Di cerita sebelumnya, niat Erica untuk menikmati indahnya berpacaran terhalang oleh sikap kedua orang tuanya yang religius. Belum ditambah dengan sikap tetangga seberang kamar yang aneh dan misterius. Bukannya menikmati masa remaja yang indah, Erica justru galau gegara kedua hal tersebut. Di tempat lain, sahabat baik Erica, Stacy, dan kekasihnya, Derek, dibunuh dan dimutilasi oleh seseorang. Apa yang sebenarnya terjadi? Adakah hubungannya dengan tetangga Erica? Simak kelanjutan kisahnya dalam sinopsis komik The Watcher #2 berikut ini.
Sinopsis Komik *SPOILER*
In the aftermath of two brutal murders, the small New England town attempts to come to grips with the idea that a killer may live among them. Meanwhile, Erica’s disturbing night terrors begin to worsen and her best friend, Tamra, continues to insist that Erica’s house is haunted. After Erica confides to Tamra and Chris that she suspects her creepy neighbor could be behind their friend’s murder, they decide to break in and end up making a terrifying discovery!
Story: Ralph Tedesco / Victoria Rau
Art: Babisu Kourtis
Color: Fran Gamboa, JC Ruiz
Letter: Carlos M. Mangual
Judul Edisi: The Watcher Part 2
Tanggal Rilis: 11 September 2019
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung spoiler!
Beberapa minggu berlalu, akhirnya potongan tubuh Stacy dan Derek diketemukan. Erica, yang kini sudah resmi berpacaran dengan Chris, dan Tamra menghadiri upacara pemakaman sahabat mereka dengan sedih. Setelah terlebih dahulu ketiganya keluar dari gereja, tak lama ayah Erica, diakon Gardner, mengajak Erica pulang. Erica pun berciuman dengan Chris sebelum menuju mobil ayahnya.
Malam harinya, ibu Erica ternyata bisa menerima Chris sebagai pendamping Erica. Berbeda dengan Gardner yang masih belum bisa percaya sepenuhnya pada Chris. Sementara itu, saat sedang mengerjakan tugas di kamarnya, laptop Erica tiba-tiba bermasalah. Ia lantas mengecek sambungan elektroknik yang ada di bawah meja. Tanpa disangka, mendadak timbul percikan listrik yang disusul dengan kursi Erica yang melayang dan menghantam lemari.
Merasa kebingungan, Erica lalu menghubungi Chris dan memintanya datang. Beberapa saat kemudian, setelah Chris datang, Erica menyusup keluar kamar dari jendela, dan pergi bersama Chris ke hutan yang ada di belakang rumahnya. Di sana ia curhat mengenai sikap warga yang merasa wajar Stacy dibunuh sedemikian rupa karena ia sering terlihat bersenang-senang bersama teman-teman prianya. Ditambah dengan sikap kedua orang tuanya yang super protektif, terutama sejak kematian kedua saudara kembarnya saat masih bayi. Sifat posesif ayah dan ibunya tidak hanya sekedar membatasi pergaulannya, bahkan sampai menentukan gaya berpakaian serta potongan rambutnya.
Chris mendengarkan dengan tenang sembari memeluk Erica. Tiba-tiba terdengar suara seperti ranting yang terpijak. Namun karena Chris merasa tidak mendengar apapun, Erica jadi mengira dirinya yang sudah mulai berhalusinasi akibat mimpi-mimpinya. Tanpa melanjutan ceritanya, Erica mengajak Chris pulang karena esok mereka harus bersekolah.
Esok harinya, hubungan Tamra dengan pasangan lesbinya Becky kepergok pihak sekolah. Apesnya lagi, ayah Becky adalah salah satu staf pengajar di sekolah tersebut. Dengan tegas ia mengancam Tamra untuk menjauhi Becky.
Siang harinya, Tamra menceritakan kejadian tersebut pada Erica melalui telpon. Ia merasa sudah muak jika harus selamanya tinggal di kota mereka. Erica mengamininya. Di saat bersamaan, Erica tanpa sengaja menemukan sebuah simbol aneh di dasar lemarinya. Begitu mendengar Erica menyatakan ia sudah mulai tidak bisa berpikir waras, Tamra berjanji akan menjemputnya esok karena ia punya ide menarik.
Seperti yang dijanjikan, esok harinya Tamra menjemput Erica. Bersama Chris, mereka bertiga pergi menemui seorang cenayang. Kebetulan, Tamra membeli papan Ouija di toko milik cenayang itu. Di dalam, Tamra minta diajarkan cara menggunakan papan Ouija yang benar.
Sejak pertama bertemu, si cenayang sepertinya tahu sesuatu tentang Erica. Pun begitu, ia hanya berbicara melalui perumpamaan-perumpamaan yang sulit dipahami. Setelah menyiapkan papan Ouija, cenayang meminta salah satu di antara mereka mengajukan pertanyaan. Erica lantas menanyakan siapakah yang telah membunuh Stacy.
