Drama Talk 240820: Ngobrolin Bad Genius

Saya akhirnya nonton versi layar lebar dari “Bad Genius”. Dengan versi layar kacanya yang saat artikel ini ditulis sudah mencapai episode 6, jadi gatal juga untuk melihat versi aslinya seperti apa. Apakah lebih bagus? Atau malah lebih jelek? Dan tanpa bertele-tele lagi, begini pendapat saya.

Versi Bioskop vs Versi TV

Pertama-tama, jujur saya agak kaget kenapa film “Bad Genius” bisa mendapat respon yang sedemikian positif, baik di kancah dalam negeri (Thailand) maupun internasional. Iya, filmnya bagus, tapi tidak sebagus itu. Banyak lubang di sana sini yang membuat kita sebagai penonton harus menambalnya sendiri dengan ekstra berpikir.

Tapi bukan itu yang menjadi masalah. Problem utama yang bagi saya sangat mengganggu adalah sebagian penokohan karakter terlihat tidak konsisten. Saya sama sekali tidak paham bagaimana sebenarnya sifat dari Lynn, Pat, maupun Grace. Apalagi Lynn yang sempat ditunjukkan bersifat agresif terhadap Bank di saat mereka mengikuti ajang Teen Genius. Setelahnya justru bersikap biasa biasa saja. Entah bersumber dari penulisan skenario yang kurang rapi atau eksekusi dari sutradara yang tidak matang.

Hanya Bank yang karakternya terbilang solid.

Masih ngomongin versi bioskopnya, di babak pertama film terlihat sangat tergesa-gesa. Alhasil, kita seperti tidak cukup teryakinkan dengan keputusan Lynn untuk memberi contekan pada teman-temannya. Iya, uang ‘minum teh’ yang harus dibayarkan ayah Lynn menjadi alasannya. Namun di sisi lain, ayah Lynn terlihat baik-baik saja. Bahkan masih sempat membeli mobil baru, walau untuk menutupi biayanya harus dengan menjual piano mereka.

Belum lagi ada selipan detil-detil yang tidak penting (tidak ada pengaruhnya bagi cerita), yang membuat alur menjadi kurang fokus. Seperti pemberian informasi mengenai perceraian orang tua Lynn misalnya.

Di sisi lain, endingnya bagi saya cukup baik. Tidak hanya endingnya sih. Semakin ke belakang film “Bad Genius” ini anehnya justru makin terasa nyaman untuk ditonton. Padahal penyakit kebanyakan film adalah semakin membosankan saat mendekati akhir.

Untungnya, sejauh ini “Bad Genius The Series” sepertinya mencoba untuk memperbaiki semua masalah di atas. Sejauh ini, ya. Masing-masing karakter punya latar belakang dan kepribadian yang solid. Termasuk juga alasan bagi Lynn untuk melakukan semuanya itu.

Di beberapa bagian, versi layar lebarnya menurut saya sedikit unggul. Lebih dramatis. Seperti saat Lynn kepikiran untuk mencurangi ujian STIC dengan memanfaatkan perbedaan zona waktu. Adegan dalam “Bad Genius The Series” terbilang membosankan dan dibuat-buat jika dibandingkan dengan versi aslinya yang lebih simpel tapi tepat sasaran.

Semoga saja nanti adegan ujian STIC di dalam serial bisa lebih seru ketimbang versi aslinya, yang terus terang sudah punya standar ketegangan yang tinggi.

Contek Mencontek

Salah satu motivasi saya untuk menonton film layar lebarnya sebenarnya adalah untuk membandingkan proses contek mencontek. Apakah sama dengan versi TV-nya atau berbeda. Ternyata memang ada sedikit perbedaan. Tehnik main piano di film diganti dengan pergerakan tangan acak berdasarkan posisi jarum jam. Ada pula tambahan sharing kunci jawaban via speaker antar kelas.

Mungkin saya berekspektasi terlalu tinggi. Tapi semua tehnik mencontek tersebut sama sekali tidak jenius dan memiliki kelemahan fatal. Agak kontradiksi dengan karakter Lynn yang digambarkan memiliki IQ di atas rata-rata.

Kelemahannya adalah adanya pola yang berulang.

Di film memang guru tidak memperhatikannya. Namun apabila ada yang benar-benar memperhatikan, maka sudah pasti langsung terbongkar. Apalagi kalau yang memperhatikan hobi matematika dan/atau pintar bermain logika.

Saya tidak tahu apakah semua itu DISENGAJA agar tidak menjadi inspirasi penonton, terutama yang masih duduk di bangku sekolah, untuk menirunya. Nyatanya, sedikit modifikasi saja sudah bisa membuat tehnik-tehnik mencontek yang diterapkan bisa menjadi jauh lebih efektif. Dan relatif lebih aman.

Penggunaan gerakan tangan kanan Lynn misalnya. Yang paling menggelikan di sini adalah pergerakan tangan Lynn yang terlalu menarik perhatian. Lebih efektif jika diganti dengan pergerakan JARI. Contoh: jari diregangkan untuk jawaban A, tangan dikepalkan dengan posisi jempol di kiri untuk jawaban B, tangan dikepalkan dengan posisi jempol di atas untuk jawaban C, dan jari-jari digerakkan untuk jawaban D. Untuk mengaburkan pola, jawaban diberikan untuk 2 atau 3 soal berurutan SEKALIGUS.

Agar tehnik di atas bisa menyebar hingga ke belakang, harus ada perantara di belakang Lynn yang memberikan kode pada yang lain (yang tidak bisa melihat Lynn secara langsung). Bisa dengan pergerakan jari yang sama, bisa juga dengan pergerakan yang berbeda. Opsi kedua jauh lebih aman.

Bagaimana dengan tehnik broadcast melalui speaker antar kelas? Modiifkasi yang lebih aman untuk tehnik ini adalah dengan menggunakan efek suara yang SAMA sehingga tidak membuat orang curiga. Kesalahan utama dalam tehnik broadcast di versi serial adalah penggunaan efek suara yang berbeda untuk masing-masing jawaban. Ini bisa diganti dengan efek yang sama namun dengan frekuensi atau durasi yang berbeda.

Contoh: suara BEEP 1x untuk jawaban A dan suara BEEP 2x untuk jawaban B. Kemudian suara BEEP pendek untuk jawaban C dan suara BEEP panjang untuk jawaban D.

Ada yang mau mempraktikkan tehnik di atas? 😀

Official Trailer

Siapa tau ada yang belum nonton, berikut ini adalah official trailer dari “Bad Genius” dan “Bad Genius The Series”.

dramatalk

Leave a Reply