Di sinopsis drama korea Circle episode sebelumnya, Han Jung-Yeon (Kong Seung-Yeon) akhirnya bisa menerima bahwa dirinya adalah alien bernama Byul yang sudah sejak lama dikenal oleh Kim Woo-Jin (Yeo Jin-Goo) dan Kim Beom-Gyoon (An Woo-Yeon). Untuk mencari petunjuk, Woo-Jin dan Jung-Yeon lantas memeriksa kamar kerja profesor Han Yong-Woo (Song Young-gyu). Dari sana mereka menemukan sejumlah foto yang menunjukkan hubungan profesor Han dan juga ayah Woo-Jin, Kim Kyu-Cheol (Kim Joong-Ki), dengan rumah sakit jiwa Eunsung. Sedangkan detektif Hong Jin-Hong (Seo Hyun-Chul) yang melakukan penyelidikan terpisah, mendapat petunjuk tentang Kyu-Cheol yang memimpin eksperimen ilegal terhadap pasien rumah sakit jiwa Eunsung. Apa yang akan terjadi selanjutnya di sinopsis Circle: Two Worlds Connected episode 7 part 1 berikut ini?
Sinopsis Episode 7 Part 1
Judul: BETA Project
Tahun 2007. Byul (Kong Seung-Yeon) asik mengoperasikan komputer milik Kim Kyu-Cheol, sementara Woo-Jin kecil (Jung Ji-Hoon) berada tak jauh di dekatnya, sedang adu sandi morse dengan Beom-Gyoon kecil (Kim Ye-Joon) yang berada di ruangan lain. Tak lama Beom-Gyoon datang menghampiri mereka dan memarahi Byul karena menggunakan komputer ayahnya tanpa ijin. Woo-Jin memintanya untuk tenang karena menurutnya Byul cukup mahir bermain komputer. Beberapa saat kemudian, Kyu-Cheol datang dan mengatakan hendak menggunakan komputernya untuk bekerja. Woo-Jin segera mengajak Byul untuk beranjak dari kursinya. Begitu melihat apa yang barusan dikerjakan oleh Byul di komputernya, Kyu-Cheol terkejut dan langsung mengkopinya ke flashdisk berbentuk salib miliknya.
—
Tahun 2017. Dalam perjalanan pulang dari rumah sakit, Jin-Hong meminta rekannya di kepolisian untuk mencari informasi mengenai Kyu-Chul, namun hasilnya nihil. Sebagai gantinya, ia minta agar dikirimkan alamat rumah profesor Han karena yakin kedua orang tersebut saling berhubungan.
—
Di suatu tempat, Woo-Jin yang masih syok mengetahui keterlibatan ayahnya dengan profesor Han berdiri terdiam. Jung-yeon yang berada tidak jauh darinya perlahan menghampiri.
“Apa ada yang kau ingat tentang ayahmu?” tanya Jung-yeon. “Misalnya teman-temannya.. atau..”
“Kau..” potong Woo-Jin, “Kau sungguh tidak tahu apa-apa? Kau sungguh tidak ingat apa-apa?”
Tiba-tiba Jin-Hong datang dan tanpa basa-basi memarahi mereka karena tidak memberitahunya mengenai Kyu-Cheol dan Yong-Woo yang merupakan ayah mereka berdua.
“Kenapa Anda bertanya tentang ayahku?” tanya Woo-Jin pada Jin-Hong.
“10 tahun silam ada eksperimen ilegal yang dilakukan terhadap pasien di RSJ Eunsung. Dan orang yang melakukan eksperimen tersebut itu Kim Kyu-Cheol. Ayahmu,” beber Jin-Hong.
Woo-Jin kaget mendengarnya dan berdalih ayahnya hanyalah seorang pria pekerja biasa di sebuah perusahaan perdagangan.
“Dokter Kim Kyu-Cheol dulunya seorang peneliti di Institut Picower di MIT,” lanjut Jin-Hong. “Sampai akhirnya dia terpaksa mengundurkan diri dan dipaksa keluar. Aku yakin dialah dalang di balik kejadian di RSJ Eunsung. Dan bukankah eksperimen ini masih berlangsung?”
Jin-Hong lantas menoleh ke arah Jung-yeon dan menambahkan, “Dan ayahmu, profesor Han Yong-Woo dari Universitas Handam. Dia bekerja dengan Kim Kyu-Cheol di Institut Picower. Profesor Han terus melakukan eksperimen itu pada para mahasiswa. Dan kau secara sukarela menjadi bagian dari eksperimen itu. Tapi kalian berharap aku percaya kalau ini semua hanyalah takdir? Dimana Kim Kyu-Chul, brengsek?”
