Alur Cerita Film Hostel (2006) | Tewas Tragis Gegara Berburu Gadis

“Hostel” adalah film sadis penuh darah pertama yang saya tonton. Saya masih ingat bagaimana dulu acap menutup mata saking tidak kuatnya menyaksikan adegan brutal yang ada.

Meski kesan pertama jauh dari kata mengesankan, namun saya justru makin penasaran dan makin sering menonton film serupa. Kebetulan, pada era 2000-an genre ini memang sedang ngehits-ngehitsnya.

Nah, berhubung gagal menemukan layanan streaming yang menyediakan film “Nightmare On Elm Street”, judul yang sedianya dipersiapkan untuk menutup bulan Oktober, maka tidak ada salahnya menjadikan “Hostel” sebagai pengganti.

Seperti apa alur ceritanya? Apakah layak untuk ditonton? Cuss deh simak langsung sinopsisnya di bawah ini.

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Tentang Hostel

Tanggal Rilis: 6 Januari 2006
Durasi: 94 menit
Sutradara: Eli Roth
Produser: Chris Briggs, Mike Fleiss, Eli Roth
Penulis Naskah: Eli Roth
Produksi: Next Entertainment, Raw Nerve
Pemain: Jay Hernandez, Derek Richardson, Eyþór Guðjónsson, Barbara Nedeljáková, Rick Hoffman

Alur Cerita / Sinopsis Singkat

poster hostel

poster hostel

Dua orang mahasiswa Amerika, Paxton (diperankan oleh Jay Hernandez) dan Josh (diperankan oleh Derek Richardson), tengah berlibur keliling Eropa bersama kawan mereka dari Islandia, Oli (diperankan oleh Eyþór Guðjónsson).

Ketika sedang berada di Amsterdam, Belanda, mereka mendapat informasi dari seseorang bernama Alexei (diperankan oleh Lubomir Bukovy) bahwa ada sebuah hostel di Slovakia yang dihuni banyak wanita cantik dari berbagai negara.

Penasaran, ketiganya lantas membatalkan perjalanan menuju Barcelona dan berpindah haluan ke Slovakia.

Dalam perjalanan menggunakan kereta api, mereka sempat bertemu dengan seorang pria pebisnis asal Belanda. Pria tersebut memegang paha Josh. Secara reflek Josh berteriak sehingga pria tersebut memutuskan untuk pergi.

Tiba di Slovakia, Josh dkk langsung menuju hostel yang dimaksud. Informasi Alexei sepertinya akurat karena hostel tersebut benar berisi banyak wanita cantik.

Termasuk dua orang yang tinggal sekamar dengar mereka, Natalya (diperankan oleh Barbara Nedeljáková) dan Svetlana (diperankan oleh Jana Kaderabkova). Tanpa sungkan, Natalya yang hendak pergi ke spa bersama Svetlana mengajak Paxton dan yang lain untuk bergabung.

Dari spa, aktivitas mereka berlanjut di diskotek. Paxton dan Oli dengan cepat menikmati suasana baru tersebut.

Tanpa ragu mereka mengumbar kemesraan bersama pasangan masing-masing dimana Oli berkenalan dengan penghuni hostel lain, Vala (diperankan oleh Jana Havlickova).

Josh yang canggung dengan hal itu memilih untuk mencari udara segar di luar. Apes, sekelompok anak kecil dari kaum gipsi memalaknya. Pebisnis dari Belanda yang tadi ia temui di kereta muncul dan membantunya.

Esok harinya, Oli tiba-tiba menghilang. Pegawai resepsionis menyatakan Oli sudah check out pagi-pagi.

Seorang wanita penghuni hostel tiba-tiba memberitahu Paxton dan Josh bahwa ia mendapat kiriman foto dari temannya, Yuki (diperankan oleh Keiko Seiko), yang semalam pergi bersama Oli.

Dalam foto tersebut, Oli menyampaikan pesan bahwa ia sudah pergi meninggalkan Slovakia.

Beberapa waktu kemudian mereka kembali mendapat kiriman foto dari Oli. Foto selfie wajah Oli serta pesan yang tidak jauh berbeda.

