Review Film Angkerbatu (2007)

“Angkerbatu” acap dimasukkan ke dalam daftar film horor Indonesia terseram. Saya jadi penasaran, seseram apa sih sebenarnya film yang kisahnya merupakan spin-off dari franchise Jelangkung-nya Rizal Mantovani dan Jose Purnomo ini. Apa hanya menjual kesuksesan “Jelangkung” belaka? Atau benar-benar layak ditonton? Simak sinopsis dan review singkatnya di bawah ini, ya.

FYI, saya tidak menemukan film ini di layanan streaming video legal manapun. Jadi terpaksa saya menonton versi bajakannya di Youtube. Mohon dimaafkan 🙂

Sinopsis Singkat

poster angkerbatu

Manda (diperankan oleh Nuri Maulida) dan Rino (diperankan oleh Bayu S Wiguna) hilang saat meliput demonstrasi yang dilakukan warga terhadap pembangunan lapangan golf di area Angkerbatu. Rekan mereka yang lain, yang juga bekerja sebagai kontributor TV Voice of Korea, Yudha (diperankan oleh Yama Carlos), Kanaya (diperankan oleh Mieke Amalia), dan Warno (diperankan oleh Susilo Badar), dikirim ke daerah tersebut untuk mencari mereka. Setelah bertemu dengan Mr. Kim (diperankan oleh Dan Kim), pimpinan proyek, mereka lanjut menuju hotel tempat Mr. Kim menginap. Anehnya, kondisi kota saat itu benar-benar lengang. Tidak ada satu pun orang di sana. Bahkan terlihat seperti kota mati yang sudah ditinggalkan begitu saja.

Dalam perjalanan mereka sempat bertemu dengan seorang wanita (diperankan oleh Imelda Therinne) yang lantas dibawa ikut ke hotel. Wanita tersebut tampak waswas dan ketakutan akan suatu hal. Belakangan, setelah menemukan Rino, mereka semua akhirnya tahu bahwa penunggu gaib Alas Ketonggo yang ada di area Angkerbatu telah murka akibat wilayah mereka diusik manusia. Tidak itu saja, para penunggu gaib itu juga berniat untuk membalas dendam pada orang-orang yang ada di sekitar.

Mengetahui hal tersebut, Mr. Kim dan Rino memutuskan untuk pergi meninggalkan kota. Sementara yang lain melanjutkan perjalanan ke daerah selatan untuk menemui Pak Gondo (diperankan oleh Priyo S Winardi), sesepuh yang tahu banyak mengenai Alas Ketonggo.

Setibanya di sana, keadaan sedang kacau balau. Penduduk tampak dan berlari ke sana kemari. Sebagian sudah mulai kerasukan arwah penghuni Angkerbatu. Yang tersisa lantas pergi bersama Yudha dkk dan pak Gondo ke sebuah bangunan yang diklaim aman oleh pak Gondo. Meski demikian, beberapa dari penduduk mulai kerasukan. Termasuk juga Kanaya.

Di tempat lain, mobil yang dikendarai Mr. Kim dan Rino tiba-tiba tidak bisa dikontrol saat hendak melewati batas kota. Mr. Kim yang panik kemudian keluar dari mobil. Tiba-tiba tubuhnya melayang dan hilang di balik kabut.

Untuk menyelamatkan Kanaya sekaligus menemukan Manda, wanita yang tadi ditemui di kota memberitahu Yudha agar pergi ke sebuah hotel di bagian dalam hutan Angkerbatu. Pak Gondo menentangnya, namun Yudha tetap bersikeras melakukannya. Di sana, si wanita menyerahkan kalung yang selama ini ia pakai pada Yudha. Yudha pun masuk ke dalam hotel dan akhirnya menemukan Manda dalam kondisi tak sadarkan diri.