“Aku tidak tahu,” jawab Woo-Jin. “Aku sungguh tidak tahu! Aku tidak tahu apa-apa tentang orang-orang yang Anda bicarakan ini. Amerika? Eksperimen? Aku tidak tahu apa pun yang baru saja Anda katakan! Justru akulah yang ingin tahu semua itu. Tapi… tapi ayahku tidak di sini sekarang! Mungkin saja hilangnya kakakku ada kaitannya dengan ayahku. Tapi aku… aku… aku tidak tahu apa-apa tentang semua ini. Sungguh!”
—
Di ruang tempatnya disekap, kepala Beom-Gyoon tiba-tiba terasa sakit dan ia mendengar suara-suara di kepalanya. Tanpa sengaja ia menekan saklar yang ada di tembok dan menyalakan lampu di ruangan tersebut. Ia pun kaget begitu menyadari bahwa tempatnya disekap adalah rumahnya sendiri.
Seolah tidak percaya, Beom-Gyoon perlahan memasuki ruangan lain yang dulu merupakan ruang kerja ayahnya. Ternyata memang benar bahwa itu adalah rumahnya sendiri karena sidik jarinya dikenali untuk membuka pintu ruang kerja tersebut. Selain itu, juga ada foto dirinya, Woo-Jin, dan ayah mereka tergantung di tembok.
Di luar rumah, sunbae Lee Hyun-Seok (Shin Joo-hwan) baru saja tiba. Rupanya itulah alamat yang diminta profesor Han untuk dikunjungi oleh Hyun-Seok. Tak jauh di belakangnya, profesor Park Dong-Gun (Han Sang-Jin) diam-diam membuntutinya. Ia jadi kebingungan saat melihat Hyun-Seok masuk ke dalam rumah tersebut.
“Ini dulu rumahnya sunbae Kyu-Chul,” ucap profesor Park dalam hati. “Kenapa bisa begini?”
Di dalam rumah, Beom-Gyoon mendengar suara pintu dibuka. Sementara itu, Hyun-seok yang masuk ke dalam ruangan tempat Beom-Gyoon sebelumnya disekap, bingung karena tidak menemukan Beom-Gyoon di sana. Tiba-tiba Beom-Gyoon menubruknya dan keduanya saling adu jotos. Di saat Beom-Gyoon hampir mengalahkan Hyun-Seok, sakit kepalanya kembali kambuh sehingga Hyun-Seok dapat melumpuhkannya.
Beberapa saat kemudian, Hyun-Seok keluar dari rumah itu dan melaporkan pada profesor Han bahwa ia sudah memasang kembali kamera CCTV di sana yang sebelumnya dirusak oleh Beom-Gyoon. Begitu Hyun-Seok pergi, profesor Park menghampiri rumah tersebut dan mendapati pintunya dalam keadaan digembok.
“Profesor Han, apa sebenarnya rencanamu?” tanya profesor Park dalam hati.
—
Sambil memperhatikan Beom-Gyoon dari kamera CCTV, profesor Han melihat-lihat dokumen mengenai Beom-Gyoon. Raut wajahnya berubah saat membaca bahwa Woo-Jin adalah saudara dari Beom-Gyoon.
Ingatannya kembali saat beberapa waktu lalu ia menginterogasi Beom-Gyoon di salah satu ruangan RSJ Eunsung.
“Apa ayahmu Kim Kyu-Cheol?” tanya profesor Han.
“Apa jangan-jangan kau melakukan sesuatu terhadap ayahku?” balas Beom-Gyoon.
“Ini tidak akan terjadi jika Kyu-Cheol tidak menyembunyikan data eksperimen kami,” respon profesor Han.
“Apa?”
“Aku tidak bisa menemukan data itu. Aku hanya butuh itu, tapi aku tidak bisa menemukannya dimanapun,” lanjut profesor Han. “Kalau bukan karena itu, aku pasti takkan berbuat sejauh ini dan kau juga pasti sekarang aman. Kau tahu dimana data itu?”
“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Katakan saja dimana ayahku berada.”
“Beom-Gyoon,” ujar profesor Han sembari berlutut di hadapan Beom-Gyoon, “Aku harus mendapatkan data itu. Harus! Kau sungguh tidak tahu?”
“Jangan bicara omong kosong! Ayahku dimana?” bentak Beom-Gyoon.