Si cenayang meminta mereka memejamkan mata. Tiba-tiba tangan mereka yang tengah memegang bidak Ouija bergerak dengan sendirinya menuju huruf T-R-E-B-O-R secara berurutan. Erica dkk bingung memahami maksud kata ‘TREBOR’. Tidak halnya dengan cenayang, yang memberi petunjuk bahwa seharusnya mereka sudah tahu karena itu tepat di depan mata mereka selama ini.
Sebelum pergi, Erica menanyakan maksud dari simbol yang ia temukan di kamarnya. Si cenayang hanya menjawab bahwa sebaiknya Erica berhati-hati karena selama ini ia sudah diawasi. Ia menganjurkan Erica untuk membuka mata dan mengontrol takdirnya sendiri.
Tak lama mereka tiba kembali di rumah Erica. Tamra dan Chris menawarkan diri untuk menemani Erica malam harinya agar Erica tidak lagi galau. Di saat itu, Erica melihat sesuatu di rumah tetangga seberang. Sebuah nama di kotak suratnya, ‘ROBERT HOPKIN’, yang jika dibalik adalah ‘TREBOR’.
Dengan tingkah laku tetangga seberang kamarnya yang belakang mencurigakan, Erica yakin bahwa orang itulah yang dimaksud oleh papan Ouija. Ia mengajak kedua temannya untuk menyusup masuk ke dalam rumah dan mencari petunjuk. Ketiganya sempat menemukan buku-buku referensi dalam bahasa asing kuno serta foto-foto lama rumah Erica sebelum terdengar ada suara orang masuk ke dalam rumah. Tidak mau ketahuan, buru-buru ketiganya kabur meninggalkan tempat tersebut.
Setelah berhasil lolos dan masuk kembali ke rumah Erica, Tamra memutuskan untuk pulang saja. Chris dan Erica lantas berciuman di ruang tamu. Interaksi keduanya berlanjut hingga hampir melakukan hubungan intim. Sebelum itu terjadi, Chris tiba-tiba menghentikan aksinya dan menyatakan tidak seharusnya mereka melakukan hal itu. Sesaat kemudian, giliran ibu Erica yang mendadak masuk dan memergoki mereka.
Untungnya ibu Erica tidak terlalu murka terhadap perbuatan keduanya. Dengan lembut ia meminta agar Erica mau bersabar beberapa minggu lagi hingga usianya nanti 18 tahun. Ia juga berjanji tidak akan memberitahukan hal tersebut pada ayah Erica.
Malam harinya, saat sedang membuang sampah, Erica dihampiri oleh Robert. Erica langsung panik dibuatnya. Robert sendiri terlihat tidak marah, hanya ingin memastikan apakah benar Erica yang tadi masuk ke dalam rumahnya. Setelah tahu jawabannya, Robert mengucapkan tiga kalimat.
“Born in darkness.
Trapped in shadow.
Risen in blood.”
Ia kemudian kembali ke rumahnya setelah meminta Erica untuk membuka matanya dan menyerahkan secarik kertas padanya.
Tengah malam, Erica terbangun. Terlihat ada makhluk aneh di langit-langit kamar. Tubuh Erica mendadak melayang lalu terhempas ke lantai. Saat menoleh ke arah kolong tempat tidur, Erica terkejut melihat ada sosok menyeramkan di sana yang hendak menyerangnya.
Akibat kejadian itu, Erica segera menghubungi Tamra dan memintanya datang. Ia menceritakan segala sesuatunya, termasuk isi surat yang diberikan robert.
“Darkness. Shadow. Blood. Watch.”
Tiba-tiba terdengar sesuatu dari dalam rumah Robert. Curiga Robert membunuh seseorang, Erica langsung menyusup masuk ke dalam tanpa bisa dicegah oleh Tamra. Betapa kaget keduanya karena yang ada justru tubuh Robert yang sudah tewas bersimbah darah. Tamra memutuskan untuk menelpon 911, sementara Erica yang masih bersama mayat Robert menemukan sebuah kunci di tangan kiri Robert. Penasaran, Erica menggunakan kunci tersebut untuk membuka sebuah peti yang kebetulan berada tidak jauh darinya. Terdapat sebuah buku di dalamnya, semacam diari atau catatan dengan beberapa foto-foto lama.
Puas banget sih ini rasanya. 32 halaman sekaligus dalam satu edisi. Mungkin karena edisi pertamanya kurang laku sehingga cerita dipadatkan dan jumlah edisi secara keseluruhan dikurangi. Apapun itu, saya pribadi sih menyukainya. Layak diangkat ke layar lebar malah. Misterinya sendiri sudah bisa mulai ditebak, walau belum sepenuhnya bisa dipecahkan karena rasanya masih ada satu dua hal yang belum diungkapkan. Gak sabar baca edisi berikutnya yang sekaligus merupakan edisi pamungkas.
Leave a Reply