Review Film 122 (2019)

“122” jadi film horor asal negara Mesir pertama yang saya tonton. In a matter of fact, ini adalah film pertama asal negara tersebut yang pernah saya tonton.

Jujur awalnya saya tidak menyangka ada film bergenre horor dari negara yang terkenal akan piramidanya itu. Tapi setelah menyimak sub-genre-nya, ini adalah film yang mengangkat ketegangan (thriller) dan teror psikologis (psychological). Bukan supranatural atau hantu-hantuan.

Menariknya, selain fakta bahwa ini adalah film Mesir pertama yang mengusung teknologi 4DX, “122” juga merupakan film Mesir pertama yang didubbing ke bahasa Hind, merajai box office pada saat ditayangkan, serta dirilis ke kancah internasional. Termasuk ke Netflix.

Nah, seperti apakah ceritanya? Benarkah layak untuk ditonton?

Yuk simak sinopsis dan review singkatnya di bawah ini.

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Alur Cerita / Sinopsis Singkat

poster 122

poster 122

Akibat kekurangan biaya untuk melangsungkan pernikahan yang layak, pasangan Nasr (diperankan oleh Ahmed Dawood) dan Umnia (diperankan oleh Amina Khalil) yang sebenarnya sudah menikah secara agama, memutuskan untuk kembali ke dunia hitam Nasr dahulu.

Apes, belum apa-apa mobil yang mereka kendarai mengalami kecelakaan fatal di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk.

Saat tersadar, Umnia berada di ruangan UGD rumah sakit Al Hayat. Ia hanya mengalami luka ringan. Pun begitu, ia tidak berhasil menemukan suaminya di sana.

Berasumsi Nasr dikirim ke rumah sakit lain, Umnia ikut dengan pasien lain yang hendak kembali ke kota.

Sementara itu, Nasr terbangun dan mendapati dirinya berada di kamar mayat. Di sebelahnya, ada seorang dokter yang tengah mengambil organ tubuh seseorang (korban kecelakaan lain) yang telah meninggal.

Di saat dokter tersebut lengah, Nasr berhasil menghubungi Umnia dan memberitahu bahwa dirinya berada di kamar mayat rumah sakit Al Hayat.

Ulah Nasr ketahuan. Kendati demikian, ia bisa merayu dokter tersebut untuk membebaskan dirinya. Sebelum itu terjadi, atasan si dokter, dokter Nabil (diperankan oleh Tariq Lutfi), datang dan memerintahkan agar dokter tersebut melanjutkan membunuh Nasr dan mengambil organ tubuhnya.

Terjadi insiden yang mengakibatkan dokter tersebut tewas. Nasr sendiri kabur.

Sementara Nabil sibuk mengejar Nasr, Umnia tiba di rumah sakit. Ia disambut oleh dokter Mohammed (diperankan oleh Mohamed Hajazy) dan suster Samar (diperankan oleh Jehan Khalil).

Keduanya ternyata bersekongkol dengan Nabil. Mohammed yang hendak menyelamatkan Umnia turut tewas di tangan Nabil.

Pada akhirnya, Umnia bisa bertemu dengan Nasr. Keduanya bahu membahu hingga mampu membunuh Nabil dan meninggalkan rumah sakit tersebut dengan selamat.

Tanggal Rilis: 2 Januari 2019
Durasi: 93 menit
Sutradara: Yasir Al Yasiri
Produser: Saif Oraibi
Penulis Naskah: Salah Algoheny
Produksi: Maqam Productions
Pemain: Tarek Lotfi, Ahmed Dawood, Amina Khalil, Ahmed El-Fishawy

Review Singkat

Alih-alih film horor, “122” bagaikan sebuah film superhero. Gak tokoh protagonis, gak tokoh antagonis, keduanya sama-sama sulit mati. Hingga di tahap yang tidak masuk dinalar.

Yang paling jelas di momen-momen menjelang akhir.

Nabil yang pipinya tertancap paku hanya butuh waktu sejenak untuk mengobatinya. Setelah itu ia bahkan bisa berbicara seperti biasa tanpa merasa kesakitan.

Nasr yang sempat muntah darah dan sekarat bisa punya tenaga yang cukup kuat untuk membunuh Emad dan berkelahi melawan Nabil.

Gak masuk akal.

Padahal, di luar itu, “122” sebenarnya lumayan bisa dinikmati. Unsur ketegangannya sangat terasa.

Sayang, saking sibuknya meracik ketegangan, sang sutradara sepertinya lupa memanfaatkan kondisi tuna rungu Umnia. Yang di separuh awal terlihat bagai sesuatu yang krusial, di paruh belakang justru sebaliknya.

Saya tidak lagi melihat sosoknya sebagai orang yang punya gangguan pendengaran. Normal normal saja.

Saya juga agak bingung dengan ending-nya. Dimana Nasr terlihat kaget melihat uang dalam tas Nabil. Masalahnya, buat apa ia membawa tas tersebut jika ia belum tahu di dalamnya berisi uang.

But overall, seperti disebutkan di atas, film ini secara keseluruhan tidak (terlalu) mengecewakan.

Penutup

Warga Mesir rupanya memang punya selera yang baik untuk urusan film horor. “122” layak mendapat predikat box office pada masanya.

Pasalnya, ada beberapa judul film bergenre serupa dari negara lain yang pernah saya ulas di Curcol.Co, yang disebut-sebut laris manis di bioskop, namun nyatanya punya kualitas mengsedih.

Walau ada bagian-bagian yang tidak masuk akal serta sedikit kekurangan di sana sini, film ini sukses menarik minat saya untuk menonton film horor lain dari negara yang sama jika ada.

6.5/10. Di atas rata-rata dan seharusnya bisa jauh lebih baik lagi.

Film ini bisa ditonton secara streaming melalui layanan Netflix.

Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf 122

Leave a Reply