adalah sosok hantunya. Perasaan yang saya lihat kalau tidak berupa kepalanya saja ya berwujud utuh satu badan. Tapi karakter Nadya dan Vina menyatakan bahwa yang menteror mereka selalu berwujud kepala manusia saja. Dan kalau memang yang saya lihat tidak keliru, berarti lebih parah lagi karena tidak ada kesesuaian dengan gambar maupun mitos hantu jeruk purut yang populer dengan kepala buntungnya.
Okelah, anggap saja saya kurang teliti karena tata cahaya yang agak minim walau tidak segelap kebanyakan karya Nayato lainnya. Yang jelas, untuk sebuah film horor, saya tidak merasa tegang, kaget, maupun takut saat menontonnya. Terasa lempeng. Gampang tertebak pola penampakan hantunya. Pun tidak ada sama sekali yang memorable.
Dari segi cerita mudah dipahami. Sayang tidak ada penjelasan lebih lanjut kenapa sosok si arwah penasaran diberi julukan hantu perawan jeruk purut. Apa karena rumah tersebut ada di area jeruk purut? Atau karena sering muncul tanpa kepala? Gak jelas.
Endingnya cukup menarik, dimana pembalasan dilakukan oleh si hantu sebagai tanda terima kasih kepada Nadya. Nayato juga terlihat niat menutup film ini dengan layak. Patut diacungi jempol mengingat biasanya ia malas untuk melakukannya.
Untuk akting sama sekali tidak ada yang istimewa. Selain Reza Pahlevi, yang lain cenderung di bawah rata-rata. Apalagi banyak selipan adegan erotis dan menjurus seksual di dalam film ini. Kalau ditambahi buka-bukaan mungkin sudah bisa dipasarkan sebagai film semi. Jelas bukan tontonan anak-anak atau remaja di bawah umur.
Penutup
Cerita klise, judul serta poster yang misleading, horor yang tidak seram, plus akting pemain yang tidak berkesan. Keempat-empatnya bisa ditemui dalam film “Hantu Perawan Jeruk Purut”. Untung babak ketiga menyuguhkan sedikit kesenangan, dengan twist yang menarik serta adegan penutup yang digarap serius. 2/10.
Catatan: rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi
Leave a Reply