‘Lamunan’ profesor Han buyar saat profesor Park tiba-tiba masuk ke dalam ruang laboratorium. Profesor Han segera menutup laptopnya dan memasukkan kembali dokumen Beom-Gyoon ke dalam amplop.
“Profesor Han, apa yang terjadi?” tanya profesor Park.
“Apa maksudmu?” tanya profesor Han balik.
“Alamat rumah yang Anda kirimkan pada Hyun-Seok di Gyodeok-dong.”
“Profesor Park. Kau sekarang jadi suka membuntuti orang?”
“Apa yang Anda lakukan di belakangku?”
“Apa maksudmu?”
“Apa blue bot (robot biru) yang ku buat ada kaitannya dengan semua ini?” bentak profesor Park sembari menggebrak meja. “Kita saja belum memastikan kalau itu aman digunakan atau tidak. Buat apa Anda menggunakannya?”
“Bukannya selama ini kau curiga?” respon profesor Han tenang. “Kau sebenarnya tahu, tapi kau tidak tanya ke aku dan selalu pura-pura tak tahu. Itu artinya kau tak keberatan kita mengumpulkan data, bahkan dengan cara seperti itu.”
Profesor Park tak bisa berkata apa-apa mendengarnya.
“Mendatangiku jam segini dan bertindak seperti ini agak sedikit pengecut, profesor Park,” lanjut profesor Han.
“Jadi Anda benar-benar memasukkan robot itu ke kepala anak-anak?” tanya profesor Park masih tidak percaya.
“Segala sesuatu yang telah dilakukan sampai sekarang, kita berdualah yang telah melakukannya,” jawab profesor Han. “Kita berdua ini setim.”
Profesor Park semakin syok mendengar respon profesor Han.
—
Jung-yeon melangkah pulang ke rumahnya. Saat hendak masuk ke dalam, ia teringat bahwa profesor Han bukanlah ayahnya yang sesungguhnya dan hanya membohonginya selama ini. Ia pun memutuskan untuk pergi ke kost-kostan Woo-Jin dan tidur di tangga dekat kamar Woo-Jin. Woo-Jin yang pagi-pagi hendak pergi ke suatu tempat kaget mendapati Jung-yeon berada di sana.
“Harusnya kau menelponku,” ujar Woo-Jin setelah Jung-yeon terbangun.
“Kenapa berangkat pagi-pagi sekali?” tanya Jung-yeon.
“Aku harus pergi ke suatu tempat,” jawab Woo-Jin.
“Kemana?”
“Ada seseorang yang tahu tentang barang simpanan ayahku. Nenekku.”
Mereka berdua lalu pergi ke tempat nenek Woo-Jin yang mengalami demensia (pikun) dirawat. Nenek Woo-Jin hanya ingat apa yang terjadi sebelum anaknya (ayah Woo-Jin) menghilang. Dan benar, saat Woo-Jin mendatanginya di kamarnya, ia tidak mengenali Woo-Jin karena yang ada dalam ingatannya Woo-Jin masih kecil dan berumur 11 tahun. Ia bahkan sempat berteriak histeris karena takut dengan Woo-Jin. Namun raut wajahnya berubah begitu melihat Jung-yeon yang ada di belakang Woo-Jin.
“Oh, kau datang, Byul!” ujarnya.
“Anda kenal aku?” tanya Jung-yeon seraya melangkah menghampiri nenek Woo-Jin.
“Tentu aku kenal. Kau tinggal bersama kami di rumah putraku,” jawab nenek Woo-Jin.
Woo-Jin lantas memberi isyarat pada Jung-yeon untuk menanyakan mengenai barang peninggalan ayahnya.
“Ada yang ingin ku tanyakan tentang Kyu-Cheol ahjussi,” ujar Jung-yeon pada nenek Woo-Jin. “Apa Anda tahu dimana semua barang simpanan Kyu-Cheol ahjussi?”
“Mungkin di rumah. Kenapa?”
“Bukan barangnya yang ada di rumah,” lanjut Jung-yeon setelah saling berpandangan dengan Woo-Jin. “Apa ada barang lain yang dia titipkan pada Anda?”
“Tidak, tidak ada. Aku tidak tahu apa-apa tentang itu,” jawab nenek Woo-Jin. “Tanya sendiri saja ke dia nanti kalau dia sudah datang.”
Sadar tidak bisa mendapatkan petunjuk di sana, Woo-Jin lalu mengajak Jung-yeon untuk pergi. Ia sedikit sedih karena neneknya sama sekali tidak mengingatnya. Apalagi saat berpamitan, neneknya justru mengucapkan selamat tinggal pada Byul dan tidak menghiraukannya.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Jung-yeon saat mereka berdua melangkah meninggalkan bangunan tempat nenek Woo-Jin dirawat.
