“Metro Survive” adalah manga karangan Yuki Fujisawa yang bertemakan tentang survival. Lebih tepatnya bertahan hidup pasca terjadinya gempa bumi dahsyat. Tenang, tokoh utamanya bukan anak SMA kok. Bukan apa-apa, kalau tokohnya masih pelajar, biasanya titik awal bencana terjadi pada saat ia dalam perjalanan pulang dari field trip atau studi banding bersama teman-teman satu sekolah. Alih-alih, karakter utamanya adalah pria dewasa yang telah berkeluarga. Seperti apa ceritanya?
Sinopsis Singkat
Mishima adalah seorang teknisi di Exopolis Tower, pusat hiburan dan bisnis terbesar di Tokyo yang baru saja berdiri. Suatu hari, ia berjanji untuk pulang cepat agar bisa merayakan ulang tahun putranya bersama-sama di rumah. Namun bosnya yang egois memaksanya untuk bekerja lembur hingga subuh. Dalam perjalanan pulang dengan menggunakan subway, sebuah gempa bumi raksasa terjadi dan merubuhkan Exopolis Tower beserta jalur kereta bawah tanahnya. Mishima dan beberapa orang penumpang lainnya pun harus memikirkan cara untuk bisa keluar dengan selamat atau selamanya bakal terjebak dalam kegelapan.
Penulis: Yuki Fujisawa
Artis: Yuki Fujisawa
Publikasi: 9 Februari – 28 September 2006
Penerbit: Akita Shonen / Play Comic (serialisasi) / DrMaster
Genre: Tragedi, Dewasa, Drama
Status: Tamat (16 chapter / 2 volume)
Review Singkat
Setelah phase perkenalan karakter yang menurut saya agak terasa bertele-tele, cerita utama dimulai. Diawali dengan gempa bumi 7 SR yang membuat gerbong kereta bawah tanah yang ditumpangi Mishima melesak keluar dari jalur, stasiun subway yang aksesnya tertutup reruntuhan, hingga bangunan Exopolis Tower yang ternyata sudah hancur berantakan. Tidak ada celah dalam premis yang dilemparkan. Sedari awal kita memang sudah ditunjukkan kebobrokan bangunan Exopolis yang ternyata dibangun secara terburu-buru sehingga menghalalkan segala cara dan tidak lagi mengindahkan aturan-aturan keselamatan.
Sampai di akhir chapter cerita memang benar-benar fokus pada area Exopolis. Kendati demikian, mangaka Yuki mampu membuatnya tidak membosankan. Padahal kalau ditotal mungkin hanya ada 5-6 area saja yang menjadi latar. Yaitu jalur subway, lantai 3 dan lantai stasiun subway, parkir mobil, dan hall Exopolis. Sepertinya kunci utamanya adalah Yuki tahu momen yang tepat untuk berpindah dari satu area ke area lain, sehingga cerita terasa mengalir dan tidak terkesan dipaksakan.
Seperti biasa, dua elemen yang acap ada di manga survival bisa ditemui.
Pertama adalah karakter utama yang punya pengetahuan terkait masalah yang sedang dihadapi. Mishima adalah teknisi yang tentu saja punya pegangan skill (plus tool) untuk bertahan hidup dalam bangunan atau kendaraan yang tertutup. Untungnya, Yuki cukup cerdas dengan tidak terlalu mengekspos kemampuan Mishima sehingga membuatnya menjadi semacam dewa yang tahu segalanya seperti yang tidak jarang ditemui di manga serupa. Beberapa informasi penting ia hadirkan melalui karakter-karakter pendamping. Seperti soal bahayanya berdiri di dekat bangunan yang runtuh, terutama yang terdapat kaca-kaca di dindingnya, serta soal fenomena tikus mati dalam air.
Elemen kedua adalah hadirnya karakter-karakter pengganggu yang sok tau dan reseh. Tapi sekali lagi, Yuki sedari awal sudah mengelompokkan seluruh karakter yang ada dalam dua bagian: yang baik dan yang jahat. Nyatanya, yang reseh belum tentu jahat. Ingat pelajaran utama dalam manga Dragon Head, dimana dalam kondisi ketakutan, insting alami manusia adalah menjadi sok pemberani dan sok tau.
Secara keseluruhan, cerita amat sangat memuaskan. Kalau pun harus dipaksakan komplain, mungkin adalah ketidakhadiran elemen surprise atau twist di dalamnya.
Tidak ada keluhan juga untuk artwork atau ilustrasinya. Bagi saya pribadi semua tergambar cukup jelas, sesuai dengan apa yang sedang terjadi. Penggambaran karakternya pun solid dan konsisten.
Salah satu manga survival terbaik yang pernah saya baca. Sudah cukup rasanya satu baris tersebut sebagai kesimpulan akhir. Buktikan saja sendiri kalau tidak percaya, hehehe.
Leave a Reply