Review Film 308 (2013)

Setelah “Rumah Kentang” yang katanya bagus banget itu (saya belum menontonnya), “308” adalah film kedua dari rumah produksi spesialis horor “Hitmaker Studios”. Beberapa cast pemain dipertahankan. Seperti Shandy Aulia, Gilang Dirga, dan Ki Kusumo. Sama halnya dengan yang disebut di awal, film ini juga mengangkat urban legend yang beredar di masyarakat. Yaitu mengenai kamar nomer 308 yang ada di hotel Samudra, yang menurut mitos merupakan kamar persinggahan Nyi Roro Kidul. Uniknya, judul awal film ini sebenarnya adalah “Hotel Samudra”. Namun karena adanya protes dari beberapa pihak akhirnya diganti dengan “308”. Seperti apa filmnya?

Sinopsis Singkat

poster 308

Sulit mencari pekerjaan pasca lulus kuliah, Naya (diperankan oleh Shandy Aulia) memutuskan untuk menerima tawaran yang diberikan oleh sahabatnya, Caca (diperankan oleh Kimberly Ryder), dan suami Caca, Jefry (diperankan oleh Marcell Domits), untuk bekerja di hotel Samudra. Adalah Sena (diperankan oleh Denny Sumargo), teman lama mereka, yang kini menjadi pimpinan hotel tersebut. Naya membawa serta Aira (diperankan oleh Yafi Tesa Zahara), adiknya yang masih duduk di bangku SD.

Di tempat kerjanya yang baru, Naya diperkenalkan dengan karyawan-karyawan yang lain: Prila (diperankan oleh Kartika Putri), Dudi (diperankan oleh Gilang Dirga), Harlan (diperankan oleh Ki Kusumo), dan Erin (diperankan oleh Sylvia Fully). Ia juga diwanti-wanti agar jangan pernah masuk ke kamar nomer 308 yang ada di hotel tersebut.

Di saat bersamaan, Sena memberitahu bahwa sedang ada wabah malaria di daerah tersebut sehingga hotel akan ditutup selama beberapa hari untuk diadakan penyemprotan. Demi menjaga keselamatan karyawan, seluruh pintu hotel sengaja dikunci hingga proses penyemprotan selesai beberapa hari kemudian.

Sejak hari pertama, Naya mulai merasakan adanya berbagai kejanggalan yang berhubungan dengan kamar 308. Setelah sempat menyusup masuk dan melakukan investigasi, ia baru tahu bahwa itu adalah kamar khusus milik ratu Laut Selatan, Nyi Roro Kidul. Siapa saja yang masuk ke dalam tanpa izin bakalan membawa celaka ke seluruh penghuni hotel.

Seolah mitos tersebut benar, satu persatu karyawan hotel meninggal. Hingga akhirnya terungkap bahwa mereka semua, termasuk Caca dan Jefry, sebenarnya berniat untuk menumbalkan Naya dan Aira pada Nyi Roro Kidul agar keinginan mereka bisa terkabul. Berhasilkah Naya dan Aira selamat?

Tanggal Rilis: 5 Juni 2013
Durasi: 120 menit
Sutradara: Jose Poernomo
Produser: Rocky Soraya
Penulis Naskah: Riheam Junianti
Produksi: Hitmaker Studios
Pemain: Shandy Aulia, Denny Sumargo, Kimberly Ryder, Kartika Putri, Ki Kusumo, Gilang Dirgahari, Sylvia Fully, Marcell Domits

Review Singkat

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Jarang ada film horor lokal yang bisa bikin saya bahagia saat menonton. Tersenyum senyum sendiri melihat apa yang ada di layar, melupakan segala kekurangan yang ada. Dan “308” adalah salah satu di antaranya.

Tanpa terlalu boros menghadirkan penampakan dan jump scare, film ini mampu membawa kita pada suasana yang mencekam dengan tensi ketegangan yang semakin lama semakin meningkat. Dengan terlebih dahulu mengabaikan sisi minusnya, “308” bagi saya juga merupakan satu dari sedikit film horor lokal yang sukses menghadirkan babak ketiga alias babak akhir dengan proper. Horornya dapet, tegangnya dapet, epilognya juga dapet.

Tidak hanya dari alur cerita, mata pun turut dimanjakan nyaris sepanjang film. Untuk musik atau efek suara jujur saya tidak bisa banyak menilai karena ‘hanya’ menonton di komputer. Tidak adil jika dibandingkan experience-nya dengan menonton langsung di bioskop.

Sayangnya, “308” tetap tidak luput dari berbagai kekurangan di sana sini. Set hotel yang mengagumkan tidak dibarengi dengan hal-hal yang masuk nalar. Seperti pintu kamar siapa pun yang sepertinya tidak pernah dikunci, karakter Sena selaku GM yang mengaku tidak punya kendaraan untuk meninggalkan hotel tersebut, hingga karakter Naya yang mampu beberapa kali menguping / membuntuti karakter lain secara terang-terangan tanpa terpergok. Semoga saja Hitmaker Studios sampai kapan pun tidak membuat film bertema spionase karena hasilnya pasti ajaib.

Karakter Naya sendiri sebagai tokoh kunci malah bisa disebut sebagai kelemahan utama film ini. Akting Shandy Aulia sama sekali tidak meyakinkan. Dari gayanya di awal saja saya sudah tidak teryakinkan bahwa karakter Naya sedang dalam tekanan ekonomi. Penampilannya selalu terjaga kinclong di setiap adegan. Yang tentu saja sangat tidak alami dalam keadaan seperti yang digambarkan di film.

Yang paling parah pada saat ia tahu bahwa segala malapetaka yang terjadi adalah gara-gara ulahnya membuka pintu kamar yang terlarang. Saya sama sekali tidak melihat penyesalan di wajahnya. Baik pada saat hal itu terungkap maupun setelahnya. Lama-lama saya jadi curiga bahwa Hitmaker Studios berkali-kali mendapuk Shandy sebagai pemeran utama bukan karena aktingnya. Melainkan karena sudah terlanjur tanda tangan kontrak untuk menjadi pemeran utama di beberapa film mereka.

Berbanding terbalik adalah akting Denny Soemargo yang cukup keren. Terlihat jelas sekali perbedaan mimik mukanya dalam situasi yang berbeda. Tidak monoton dan membosankan. Melihat Gilang Dirga yang masih kurus juga jadi hiburan tersendiri, hehehe.

Momen paling memorable bagi saya pribadi adalah pada saat Nyi Roro Kidul ditampilkan di belakang dalam bentuk siluet / agak kabur. Itu keren.

Penutup

Meski menyaksikan adegan buntut membuntuti plus intip mengintip yang masih saja tidak logis seperti halnya dalam “Rumah Gurita”, secara keseluruhan “308” masih jauh lebih layak untuk ditonton. Mitosnya tidak hanya sekedar tempelan, menyatu dengan cerita. Elemen horornya pun masih bisa terasa walau minim penampakan seram. Ciri khas Hitmaker Studios dengan adanya shoot yang dramatis serta bagian penutup yang layak dipertahankan. Sayang tidak sepenuhnya bebas noda. 6/10.

Catatan: rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

Leave a Reply