“Mungkin ada baiknya nenek tidak ingat apa-apa,” jawab Woo-Jin. “Karena dia tidak tahu ayahku menghilang atau yang terjadi pada kakakku.”
“Sebenarnya aku juga tidak yakin,” respon Jung-yeon, “Semakin aku mencarinya, semakin takut aku kalau ingatanku muncul. Ku rasa aku baru cuma mengingat kisah-kisah lama saja. Tapi ternyata bukan seperti itu. Kita harus bagaimana sekarang?”
“Satu hal yang pasti. Ayahmu dan ayahku sama-sama terlibat dalam semua ini. Ayahku tidak ada, tapi ayahmu ada. Jadi kita harus mencari tahu tentang ayahmu. Aku harus melihat isi komputernya profesor Han.”
“Ayo pergi,” ajak Jung-yeon. “Ada satu hal lagi yang tidak kau ketahui tentang aku. Aku sebenarnya seorang peretas.”
Woo-Jin tidak mempercayai Jung-yeon dan menganggapnya hanya becanda. Sementara itu, dari balik jendela kamarnya, nenek Woo-Jin sedang memperhatikan mereka. Terlihat kalung dengan flashdisk berbentuk salib tergantung di lehernya.
—
Jung-yeon menghampiri profesor Han di ruang laboratorium dan mengajaknya makan siang bersama. Profesor Han sempat menolak, namun Jung-yeon beralasan ia sepertinya mulai mengingat sesuatu yang berhubungan dengan seorang ahjussi. Begitu mendengarnya, profesor Han langsung antusias dan mau menemani Jung-yeon makan bersama.
Tak lama kemudian, Woo-Jin masuk ke ruang laboratorium dan menuju ke meja profesor Han. Di sana ia menemukan sebuah kamera yang disembunyikan oleh Jung-yeon untuk diam-diam merekam ke arah meja profesor Han. Woo-Jin jadi makin tidak percaya kalau Jung-yeon adalah peretas. Dari rekaman kamera tersebut, Woo-Jin mendapatkan password laptop profesor Han dan tanpa buang waktu mengaksesnya. Melihat ada folder bernama “Rekaman Video”, ia pun masuk ke dalamnya dan membuka salah satu video yang ada. Dan ia terkejut mengetahui isi video tersebut, dimana terlihat seseorang memasukkan serangga biru / robot biru ke dalam hidung Beom-Gyoon dan Beom-Gyoon terlihat kesakitan setelahnya. Dengan segera Woo-Jin mengkopi semua berkas video yang ada di sana ke dalam harddisknya.
—
Park Min-Young (Jung In-Sun) mendatangi kantor polisi dan bertemu dengan Jin-Hong. Jin-Hong menanyakan apakah Min-Young melihat Kyu-Cheol maupun profesor Han di mobil donor darah, dan Min-Young menjawab tidak.
“Apa kau melihat ada orang lain?” tanya Jin-Hong lagi.
“Ada dua perawat laki-laki di dalam mobil donor darah tapi mereka pakai masker. Dan juga, ada pria lain yang menyetir mobil itu. Dan ada semacam rokok di mulutnya,” jawab Min-Young.
“Rokok? Dia merokok di mobil donor darah itu?” repson Jin-Hong heran.
Min-Young mengiyakan.
—
Detektif Choi (Shin Dam-soo) sedang menghisap permen Chupa Chups-nya saat Woo-Jin menelpon dan menanyakan keberadaan Jin-Hong. Karena Jin-Hong sedang tidak ada di tempat, Woo-Jin memberitahu detektif Choi bahwa ia sudah tahu siapa pelaku penculikan kakaknya.
“Aku sudah menemukan beberapa bukti,” ujar Woo-Jin.
“Kau yakin?” tanya detektif Choi.
“Semua bukti sudah ku temukan!”
“Baiklah, aku akan ke sana.”
Tak lama kemudian detektif Choi datang menjemput Woo-Jin di kampusnya.
“Ini, rekaman video penculikan kakakku ada di sini,” ujar Woo-Jin sembari menunjukkan harddisknya.
“Dimana kau menemukannya?” tanya detektif Choi.
“Di komputer profesor Han,” jawab Woo-Jin.
