Hari Kami tanggal 2 Mei ini ada 2 film horor lokal sekaligus yang dirilis, yaitu “Arwah Noni Belanda” dan “Sekte”. Karena tidak semua bioskop di Surabaya menayangkan keduanya, saya putuskan untuk menonton “Arwah Noni Belanda” terlebih dahulu di siang hari mengingat lokasi bioskopnya yang lebih jauh dari rumah. Dan inilah reviewnya.
Sinopsis Singkat
Di Batavia pada 1834 tinggallah Hellen Van Stolch (Milena Tunguz). Hellen adalah puteri satu-satunya dari tuan tanah yang mempunyai perkebunan luas: bernama Jacob Van Stolch (Maurie Chevalier) belasteran Belanda-Jerman. Kisah tragis yang ia alami membuat arwahnya tetap tertahan sampai sekarang, Suatu hari kisahnya hadir di alam bawah sadar Sarah Astari (Sara Wijayanto), penulis novel yang sedang menggarap sebuah cerita horror. Pada awalnya Sarah tidak mengetahui pergesekan dimensi tersebut. Ia hanya menganggapnya sebagai mimpi buruk, namun kemudian semua berubah mencekam ketika teror demi teror dilakukan oleh Arwah Hellen Van Stolch terhadap Sarah beserta keluarganya.
Tanggal Rilis: 2 Mei 2019
Durasi: 75 Menit
Sutradara: Agus H Mawardy
Penulis: King Javed
Produser: Dewan Indrayoga, Devi Monica
Produksi: SAS Films
Distributor: –
Pemain: Sara Wijayanto, Milena Tunguz, Nayla D. Purnama, Willem Bevers, Ferdian Aryadi
Review Singkat
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Beberapa tahun lalu, di internet beredar semacam video kompilasi dari live record kejadian-kejadian bunuh diri atau hal-hal sadis yang berujung pada kematian. Saya sempat beberapa kali menontonnya. Jadi, ketika film “Arwah Noni Belanda” dibuka dengan adegan bunuh diri yang tidak sesuai dengan apa yang sebelumnya pernah saya lihat, feeling saya sudah langsung tidak enak.
Sayangnya, intuisi saya benar. Dan tidak hanya saya. Faktanya, saat beranjak dari tempat duduk, sebagian besar penonton saya dengar mengeluhkan alur cerita yang gak jelas.
Premisnya padahal sederhana. Sesuatu yang seharusnya tidak mungkin goes wrong, mengingat sudah cukup banyak film horor dengan tema sejenis. Tentang seseorang yang dihantui oleh arwah penasaran, yang sebenarnya ingin memberitahunya mengenai apa yang terjadi pada dirinya di masa lalu.
Entah kenapa, tema se-klise tersebut tidak bisa dieksekusi dengan benar. Dream sequence berulang yang membuat alur jadi tidak jelas, dialog yang membosankan, pengambilan gambar yang bertele-tele (sudah terlihat di awal, saat tampilan judul film memakan durasi yang terlalu lama), personaliti karakter yang tidak konsisten (karakter Sarah yang tegar menghadapi hantu namun justru menangis saat menelpon paranormal), hingga keberadaan karakter yang tidak ada fungsinya sama sekali (paranormal yang datang tapi cuma diam dan tidak memberi solusi).
Belum ditambah dengan format usang mengagetkan penonton dengan suara musik keras, yang anehnya terkadang dihadirkan tanpa ada follow up-nya sama sekali. Keanehan lain adalah resolusi layar serta tone warna yang terlihat berubah-ubah, bahkan pada adegan yang sama.
Yang lebih mengenaskan lagi, saya, dan mungkin sebagian penonton yang lain, merasa sia-sia terus duduk manis hingga credit title karena pada akhirnya sama sekali tidak ada penyelesaian terhadap konflik yang terjadi. Sekumpulan karakter dihantui setan, takut, lantas memilih pergi. Tamat.
Terus terang saya benar-benar kecewa dengan film ini mengingat belakangan film-film horor lokal sudah memiliki kemajuan yang signifikan, terutama dari segi cerita dan eksekusinya. “Arwah Noni Belanda” seperti membawa saya kembali ke masa dua tiga tahun lalu, dimana kebanyakan penonton bioskop masih bisa menerima mentah-mentah film dengan kualitas seperti ini…
Skor Akhir: 2/10
sherad
kan uda kita tau kalo film horror indonesia mah ga bermutu…
norak dan kampungan kesannya
ga bermutu boooo
admin
wkwkwk padahal yang rilis april kemarin sudah lumayan bagus, gak tau kenapa di bulan mei yang beginian ada lagi 😀