Di cerita sebelumnya, petualangan Edison Crane dan agen CIA Rachel Straks terus berlanjut. Crane telah mengetahui tentang Brotherhood of The Dragon sebagai pihak yang membantu terjadinya proses invasi ke bumi. Dan satu-satunya rahasia untuk menggagalkan hal itu terjadi tersimpan di Temple of Bel, Palmyra, yang sedang dikuasai ISIS. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Berhasilkah Crane dan Straks menuju ke sana? Rintangan apa lagi yang akan mereka hadapi? Simak kelanjutan petualangan mereka dalam sinopsis komik Prodigy #4 berikut ini ya, gaes.
Sinopsis Komik *SPOILER*
Crane’s in a tricky situation in a Damascus poker room—there are guns at his head, and two million dollars of bribe money at stake. The cash could grant him access to the ancient ruins of Palmyra, and to the secrets of the scroll. Elsewhere, a blood ritual swears a new leader into power.
Story: Mark Millar
Art: Rafael Albuquerque
Color: –
Letter: –
Judul Edisi: –
Tanggal Rilis: 13 Maret 2019
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung spoiler!
Dominique, pengelola judi ilegal yang juga kenal dengan Crane karena dulu Crane menangkap ayahnya, memaksa Crane mengembalikan uang 2 juta dolar hasil judi yang telah ia menangkan. Meski dikepung oleh beberapa orang sekaligus, Crane tetap tenang. Ia pun memanfaatkan beberapa barang yang ada di dalam ruangan untuk meloloskan diri.
Tepat sesuai permintaannya, di luar sudah ada agen Straks dan Rafik, rekan Crane, melintas dengan kendaraan. Tanpa banyak membuang waktu Crane pergi bersama mereka untuk menuju Palmyra.
—
Dalam sebuah pertemuan Brotherhood of The Dragon, Francis melakukan kudeta dan membunuh ayahnya sendiri, yang memang ia anggap tidak becus dalam memimpin mereka. Dengan kematian ayahnya, kini Francis menjadi pemimpin Brotherhood of The Dragon.
—
Dalam perjalanan menuju Palmyra, Crane memberitahu Straks bagaimana otaknya bekerja. Ia ternyata mampu memikirkan dan menyelesaikan banyak hal secara bersamaan. Kalau pernah nonton salah satu episode Spongebob Squarepants dimana di dalam otaknya terdapat banyak Spongebob kecil yang sedang bertugas, yah seperti itulah gambaran kinerja otak Crane. Walau tentu saja kecerdasannya jauh melebihi si Spongebob, hehehe.
Masalah baru muncul. Rafik mendapat laporan dari saudara sepupunya bahwa dalam waktu satu jam pihak Amerika hendak meledakkan Temple of Bel demi memberi pelajaran pada ISIS. Crane segera meminta saudara sepupu Rafik untuk menjemput mereka dengan menggunakan pesawat. Uang 2 juta dolar yang ia bawa menjadi imbalannya.
Di pesawat, Crane mengatur rencana untuk mencegah pesawat dari Amerika (USAF) menyelesaikan misinya. Tanpa disangka-sangka, Crane melompat keluar dari pesawat, mengejar bom yang baru saja dijatuhkan USAF, nemplok di bom tersebut, dan menjinakkannya dalam waktu beberapa detik saja.
Tiba kembali di daratan dengan selamat, Crane sudah langsung disambut pasukan ISIS. Tidak itu saja, masih ada satu lagi pesawat jet USAF yang akan menjatuhkan bom di kuil tersebut. Tanpa ada rasa panik, Crane meminta Straks untuk menjemputnya di rooftop (dengan pesawat) dalam waktu 90 detik.
Pertama-tama, cerita masih tidak mengecewakan. Makin seru dengan masalah demi masalah bermunculan. Pintarnya Mark Millar, kemampuan Crane yang dipertontonkan juga semakin lama semakin hebat. Tapi itulah yang kemudian menjadi pedang bermata dua. Dengan setting cerita dunia manusia biasa (bukan superhero), faktanya ada sebagian pembaca yang merasa bahwa sosok seperti Crane TIDAK MUNGKIN ada di dunia nyata. Saya sendiri juga merasa saat ini ada di ambang batas antara menyimak kagum dengan mengernyit mustahil.
Kalau kisahnya hendak diadaptasi ke layar lebar, saya yakin netizen Indonesia bakalan minta Mad Dog (Yayan Ruhian) yang memerankan Crane, hehehe.
Dari segi artwork, menurut saya sudah lebih baik dari sebelumnya. Kalau masih ingat, selama ini yang saya permasalahkan adalah ilustrasi Rafael Albuquerque terhadap karakter agen Straks yang tidak konsisten. Di edisi keempat ini setidaknya problem tersebut sudah hilang.
Leave a Reply