Detektif Choi langsung meminta Woo-Jin untuk masuk ke dalam mobilnya. Namun di dalam perjalanan Woo-Jin jadi heran karena mobil tersebut tidak menuju ke kantor polisi. Detektif Choi beralasan bahwa ada panggilan kasus yang harus ia periksa terlebih dahulu. Hal itu membuat Woo-Jin jadi curiga dan minta agar diturunkan di sana. Ia bahkan sempat berusaha untuk merebut setir dari kendali detektif Choi. Setelah berhasil menghentikan aksi Woo-Jin, dengan kesal detektif Choi mengeluarkan pistolnya dan menodongkannya ke arah Woo-Jin.
“Kau harusnya tenang saja,” bentak detektif Choi. “Kenapa kau malah membuatku jadi orang jahat di sini?”
Detektif Choi ternyata membawanya ke gedung rumah sakit Eunsung, tepatnya ke ruangan tempat sebelumya Beom-Gyoon disekap. Sudah ada profesor Han menunggunya di sana. Setelah menyerahkan harddisk Woo-Jin pada profesor Han, detektif Choi pergi meninggalkan mereka. Profesor Han sendiri, yang terlihat geram, langsung membanting harddisk tersebut dan menginjak-injaknya hingga hancur. Ia juga melampiaskan kemarahannya dengan membanting barang-barang yang ada di dekatnya ke tembok.
“Woo-Jin, kenapa kau juga begini padaku?” tanya profesor Han.
“Kakakku dimana?” respon Woo-Jin.
“Beom-Gyoon ada di tempat yang aman. Dia akan kembali padamu dengan selamat.”
“Apa sebenarnya yang Anda lakukan? Sebenarnya apa yang Anda lakukan?!” bentak Woo-Jin.
“Aku…” balas profesor Han tidak kalah kerasnya, “Akan menceritakan semua itu kepadamu. Jangan mendesakku. Dulu, ada eksperimen yang dikerjakan ayahmu dan aku. Eksperimennya berkaitan dengan otak, pikiran, dan hati manusia. Tapi eksperimen itu tak bisa dilaksanakan pada satu bagian rumit dan kami tidak bisa menyelesaikannya selama bertahun-tahun.”
“Jadi?”
“Saat itulah Byul muncul. Anak itu memberi kami jawabannya! Aku harus melanjutkan penelitianku.”
“Tapi itu kejahatan namanya!” bantah Woo-Jin.
“Kau itu juga ilmuwan!” balas profesor Han. “Kau tidak paham? Ilmu pengetahuan telah berkembang selama 6000 tahun terakhir, khususnya 100 tahun terakhir ini. Manusia sudah berbeda. Manusia menerjemahkan konsep itu. Manusia menemukan energi berkelanjutan dan vaksin yang dikembangkan. Dan jangka hidup kita telah meningkat secara eksponensial. Inilah yang pertama kalinya manusia menemukan sesuatu seperti ini. Tapi kenapa? Tapi.. tapi kenapa? Kenapa kami sesengsara ini? Kami mampu melakukan sesuatu melampaui apa yang bisa dilakukan ilmu pengetahuan. Byul bisa melakukannya.”
“Terus apa itu?”
“Konsep menghapus ingatan orang,” jawab profesor Han sembari menunjuk ke arah otaknya. “Woo-Jin, ini jugalah yang pernah kau katakan. Hilang ingatan itu satu-satunya perawatan PTSD. Satu-satunya cara melepaskan diri dari ingatan buruk ialah dengan menyingkirkannya. Benar. Kau tahu jawabannya selama ini. Ini bukan hanya untuk PTSD. Ini berlaku untuk semua masalah mental yang ada. Kita bahkan bisa memberantas kejahatan dari dunia ini. Tapi ayahmu itulah orang yang menyingkirkan teknologi kami! Dia menghancurkan segalanya! Ayahmu tidak berhak melakukannya. Tidak, tidak ada yang berhak melakukan itu!”
Penjelasan profesor Han membuat Woo-Jin terdiam.
“Woo-Jin, aku membutuhkan data itu,” lanjut profesor Han. “Jika aku memilikinya, kau dan Beom-Gyoon bisa hidup bahagia selamanya. Lupakan semua ingatan burukmu dan berbahagialah. Jadi tolong… tolong bantu aku.”
Kaget dengan twist-nya. Kirain detektif Choi cuman karakter biasa yang gak penting, ternyata malah kaki tangan profesor Han. Tapi ngomong-ngomong, ngeliat profesor Han di sini yang sepertinya desperate banget untuk ngedapetin data milik Kyu-Cheol, kok sepertinya ia ngelakuin semuanya karena ada tekanan dari pihak lain, ya? Atau karena memang sudah benar-benar terobsesi oleh penelitian itu?
Leave a Reply