Tanpa diketahui Paxton dan Josh, saat itu kepala Oli sudah terpisah dari badannya. Sementara di ruangan lain terlihat Yuki tengah disiksa oleh seorang pria.

Josh mulai menyadari ada yang tidak beres. Ia hendak pergi namun Paxton mengajaknya untuk setidaknya menghabiskan satu malam lagi di hostel. Josh setuju.

Sebelum kembali berpesta dengan Natalya dan Svetlana, Josh mengajak Kana (diperankan oleh Jennifer Lim), yang sebelumnya memberitahu mereka soal Oli, untuk pulang bareng dengan mereka esok harinya. Kana mengiyakan.

Kendati demikian, Josh tetap tidak bisa tenang. Merasa pusing, ia memutuskan untuk kembali ke kamar terlebih dahulu.

Tiba di hostel, langkahnya semakin lama semakin berat. Petugas resepsionis hotel membantunya masuk ke kamar.

Sesaat setelah Josh tak sadarkan diri, seorang pria terlihat memasuki kamarnya.

Sementara itu, Paxton merasakan hal yang sama di diskotek. Ia juga sedikit curiga pada Natalya dan Svetlana yang sering ngobrol sendiri dalam bahasa asing tanpa menghiraukannya.

Saat hendak ke toilet, tanpa sengaja Paxton terkurung di dalam gudang.

Josh terbangun dalam kondisi terikat di kursi. Ada si pebisnis dari Belanda di hadapannya, tengah memilih ‘senjata’ untuk menyiksa Josh. Pilihannya jatuh pada sebuah mesin bor.

Tanpa ampun, si pebisnis yang mengaku bercita-cita menjadi dokter bedah namun gagal karena punya gejala tremor, lantas membunuh Josh dengan sadis.

Pagi harinya, Paxton akhirnya bisa keluar dan kembali ke hostel. Josh rupanya sudah tidak lagi ada di sana.

Anehnya, namanya juga tercatat sudah check-out dari hostel. Setelah mempertanyakan hal itu, Paxton lantas diberi kamar yang baru.

Seperti dejavu, kamar baru Paxton ternyata juga dihuni oleh dua wanita. Saat Paxton masuk, mereka juga langsung mengajak Paxton untuk ikut bergabung di spa.

Paxton kemudian mencoba mencari petunjuk dari foto Oli dan Yuki. Terlihat ada cerobong asap pabrik di latar foto mereka.

Apes, saat coba menghubungi Josh, telpon Paxton dicopet oleh gang gipsi cilik.

Ia pun pergi ke kantor polisi untuk melaporkan hilangnya kedua temannya. Opsir polisi (diperankan oleh Miroslav Táborský) menanggapi dengan santai, menyatakan bahwa hal tersebut biasa dilakukan oleh para backpacker seperti mereka.

Ia mempersilahkan Paxton untuk menunggu saja di hostel sementara polisi mencoba mencari rekan-rekannya. Pun begitu, polisi tersebut yakin tak lama lagi kedua rekan Paxton bakal muncul kembali di hostel.

Dalam perjalanan pulang, Paxton melihat Natalya melintas. Ia segera mengikutinya dan tiba di sebuah bar.

Natalya ada di sana, bersama dengan Svetlana dan seorang pria lokal. Saat dikonfrontasi, Natalya mengaku tahu dimana Paxton dan Josh berada. Yaitu di sebuah pertunjukan seni.

Tidak percaya, Paxton meminta Natalya untuk mengantarkannya ke sana. Walau tampak enggan, Natalya akhirnya mau melakukannya.

Bersama dengan si pria lokal, Natalya membawa Paxton ke sebuah pabrik tua yang terbengkalai. Cerobong asap pabrik tersebut sama seperti yang ada dalam foto Oli dan Yuki.

Terlihat banyak orang kaya dan sopir maupun bodyguard mereka di area parkir.

Di bawah tanah terdapat banyak ruangan. Natalya memandunya ke salah satu ruangan. Paxton syok melihat di dalamnya ada si pebisnis Belanda sedang menjahit kembali potongan-potongan tubuh Josh yang termutilasi.

Sembari tertawa puas, Natalya menyatakan ia mendapatkan banyak uang karena sudah membawa Paxton ke tempat tersebut.

