Review Film Aurora (2018)

Saya menonton film “Aurora” ini di Netflix tanpa ada ekspektasi apapun selain mengharapkan bakal ketakutan mengingat genrenya adalah horor. Sinopsisnya pun tidak ada bayangan sama sekali. Gak nyangka ternyata lumayan juga. Belakangan, saat menulis artikel ini, saya baru tahu kalau di saat film ini dirilis di bioskop 2 tahun lalu, ia meraup kesuksesan besar-besaran. Bayangkan, dengan modal biaya produksi ‘hanya’ 3 juta peso, penghasilannya bisa mencapai 107 juta peso! Mantap, kan? Lalu seperti apa filmnya? Simak sinopsis dan review singkatnya berikut ini.

Sinopsis Singkat

poster aurora 2

Sebuah kapal penumpang bernama Aurora menabrak batu karang di dekat pesisir sebuah pulau kecil. Setelah dilakukan pencarian, masih ada beberapa jenazah korban yang belum diketemukan. Karena sudah menghabiskan waktu lama, pencarian pun dihentikan. Kendati demikian, pihak keluarga korban diam-diam meminta agar Leana (diperankan oleh Anne Curtis), pemilik penginapan di pinggir pantai yang berada tak jauh dari lokasi kapal Aurora terdampar dan sekaligus menjadi markas sementara saat pencarian berlangsung, tetap melanjutkan pencarian. Mereka berjanji akan memberi imbalan dengan jumlah yang lumayan untuk setiap jenazah yang berhasil diketemukan Leana.

Hanya tinggal berdua dengan adiknya, Rita (diperankan oleh Phoebe Villamor), pasca kematian kedua orangtuanya, Leana menerima tawaran tersebut. Ia lantas bekerjasama dengan Eddie (diperankan oleh Allan Paule), seorang nelayan lokal, dengan perjanjian bagi hasil. Anehnya, sejak itu Leana mulai melihat penampakan korban Aurora. Tidak hanya di batu karang, melainkan hingga di dalam penginapan.

Mengetahui Eddie yang lebih bersemangat mencari kargo kapal dan menjualnya, Leana minta bantuan pada sahabatnya (atau kekasihnya?), Ricky (diperankan oleh Marco Gumabao), untuk ikut bersama Eddie. Kakak Ricky, Phillip (diperankan oleh Arnold Reyes), kebetulan merupakan salah satu penduduk lokal yang selamat dari tragedi Aurora.

Saat sedang menyelam di dekat kapal bersama Eddie, Ricky menemukan jenazah seseorang bertubuh tinggi besar. Mereka lalu membawanya ke daratan dan menunjukkannya pada Leana. Tidak ikut Rita takut, Leana sengaja menyembunyikannya di gudang.

Keberadaan jenazah pria tersebut ternyata membuat penampakan di penginapan semakin masif. Rita bahkan terlihat beberapa kali mendatangi kamar 2A di lantai atas, kamar dimana sebelumnya Leana melihat penampakan seseorang. Belakangan Cecile (diperankan oleh Andrea Del Rosario), istri Eddie, juga melihat penampakan di kamar tersebut. Kejadian itu membuat Cecile memaksa Eddie untuk tidak lagi bekerjasama dengan Leana.

Lambat laun fakta pun mulai terungkap. Dari Phillip, diketahui bahwa jenazah pria bertubuh tinggi besar tersebut sudah dalam keadaan meninggal saat dibawa di dalam Aurora. Entah ada hubungannya atau tidak, sepanjang perjalanan banyak sekali kejadian aneh di kapal. Mulai dari lampu mati hingga suhu yang mendadak turun. Sebagian mengaitkannya dengan jenazah pria tersebut, yang dianggap membawa sial bagi Aurora.

Puncaknya adalah ketika kapten kapal seolah dengan sengaja mengarahkan Aurora ke batu karang. Kecelakaan pun terjadi. Belakangan terungkap pula bahwa kapal tersebut ternyata overload, atau kelebihan penumpang. Sebagian dari penumpang gelap dikumpulkan dalam gudang yang terkunci agar tidak ketahuan saat kapal diperiksa. Apes bagi mereka, saat kecelakaan terjadi, mereka sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Jenazah-jenazah mereka inilah yang pada akhirnya tidak bisa diketemukan karena memang masih terperangkap di dalam kapal.