Tak lama, Yudha dan Manda berkumpul kembali dengan yang lain. Gangguan penunggu Alas Ketonggo sudah berhenti dan Kanaya juga sudah tidak kerasukan lagi. Setelah menyegel pagar pembatas Angkerbatu, mereka semua pulang ke Jakarta.

Setibanya di Jakarta, ternyata tidak ada seorang pun di sana. Tidak itu saja, handy talkie milik Yudha tiba-tiba bereaksi, menandakan hadirnya kembali penunggu Angkerbatu.

Tanggal Rilis: 26 April 2007
Durasi: 86 menit
Sutradara: Jose Purnomo
Produser: Jose Purnomo
Penulis Naskah: Jose Purnomo, Hilman Mutasi
Produksi: Liquid Media
Pemain: Mieke Amalia, Yama Carlos, Susilo Badar, Imelda Therinne, Nuri Maulida, Bayu S. Virguna, Priyo S. Winardi, Dan Kim

Review Singkat

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Film dibuka dengan sangat menyenangkan. Setting kota kecil yang seluruh penduduknya lenyap tanpa bekas. Tiga karakter utama — Yudha, Kanaya, dan Warno — yang cekatan dan sepertinya tahu apa yang harus dilakukan dalam berbagai situasi. Serta adanya mitos ganda. Satu mengenai penunggu Alas Ketonggo yang ada di area hutan Angkerbatu. Satu lagi tentang pantangan mencuci muka dengan air di daerah tersebut jika tidak ingin melihat makhluk gaib. Sungguh menjanjikan.

Namun seiring bergulirnya cerita, awal yang menjanjikan semakin lama semakin memudar. Semakin ke belakang, cerita menjadi semakin tidak jelas. Bagai keping-keping puzzle yang harus kita susun sendiri tanpa adanya bantuan yang memadai.

Hal ini semakin terasa di babak ketiga dimana yang muncul di layar cukup ramai. Berpadu dengan pencahayaan yang minim, sulit untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi. Ada karakter yang tiba-tiba hilang, lantas hadir kembali di akhir seolah tidak mengalami apa-apa. Ada pula yang menghilang dan sampai akhir tidak ada kejelasan siapa sebenarnya si karakter tersebut.

Di akhir, ada twist mengejutkan yang disuguhkan. Masalahnya, twist tersebut tidak masuk akal dimana penghuni Angkerbatu diceritakan sudah melenyapkan penduduk Jakarta. Untuk menyerang penduduk sekitar Angkerbatu saja mereka belum tuntas dalam waktu 2 malam. Bagaimana bisa tiba-tiba melancong ke Jakarta yang jaraknya cukup jauh dari Angkerbatu.

Satu-satunya yang berhasil terjaga dengan baik sedari awal adalah suasana horor mencekam yang dibangun. Jose Purnomo sukses membuat kita penasaran seperti apa sebenarnya penampakan si penunggu Angkerbatu (yang sampai akhir tidak ditunjukkan dengan jelas). Di sisi lain, hantu ala Sadako agak bikin ilfil karena sudah terlalu sering dimunculkan di film-film sejenis.

Untuk akting sendiri, perhatian saya terfokus pada Susilo Badar yang berperan sebagai pak Warno. Terasa natural dan tidak dibuat-buat. Imelda Therinne juga oke. Karakter yang misterius dan creepy memang bisa dikatakan sudah jadi spesialisasinya. Yang paling mengganggu adalah karakter Kanaya, sepertinya gak ada faedahnya sama sekali sepanjang cerita…

Penutup

Saya sebenarnya berekspektasi tinggi terhadap “Angkerbatu”. Ya, filmnya memang tergolong menyeramkan. Setidaknya di atas rata-rata film Indonesia yang bergenre horor lainnya. Terutama dari segi suasana yang dibangun. Sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan cerita yang berkualitas dan rapi. Jangankan untuk memahami misteri Angkerbatu, memahami jalan cerita pun tidak mudah. 5/10.

Catatan: rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf angkerbatu

Leave a Reply