“Ghost of Mae Nak” adalah film horor Thailand yang mengangkat mitos populer mengenai sosok Mae Nak Phra Khanong / Mae Nak / Nang Nak. Bahkan ada kuil yang didedikasikan untuknya di bilangan Sukhumvit Soi 77, Bangkok. Di tengah menonton film yang mendapat skor 5.1 di IMDB ini, saya juga tetiba ingat bulan lalu sudah memasukkan “Nang Nak” ke dalam daftar tonton saya di Netflix. Tapi berhubung memang sekarang jatahnya judul-judul di Genflix yang saya review, untuk sementara simak dulu deh sinopsis dan review singkat “Ghost of Mae Nak” di bawah ini.
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Sinopsis Singkat
Belakangan Mak (diperankan oleh Siwat Chotchaicharin) diteror oleh hantu Mae Nak. Namun karena pernikahannya dengan Nak (diperankan oleh Pataratida Patcharawirapong) sudah tinggal menghitung hari, ia pun coba untuk mengabaikannya. Melalui seorang agen properti bernama Angel (diperankan oleh Meesak Nakarat), mereka membeli sebuah rumah tua dengan harga miring sebagai tempat tinggal mereka nanti pasca menikah.
Tahu Nak menginginkan sebuah bros, Mak diam-diam membeli sebuah bros antik sebagai kado pernikahan.
Sementara itu, Angel ternyata ingin berbuat curang dengan menaikkan harga rumah dua kali lipat. Saat hendak bertemu dengan pengacara Mak, hantu Mae Nak membunuhnya.
Beberapa hari setelah pernikahan Mak dan Nak, dua orang pencuri masuk ke rumah mereka dan mengambil barang-barang serta kado-kado pernikahan mereka. Termasuk jas dimana Mak menyimpan bros untuk Nak.
Esok harinya, Mak memergoki dua pencuri tersebut hendak menjual kado-kado pernikahannya di jalanan. Ia berusaha mengejar mereka, namun malah ditabrak oleh mobil para pencuri hingga mengalami koma. Saat membesuknya, Nak sempat berhalusinasi mendengar Mak meminta agar ia menemukan Mae Nak.
Hantu Mae Nak lagi-lagi membalaskan dendam pasangan tersebut dengan membunuh kedua pencuri. Di sisi lain, ia menahan jiwa Mak sehingga Mak tetap tidak sadarkan diri.
Setelah berusaha, Nak tidak hanya bisa menemukan bros dari Mak yang ternyata dibuat dari tulang tengkorak Mae Nak. Ia juga bisa menemukan kuburan Mae Nak. Berkat bantuan Chai, sahabat mereka, dan cenayang bernama Mrs. Grimm (diperankan oleh Wattana Koomkrong), Nak menyatukan bros dengan tengkorak Mae Nak. Mak pun terselamatkan.
Di saat Mak mengira semuanya sudah usai, ia baru menyadari Nak yang bersamanya adalah Mae Nak. Nak sendiri terkurung di peti mati Mae Nak, yang rencananya akan segera dibakar sebagai bagian dari prosesi pemakaman yang layak. Bergegas Mak menuju kuil dan menyelamatkan Nak.
Tanggal Rilis: 15 September 2005
Durasi: 1 jam 41 menit
Sutradara: Mark Duffield
Produser: Siamrus Lauhasukkasame, Wachara Tantranont, Tom Waller
Penulis Naskah: Mark Duffield
Produksi: De Warrenne Pictures
Pemain: Pataratida Pacharawirapong, Siwat Chotchaicharin, Porntip Papanai
Review Singkat
“Ghost of Mae Nak” dibuka dengan nuansa horor ala film horor Indonesia — jump scare berpadu efek suara volume keras. Sehingga saya jadi was-was, jangan-jangan begitu pula formula yang digunakan Mark Duffield untuk menakut-nakuti.
Untungnya tidak.
Iya, memang tetap menggunakan memanfaatkan indera pendengaran untuk menambah efek kaget, namun frekuensinya tidak semasif yang saya duga. Alternatif kengerian juga coba dihadirkan melalui beberapa adegan kematian yang menegangkan.
Seperti combo tersiram minyak panas, tertabrak truk, terpental ke penggorengan, dan terbakar.
Atau nyaris tertabrak truk tapi malah terbelah kaca.
Saya suka dengan penampakan hantu (via efek CGI) yang dibuat agak buram seperti film lawas. Toh pada nyatanya sebagian anak indigo pun melihat penampakan sedemikian rupa. Tidak crystal clear seperti melihat manusia biasa.
Yang sangat disayangkan justru naskahnya. Berbelit-belit dan punya banyak lubang.
Memisahkan adegan penemuan jenazah Mae Nak dan pengembalian bros yang dibuat dari potongan tengkorak Mae Nak misalnya. Ini terasa sekali sengaja dibuat untuk menambah panjang durasi tayang. Apalagi di antaranya masih diselipkan adegan konsultasi ke cenayang.
Nak memang tidak percaya hantu, tapi apa ya dia sebodoh itu sampai tidak paham kalau harus mengembalikan bros Mae Nak ke jasadnya.
Begitu pula pertemuan-pertemuan Nak dengan Kong. Sampai tamat pun Kong tidak jelas faedah eksistensinya di film.
Lebih parah lagi jelas adegan di akhir. Saat Nak digambarkan tiba-tiba berpindah ke peti mati Mae Nak dan hendak dibakar. Ini adegan yang sama sekali tidak penting dan merusak ending film yang seharusnya sudah cukup layak.
Selain itu, “Ghost of Mae Nak” menghadirkan dua karakter pencuri tertolol dalam sejarah kriminal. Mana ada maling yang menjual kembali kado-kado pernikahan yang mereka curi tapi masih lengkap dengan kotak kadonya???
Kegundahan terakhir adalah dari segi akting. Terutama sang aktris pemeran utama, Pataratida Pacharawirapong. Di banyak adegan, wajahnya terlihat lempeng tanpa ekspresi. Bahkan saat ia tahu kebetulan rumah yang ditempati Mak dan Nak adalah bekas rumah Mae Nak 100 tahun yang lalu. Bukannya kaget malah berlagak sok cantik.
Penutup
“Ghost of Mae Nak” sebenarnya bisa menjadi sajian horor yang menyenangkan untuk ditonton. Kombinasi horor mistis dan ketengan adegan kematiannya patut diacungi jempol. Sayangnya, semua itu dirusak oleh naskah yang berantakan, bertele-tele, dan banyak lubang. Ditambah dengan akting Pataratida Pacharawirapong yang minim ekspresi. Ekspektasi yang terlanjur tinggi dihempas begitu saja. 3/10.
Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi
Leave a Reply