Akhirnya ada waktu juga untuk menonton serial TV Jepang yang satu ini, “Re:Mind”. Dorama bergenre thriller psikologis ini perdana tayang di TV Tokyo dan juga Netflix pada bulan Oktober 2017 lalu.
Seluruh pemerannya adalah anggota grup idol Hinatazaka46 yang terdiri dari 12 orang. Mereka adalah Mirei Sasaki, Sarina Ushio, Mei Higashimura, Ayaka Takamoto, Kyōko Saitō, Kumi Sasaki, Shiho Katō, Yūka Kageyama, Mao Iguchi, Mana Takase, Memi Kakizaki, dan Miho Watanabe.
Masing-masing memerankan karakter dengan nama sama.
Total ada 13 episode dalam “Re:Mind’. Kendati demikian, karena cerita di tiap episodenya yang berdurasi 30 menit tidak terlalu padat, maka untuk sinopsis akan saya pilah dalam 3 artikel terpisah saja.
Selamat menikmati!
Sinopsis Episode 1
Mirei terbangun di sebuah ruang makan. Ada semacam pasung di kaki yang membuat ia sama sekali tidak bisa bergerak dan meninggalkan kursi.
Ia tidak sendirian. Ada 10 rekan sekelasnya di sana. Yaitu Sarina, Mei, Ayaka, Kyoko, Kumi, Shiho, Yuka, Mao, Mana, dan Memi. Semuanya dalam kondisi kaki terpasung sama seperti Mirei.
Tidak ada satu pun dari mereka yang ingat pasti bagaimana mereka bisa tiba-tiba berada di tempat tersebut.
Mereka sempat mencoba untuk menjebol lantai agar kaki mereka terbebas. Alih-alih berhasil, justru baju zirah di dekat meja makan yang terjatuh dan mengeluarkan ratusan tikus dari dalam.
Mirei curiga pada buku bertajuk “I Guess Everything Reminds You of Something”, karya Ernest Hemingway, yang tergeletak tidak jauh dari tempat mereka berada. Walau demikian ia belum bisa menyimpulkan kaitannya dengan apa yang mereka alami.
Hingga kemudian Mao menyadari satu hal. Bahwa posisi mereka duduk saat itu sama persis dengan yang pernah terjadi di suatu tempat sebelumnya.
Mao berniat untuk menunjukkan foto di ponselnya pada yang lain sebagai bukti.
Tanpa disangka, lampu ruangan tiba-tiba mati. Beberapa saat kemudian, lampu menyala dan Mao sudah tidak lagi ada di kursinya. Hilang begitu saja.
Sinopsis Episode 2
Mirei mengambil ponsel Mao yang tergeletak di meja dan melihat foto yang sebelumnya hendak ditunjukkan oleh Mao.
Terlihat ada satu orang yang seharusnya berada di sana, Miho.
Terungkap bahwa masing-masing dari mereka pernah mem-bully Miho. Baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sebagian meyakini apa yang mereka alami saat itu ada hubungannya dengan Miho.
Mei awalnya tidak percaya akan hal itu. Belakangan ia menyatakan bahwa Sarina yang paling terlibat dalam urusan bully mem-bully Miho.
Seperti sebelumnya, lampu ruangan mendadak mati dan kini giliran Mei yang lenyap tanpa jejak.
Sinopsis Episode 3
Mao rupanya acap mengganggu Miho di sekolah. Salah satunya adalah dengan memasukkan tikus ke dalam tas Miho.
Sebagian juga curiga pada Shiho, yang kehilangan suaranya 3 bulan lalu. Waktu yang sama dengan hilangnya Miho dari sekolah.
Tak lama berjatuhan kodok dari langit-langit ruangan.
Melihatnya, Kyoko mengaku pernah mencurigai Mei terlibat dalam insiden jatuhnya Miho di tangga perpustakaan. Yaitu dengan menggunakan kodok untuk menakut-nakuti Miho.
Lebih lanjut, Kyoko jadi makin yakin bahwa apa yang mereka alami saat ini berkaitan dengan Miho. Mulai dari munculnya tikus dan kodok, hingga interior ruangan yang mirip perpustakaan.
Begitu juga dengan pasung di kaki, yang seolah menggambarkan kondisi Miho yang tidak bisa berjalan.
Kyoko menyimpulkan bahwa target Miho sesungguhnya adalah orang yang telah membuat kakinya lumpuh. Dan satu-satunya cara agar mereka bisa keluar dari tempat tersebut adalah dengan menemukan orang tersebut.
Kyoko lantas memaksa Sarina untuk menunjukkan isi percakapan Line-nya. Sebagai orang yang tidak bisa berbohong, Mirei dipercaya untuk memeriksanya.
Kesal terus ditekan oleh Kyoko, Sarina mengatakan bahwa ia tahu Kyoko pernah mencoba untuk menggores wajah Miho dengan pecahan kaca.
Lantai mendadak bergetar, menandakan sebentar lagi lampu mati dan akan ada yang menghilang.