Dua orang pria tiba-tiba muncul dan menyeret Paxton ke salah satu ruangan. Ternyata ada banyak orang yang disiksa di sana, tidak hanya Josh.

Beberapa saat setelah diikat di kursi dalam sebuah ruangan, seorang pria dari Jerman bernama Johann (diperankan oleh Petr Janiš) muncul. Sama seperti si pebisnis Belanda, ia juga berniat untuk menyiksa dan membunuh Paxton.

Ketika Johann memotong jari Paxton dengan gergaji mesin, tanpa sengaja berujung pada bebasnya Paxton dari kursi.

Dengan cepat Paxton mengambil pistol Johann dan membunuhnya. Ia juga membunuh seorang penjaga yang berjaga di lorong.

Sembari menahan sakit, Paxton menyelinap hingga sampai di lantai atas. Dalam sebuah ruangan yang sepertinya adalah ruang ganti, Paxton menemukan pakaian dan jas yang kemudian ia gunakan untuk menyamar.

Dari jendela ia juga sempat melihat opsir polisi yang tadi menerima laporannya sedang berbincang dengan para penjaga pabrik.

Paxton lantas menemukan kartu nama Elite Hunting Club dalam saku jas. Rupanya mereka adalah organisasi yang memfasilitasi orang-orang yang mau membayar mahal untuk membunuh turis. Johann dan si pebisnis Belanda adalah klien-klien mereka.

Mendengar teriakan kesakitan seorang wanita, Paxton memutuskan untuk menyelamatkannya. Tanpa disangka, itu adalah Kana, yang wajahnya tengah dikuliti oleh seorang pria (diperankan oleh Rick Hoffman).

Paxton membunuh pria tersebut dan membawa Kana kabur bersamanya.

Saat mencuri salah satu mobil di parkiran, aksi mereka terpergok. Paxton bergegas memacu kendaraannya menuju stasiun kereta.

Melewati pusat kota, tanpa sengaja Paxton melihat Natya, Sletvana, dan Alexei. Tanpa berpikir dua kali, Paxton menabrak mereka hingga tewas seketika.

Tak lama, jalan yang dilewati Paxton dihadang oleh kelompok gipsi cilik. Mengetahui ada sekantung permen karet di dalam mobil, Paxton memberikannya pada pimpinan geng (diperankan oleh Patrik Zigo) dan memintanya untuk membunuh pengendara mobil yang mengejarnya di belakang.

Tiba di stasiun, Kana tanpa sengaja melihat wajahnya sendiri di kaca. Ia syok dan memutuskan untuk bunuh diri.

Secara tidak langsung hal itu mengalihkan perhatian petugas kepolisian serta anak buah Elite Hunting Club yang berjaga di sana.

Paxton pun bisa menyelinap masuk ke dalam kereta dengan leluasa.

Di luar dugaan, si pebisnis Belanda ternyata juga ada di gerbong kereta yang sama. Saat kereta berhenti di Vienna, Australia, Paxton diam-diam mengikutinya ke kamar mandi dan membunuhnya.

Beberapa saat kemudian Paxton terlihat sudah kembali ada di gerbong dan kereta perlahan melanjutkan perjalanannya.

Penutup

Entah mungkin karena sekarang saya sudah terbiasa atau apa, saya merasa adegan-adegan sadis di “Hostel” tidak lagi terasa sesadis saat saya menontonnya dahulu.

Saya malah agak curiga sepertinya ada yang disensor dalam versi streaming yang ada di Mola.Tv. Beberapa bagian kok sepertinya tidak mulus perpindahan adegannya.

Pun begitu, kalau teman-teman sempat menonton “A Classic Horror Story“, pastinya bisa mendapatkan feel yang sama saat menonton film ini. Dimana kita tetap dibikin begidik meski adegan mutilasi tidak dipertontonkan secara langsung.

Sekuelnya kalau tidak salah ingat lebih sadis lagi. Sayang belum menemukan layanan streaming yang menyediakannya (saat artikel ini ditulis). Begitu pula dengan seri franchise “Wrong Turn” yang tidak kalah brutalnya.

Film ini bisa ditonton secara streaming melalui layanan Mola.

Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

review film hostel

Leave a Reply