Setelah 36 episode, tayangan drama korea “My Fellow Citizens” di kanal KBS2 (tayang juga di TransTV) berakhir pada tanggal 28 Mei 2019 lalu. Serial bergenre utama politik ini berkisah tentang sosok Yang Jung-Kook (diperankan oleh Choi Si-Won), mantan penipu ulung, yang dipaksa untuk mencalonkan diri sebagai anggota parlemen untuk menutupi masa lalunya. Melihat dunia politik yang ternyata kejam dan hampir tidak mempedulikan kepentingan rakyat, Jung-Kook yang awalnya melakukannya karena terpaksa mulai berubah pikiran. Dengan tegas ia memperjuangkan kebijakan-kebijakan yang pro-rakyat, bahkan sampai mengorbankan rahasia masa lalunya terungkap.
Jujur saya pribadi tidak mengira bakal suka banget dengan unsur politik yang tersaji dalam “My Fellow Citizens” (selanjutnya disingkat MFC). Lha wong mulanya saya memutuskan untuk ngikutin drakor ini gara-gara adegan Jung-Kook mukulin orang lewat secara random dan ternyata orang itu penjahat buronan kok. Aseli ngakak banget pas scene itu.
Meskipun dibalut dengan unsur komedi romantis, nyatanya ada beberapa pelajaran politik yang bisa kita ambil dari tayangan yang disutradarai oleh Kim Jung-Hyun ini. Apa saja? Berikut di antaranya.
Hasil Polling versus Hasil Perhitungan Resmi
Pihak-pihak yang berkepentingan terlihat sangat memperhitungkan hasil polling. Meski tidak 100% akurat, mereka sadar bahwa hasil polling bisa memberikan gambaran terhadap hasil perhitungan resmi nantinya. Dan dalam MFC terbukti bahwa hasil akhir memang tidak terlalu berbeda jauh dengan hasil polling selama masa kampanye, dimana Yang Jung-Kook bisa sedikit lebih unggul dari kompetitornya, yang sekaligus juga kakak iparnya, Han Sang-Jin.
Strategi Politik Identitas
Politik Identitas secara sederhana dapat dideskripsikan sebagai cara berpolitik (misal: berkampanye) yang berfokus pada perbedaan yang dimiliki oleh individu (kompetitor), termasuk dari segi fisik, kepercayaan, masa lalu, dan bahasa. Dalam MFC kita melihat bagaimana politikus veteran Kang Soo-Il melakukannya untuk menjatuhkan kedua kandidat lainnya yang menjadi lawan politiknya. Alih-alih memperkuat visi dan misinya, ia lebih memilih untuk mengorek masa lalu mereka dan mencari-cari kelemahannya.
Menjamurnya Politik Uang
Urusan suap-menyuap yang melibatkan uang mungkin sudah bukan hal yang baru lagi dalam dunia politik. Bahkan sudah menjadi rahasia umum. Di MFC, kita melihat hal tersebut terjadi sejak masa kampanye, dimana orang-orang suruhan Park Hoo-Ja membagi-bagikan uang pada beberapa orang yang dipercaya bisa menggiring pilihan publik. Ia pun melakukan hal yang sama pada pejabat-pejabat partai agar mereka mau mendukung RUU Pencabutan Regulasi Suku Bunga. Yang menarik, politik uang ternyata terjadi juga di dalam internal partai politik. Salah satunya oleh Kim Nam-Hwa, yang melakukannya untuk memastikan dukungan atas pencalonannya sebagai ketua parpol periode selanjutnya.
Ada Pihak Ketiga Yang Mengontrol Pemerintahan
Masih ada hubungannya dengan politik uang. Dalam MFC kita melihat bagai Hoo-Ja mampu mengontrol sebagian besar dari orang-orang yang duduk di parlemen. Secara tidak langsung, aksinya itu memungkinkan dirinya untuk mengontrol keputusan-keputusan yang diambil oleh pemerintah.
Ego Pribadi Berpengaruh
Dalam MFC diceritakan ada dua parpol yang selalu berseteru. Saya lupa nama partainya. Apapun yang diusulkan oleh partai A pasti ditolak oleh partai B. Begitu pula sebaliknya. Usut punya usut, penyebabnya ternyata adalah ketua masing-masing partai yang sudah bermusuhan lama sejak mereka masih di jaman kuliah. Perselisihan mereka terbawa sampai pada keputusan partai. Waduh.
Wakil Rakyat Tidak Selalu Membela Rakyat
Yang satu ini mungkin juga sudah bukan sesuatu yang aneh. Dalam MFC berkali-kali terlihat aksi politikus yang hanya mementingkan dirinya sendiri (baca: mementingkan isi dompetnya). Mereka bersikap tergantung dari sogokan yang mereka terima. Kalau pun tidak menerima suap, sebagian hanya mengikuti saja apa yang diperintahkan oleh ketua partai, tanpa mengikuti hati nurani mereka masing-masing. Parah, ya?
Nepotisme
Pada dasarnya, nepotisme adalah pemilihan orang bukan atas dasar kemampuannya, tetapi atas dasar hubungan kekeluargaan. Dalam dunia politik, nepotisme dapat diartikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan untuk memberikan keuntungan bagi keluarga yang bersangkutan. Misalnya saja, memberikan proyek besar pada saudara sendiri tanpa melalui jalur tender resmi yang berlaku. Dalam MFC, Nam-Hwa melakukan hal tersebut pada keponakannya, yang tanpa sengaja turut menyeret Kim Joo-Myung, sahabat Jung-Kook.
Mudahnya Politikus Muda Terseret Ke Dunia Gelap Politik
Mungkin ini pelajaran paling menarik dari MFC menurut saya. Dalam MFC, Hoo-Ja yang sudah berpengalaman menyuap politikus muda menyatakan bahwa mereka-mereka ini yang sebenarnya paling mudah untuk dipengaruhi. Niat mereka yang tulus untuk memperjuangkan kepentingan rakyat bisa dengan mudah dimanipulasi untuk melakukan segala cara demi meraih kemenangan. Disadari atau tidak, lambat laun mereka pun menjadi tidak ada ubahnya dengan politikus-politikus jahat lainnya.
Saya tidak berani membandingkan apa yang terjadi dalam “My Fellow Citizens” dengan kondisi dunia politik yang ada di Indonesia saat ini. Apapun itu, pelajaran-pelajaran di atas membuat saya pribadi menjadi lebih ‘waspada’ lagi dengan berbagai urusan politik, yang pada intinya hanya satu, JANGAN 100% PERCAYA PADA POLITIK!
Setuju, tidak?
Leave a Reply