Selama ini saya kira saya sudah me-review film yang satu ini, “Asih”. Pasalnya, saat dirilis, saya menonton langsung di bioskop. Di hari pertama, di jam pertama. Ternyata yang ada di Curcol.Co baru skornya saja, belum resensinya, hehehe. So, here we go, part of Danur Universe, yang mengangkat sosok hantu Asih di “Danur: I Can See Ghosts” sebagai bintangnya. Seperti apa ceritanya? Simak sinopsis dan review singkatnya di bawah ini.
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Sinopsis Singkat
Cerita mengambil latar waktu 37 tahun sebelum film Danur.
Suami istri Andi (diperankan oleh Darius Sinathrya) dan Puspita (diperankan oleh Citra Kirana) tinggal bersama ibu Andi sebuah rumah di pinggiran kota Bandung. Puspita yang tengah hamil tua tiba-tiba melahirkan sebulan lebih cepat. Pun begitu, persalinannya berjalan lancar. Bidan Sekar Nurmala (diperankan oleh Djenar Maesa Ayu) yang membantu prosesnya juga mengatakan semuanya baik-baik saja. Gak ada angin, gak ada hujan, Sekar menceritakan tentang adanya seorang wanita di kampung sebelah yang baru saja bunuh diri usai membunuh bayinya. Serta tentang adanya orang pintar misterius di kampung tersebut yang bernama Abah.
Esoknya, Puspita menemukan sebuah sisir di lantai rumahnya. Ia lalu menyimpan dan sesekali menggunakan sisir tersebut. Anehnya, sejak anaknya lahir, mulai timbul kejadian-kejadian aneh di rumah. Puspita serta ibu Andi beberapa kali melihat penampakan hantu wanita. Mereka kemudian menceritakan hal tersebut pada Andi, yang baru percaya setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri.
Bayi Andi dan Puspita, yang diberi nama Amelia, tiba-tiba hilang saat sedang dimandikan oleh Puspita. Yakin pelakunya adalah hantu yang meneror mereka, Andi memanggil Abah (diperankan oleh Alex Abbad) datang ke rumah mereka. Terungkap bahwa hantu yang meneror mereka adalah hantu Asih (diperankan oleh Shareefa Danish), wanita yang baru saja bunuh diri. Sisir yang ditemukan Puspita sebenarnya juga adalah sisir milik Asih, yang ia gunakan untuk bunuh diri. Tujuan Asih sendiri adalah untuk merebut Amelia menjadi miliknya.
Setelah mencari, Abah dan Andi berhasil Amelia. Tanpa sadar Puspita sudah dirasuki oleh Asih, mereka menyerahkan Amelia kepada Asih. Asih kemudian membawa Amelia dan hendak menenggelamkannya di air. Sebelum itu terjadi, Abah berhasil mengusir arwah Asih dari tubuh Puspita. Ibu dan bayinya pun sama-sama selamat.
Sesuai pesan dari Abah, keesokan harinya ibu Andi menguburkan sisir Asih di dekat pohon besar (seperti yang ada di Danur).
Tanggal Rilis: 11 Oktober 2018
Durasi: 77 menit
Sutradara: Awi Suryadi
Produser: Manoj Punjabi
Penulis Naskah: Lele Laila
Produksi: MD Pictures, Pichouse Films
Pemain: Shareefa Daanish, Citra Kirana, Darius Sinathrya, Marini, Alex Abbad, Djenar Maesa Ayu
Review Singkat
Kerapian unsur horor “Silam” yang dirilis 2 bulan setelah “Asih” kemungkinan besar belajar dari film ini. Dibandingkan dua film Danur besutan Awi sebelumnya, film ini jelas memiliki kualitas horor di atasnya. Terutama dari sisi jump scare. Alih-alih menghadirkan efek suara yang di atas normal demi mengagetkan penonton, yang dilakukan adalah sebaliknya: menghadirkan dialog percakapan yang lemah lembut dan cenderung lirih serta suasana lingkungan yang tenang. Alhasil, begitu ada suara yang lebih keras sedikit saja, kita sudah terkaget-kaget.
Apesnya, berhasil di horor, “Asih” justru jeblok di naskah. Dengan durasi yang di bawah standar film layar lebar, cerita jadi terkesan ala kadarnya. Nyaris tidak ada kedalaman cerita. Karakter ibu Andi yang mengalami dementia seharusnya bisa lebih diulik untuk menghadirkan ketegangan. Sayangnya tidak. Karakter beliau malah terasa sambil lalu, bisa dihilangkan tanpa mengurangi cerita.
Secara keseluruhan saya tidak punya masalah dengan dialog yang ada. Selain di dua bagian. Yang pertama saat Andi pertama kali melihat sosok Asih. Ia bisa langsung menyimpulkan itu adalah sosok hantu yang sama seperti yang dilihat istri dan ibunya. Padahal setahu saya (mohon diralat jika salah), sepertinya keduanya tidak pernah mendeskripsikan perawakan fisik Asih pada Andi.
Yang kedua di saat adegan puncak, saat dukun Abah mengusir Asih yang merasuki Puspita. Dialog Abah sama sekali tidak meyakinkan. Tidak menyiratkan karakternya yang diposisikan sebagai paranormal yang pintar. Kalau terjadi di dunia nyata, mungkin hantunya tetap akan woles berada di tubuh orang yang dirasuki. Gak bakalan pergi.
Film ini juga menyelipkan adegan komedi yang sayangnya terlalu garing. Seingat saya, tidak ada satu pun penonton di bioskop yang tertawa saat adegan itu. Becandaannya klise.
Penutup
Walau punya adegan kursi melayang yang berkesan serta tidak sepenuhnya bergantung pada scoring atau suara keras untuk mengagetkan penonton, entah kenapa secara keseluruhan “Asih” terasa hambar. Perasaan saya usai menontonnya… seperti tidak habis menonton apa-apa. Gak merasa puas karena bagus, gak juga merasa bete karena jelek. Mungkin karena durasinya yang terbilang singkat untuk ukuran film layar lebar. Cerita jadi terkesan dangkal dan begitu begitu saja. Selipan adegan komedi juga gagal total menghasilkan titik tawa, terlalu garing. 4/10.
Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi
Leave a Reply