Sarina akhirnya membuat pengakuan bahwa sebelum Miho terjatuh dari tangga ia memang sedikit mendorongnya. Namun ia mengaku hanya ingin mengagetkan Miho saja.
Bahkan, Sarina yakin Miho justru sengaja menjatuhkan diri dari tangga kala itu. Kendati demikian, Sarina tetap mengucapkan permintaan maafnya.
Sesaat kemudian lampu mati dan Sarina menghilang.
Kyoko segera memeriksa pasung kakinya. Ternyata masih terkunci, menandakan bahwa bukan Sarina orang yang dicari oleh Miho.
Tak lama, oli menetes deras dari langit-langit ruangan.
Ayaka punya ide untuk membakar ruangan dengan memanfaatkan oli dan lilin yang ada. Dengan demikian, ada kemungkinan pemadam kebakaran bakal datang.
Yang lain menentang ide tersebut. Termasuk Kyoko sahabat baik Ayaka.
Di luar dugaan, Mana tiba-tiba memainkan lagu “Mirai e” dengan ponselnya. Sembari menggerakkan tangannya seolah tengah bermain piano, ia mulai bernyanyi.
Mana mengaku biasa mendengarkan lagu tersebut saat sedang tertekan. Di antaranya ketika Miho berbuat jahat kepadanya.
Setelah mengingat sejenak, Shiho memberitahu yang lain bahwa pelaku (yang telah mengurung mereka) kemungkinan besar bukanlah Miho. Melainkan seseorang yang berhubung dengan insiden oli yang pernah mereka alami saat festival sekolah.
Sebelum sempat membahasnya lebih lanjut, muncul notifikasi di ponsel mereka semua. Seseorang dengan akun bernama Perfect Justice telah memposting sebuah twit.
Sinopsis Episode 4
Dalam kilas balik, Miho mengajak Mei untuk bergabung dalam grup Perfect Justice. Mao dan Sarina sudah lebih dahulu bergabung. Mei setuju.
Anggota grup tersebut rupanya dituntut untuk berani menegakkan keadilan dengan cara mereka sendiri. Hasil ‘karya’ mereka lantas di-posting di akun Twitter bernama Perfect Justice.
Selain Miho, tidak ada yang tahu siapa saja anggota grup yang lain.
—
Twit yang diposting oleh akun Perfect Justice rupanya adalah foto milik Mao. Ada tulisan judul buku yang dicurigai oleh Mirei sebelumnya.
Terungkap bahwa seluruh orang yang ada di sana adalah anggota grup tersebut.
Mirei menduga bahwa bisa saja yang men-twit adalah Mao, Sarina, atau Mei yang sebelumnya menghilang. Dugaan tersebut terbantahkan mengingat waktu twit tersebut diposting, jam 12 tepat, adalah pada saat ketiganya masih ada di ruangan.
Mereka kemudian menyadari bahwa petunjuk sebenarnya adalah angka 12 tersebut. Angka itu menunjukkan waktu dimana salah satu dari mereka akan menghilang.
Dari 12 jam yang ada di ruangan, yang jarumnya paling mendekati angka 12 hanya tinggal berselisih 5 menit saja.
Berpacu dengan waktu, mereka mencoba untuk mengingat-ingat apa yang pernah mereka lakukan yang berhubungan dengan Miho dan juga grup Perfect Justice.
Shiho berasumsi bahwa pelakunya adalah korban dari ulah mereka di grup. Miho, sang pemimpin grup, yang menghilang pertama kali menegaskan asumsi tersebut.
Tepat saat jarum jam mencapai angka 12, lampu ruangan mati. Anehnya, kali ini tidak ada satu pun dari mereka yang lenyap.
Alih-alih, seseorang dengan mengenakan penutup muka dan kaki diseret masuk ke dalam ruangan.
Perlahan ia membereskan barang-barang yang ada di meja, mengganti taplak, serta menyuguhkan cangkir kosong ke Mirei dkk.
Sebelum orang tersebut pergi, Mirei menanyakan sampai kapan mereka harus berada di sana. Tanpa berkata apa-apa, orang tersebut menoleh ke arah pajangan kepala rusa yang ada di tembok.
Sepeninggal orang tersebut, Mirei curiga ia adalah manajer supermarket, salah satu korban Perfect Justice, yang kebetulan memiliki cacat kaki yang sama.
Tak lama orang tersebut kembali dengan membawa sepoci teh.
Ia kemudian meminta mereka membuat pengakuan siapa pelaku beberapa aksi Perfect Justice.
Yuka tanpa sengaja menjatuhkan cangkirnya hingga pecah.
Melihatnya, orang tersebut segera mendatangi Yuka. Tahu jari Yuka tergores, ia lantas memberikan sapu tangannya pada Yuka.
Yuka justru membalas dengan mengancam orang tersebut dengan menggunakan pecahan cangkir.
Dengan mudah orang tersebut menahan tangan Yuka dan mengambil pecahan cangkir.
Ia lalu berdiri di belakang kursi Yuka dan membunyikan sebuah lonceng.
Lampu mati dan Yuka menghilang.
Leave a Reply