Hal itu diketahui Leana dan Rita saat keduanya mengalami perjalanan gaib ke momen dimana Aurora mengalami kecelakaan. Sekembalinya ke dunia nyata, jenazah-jenazah korban Aurora yang hilang ternyata semua sudah berada di dalam penginapan Leana.

Tanggal Rilis: 25 Desember 2018
Durasi: 1 jam 50 menit
Sutradara: Yam Laranas
Produser: Vic del Rosario Jr., Vincent Paolo Fernandez
Penulis Naskah: Yam Laranas, Gin de Mesa
Produksi: Viva Films, Aliud Entertainment
Pemain: Anne Curtis, Marco Gumabao, Mercedes Cabral, Allan Paule, Andrea Del Rosario, Phoebe Villamor, Arnold Reyes, Ricardo Cepeda, Ruby Ruiz, Sue Prado

Review Singkat

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

“Aurora” adalah jenis film horor yang menggabungkan antara suasana / atmosfer yang mencekam dengan penampakan yang mengerikan. Yang disebut kedua mungkin tidak terlalu berhasil bagi saya pribadi. Entah kenapa, sebagian penampakan terlihat seperti tempelan CGI. Kurang halus dan agak mengganggu.

Tapi tidak dengan yang pertama. Film ini berhasil menyajikan ketegangan. Bahkan sejak adegan pembuka dimana ujug-ujug kita sudah disuguhkan sebuah kapal penumpang berukuran besar dalam keadaan terguling di batu karang. Kesengajaan naskah untuk tidak buru-buru menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada kapal tersebut membuat scene demi scene yang menyempilkan penampakan Aurora menjadi terasa menegangkan.

Walau di awal musik latar agak mengganggu, untung semakin ke belakang semakin menyatu. Bisa mendukung apa yang tengah tampil di layar. Saat jumpscare pun musik maupun efek suara tidak membikin pekak telinga.

Saya tidak tahu apakah disengaja atau tidak. Beberapa kali tampil adegan di dalam air yang seolah mengisyaratkan ada sesuatu yang menghuni / menguasai / berenang di dasar laut. Nyatanya tidak. Ini bikin bete. Seperti sedang di-prank.

Alur utamanya sendiri tidak sulit untuk ditebak. Film horor dengan adanya karakter anak kecil (atau adik dari karakter utama) sudah pasti ujung-ujungnya si anak kecil tersebut (atau adik dari karakter utama) ternyata bisa melihat atau berkomunikasi dengan makhluk halus. Itu juga yang terjadi di “Aurora”. Yang membingungkan, Rita yang di sepanjang film terlihat berani berkomunikasi dengan hantu, di bagian 20 menit akhir (saat ia dan kakaknya terperangkap di dunia gaib) malah terlihat ketakutan dan panik. Gak konsisten jadinya.

Yang menurut saya sulit dicerna adalah ending-nya. Tidak jelas apakah arwah pria bertubuh tinggi besar itu memang ada kaitannya dengan kecelakaan kapal atau tidak. Di sisi lain, film memberikan opsi yang lebih logis, yaitu kelebihan muatan yang berujung pada kecelakaan. Mungkin disengaja untuk memuaskan penonton dari dua pihak: yang percaya pada hal mistis dan yang tidak.

Penutup

Sebagai film yang lebih mengandalkan pada atmosfer mencekam ketimbang jumpscare, menonton “Aurora” mungkin bisa menjadi pengalaman yang membosankan bagi sebagian orang. Terlebih durasinya hampir mencapai 2 jam. Saya juga sebenarnya termasuk orang yang tidak betah menonton film dengan konsep sejenis, namun entah kenapa bisa cukup betah menikmati film ini. Padahal jumpscare-nya pun klasik alias standar-standar saja. Sayang naskahnya tidak terlalu istimewa. 5/10.

Catatan: rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf aurora 3

Leave a Reply