Review Komik Night of The Living Dead: Aftermath Volume 2 (Avatar Press, 2014)

Di cerita sebelumnya, Anne dkk berhasil keluar dari kota Las Vegas yang diserbu oleh zombie. Pun begitu, kondisi belum sepenuhnya aman.

Dengan para zombie yang kini berduyun-duyun berjalan ke arah mereka, Anne dan yang lain harus bergegas menuju perbatasan yang jaraknya ratusan mil, zona aman terdekat yang ditetapkan oleh pemerintah.

Berhasilah mereka?

Simak sinopsis dan review singkatnya di bawah ini untuk tahu jawabannya. Cekidot!

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung spoiler!

Tentang Night of The Living Dead: Aftermath Volume 2

cover aftermath 2

cover aftermath 2

The hedonistic late 1970s is the perfect backdrop for the next evolution in the classic Night of the Living Dead series! DAVID HINE continues a horrifyingly original take on the zombie menace as the virus spreads through Las Vegas leaving it a city of the dead. As a group of unlikely survivors flee east, they encounter something more sinister even than the reanimated corpses that seem intent on finding and dining upon the ragtag refugees. For locked away in a secure military facility they discover that true horror is bred by the living much more efficiently than the dead. But hidden within the misery is the unthinkable…an anomaly that could lead to a zombie vaccine. This collection includes issues #7 – 12 of the Night of the Living Dead: Aftermath series.

Story: David Hine
Art: Ernesto Chaparro (edisi #7) / Tomas Aira & Emiliano Urdinola (edisi #8-#12)
Color: Digikore Studios
Judul Edisi: Aftermath #7-#12
Tanggal Rilis: Oktober 2013 –

Alur Cerita / Sinopsis Komik

Stan curiga istrinya, Tara, berselingkuh dengan Rico. Tara membantah dan menyarankan agar Stan pergi berburu ke gunung untuk menenangkan pikirannya. Stan mengiyakan.

Beberapa hari kemudian, Stan diam-diam pulang ke rumah.

Tanpa disangka, ia mendapati Tara, dalam keadaan telanjang, tengah dimangsa oleh beberapa zombie.

Lebih mengejutkan lagi, setelah menghabisi zombie-zombie tersebut, serta memastikan Tara tidak berubah seperti mereka, Stan menemukan Rico dalam kondisi yang sama seperti Tara sedang bersembunyi di balik bak mandi.

Tanpa ampun, Stan pun membunuhnya.

Pasca kejadian tersebut, Stan mendapat informasi mengenai markas militer bernama Red Rock yang terbuka untuk penyintas. Dalam perjalanan menuju ke sana, ia bertemu dengan rombongan Anne dkk.

Setelah tahu lokasi Red Rock jauh lebih dekat ketimbang perbatasan yang hendak mereka tuju, Anne dkk akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan Stan.

Di markas militer Red Rock. Seorang tentara yang berjaga melihat kedatangan Anne dkk dari jauh. Ia mengabarkan hal tersebut pada dokter Selens.

Dokter Selens saat itu sedang bersama perawat Gupta dan juga seorang anak laki-laki. Setelah menyuntikkan sesuatu ke lengan anak tersebut, keduanya pergi meninggalkan anak tersebut sendiri di sebuah ruangan.

Tujuh menit kemudian, anak tersebut berubah menjadi zombie.

Dokter Selens lalu membunyikan alarm. Dua orang tentara masuk dan membunuh anak tersebut.

Anne dkk memasuki Red Rock. Dokter Selens kembali diberitahu mengenai hal tersebut.

Meski terlihat tenang, dalam hati dokter Selens ‘gembira’ karena ia kini memiliki tambahan subyek penelitian.

Sementara Anne dan rekan-rekannya diambil darahnya, kolonel Franklin Cyrus selaku pemimpin di markas tersebut memberitahu bahwa untuk 48 jam ke depan mereka akan tinggal dalam ruang tertutup sembari kondisi fisik mereka dianalisa.

Alasannya adalah untuk memastikan tidak ada satu pun di antara mereka yang terinfeksi virus zombie.

Ruang tertutup yang dimaksud ternyata adalah sel penjara. Dan tentu saja, pintu sel tersebut dikunci dari luar.

Anne tiba-tiba menyadari bahwa Stan tidak ada di sana bersama mereka. Yang lain langsung curiga ada yang tidak beres.

Dugaan mereka tepat. Sejak awal Stan bekerja sama dengan pihak militer untuk memancing penyintas datang ke Red Rock dan menjadikan mereka bahan penelitian.

Kendati demikian, karena dokter Selens merasa jumlahnya masih kurang, Stan berjanji akan kembali berkeliling esok harinya untuk mencari kelompok penyintas yang lain.

Tahu ada seorang tentara di rombongan Anne, Franklin meminta agar tentara tersebut dipanggil.

Tentara itu, Jefferson, kemudian diberitahu mengenai apa yang sebenarnya terjadi di Red Rock.

Terungkap bahwa mereka semua mendapat perintah dari atasan untuk mencari cara agar zombie tidak lagi memangsa manusia. Dari hasil penelitian, para zombie ternyata hanya akan memangsa manusia yang masih hidup atau baru saja meninggal.

Dengan demikian, dokter Selens berusaha mengembangkan serum yang bisa membuat bau tubuh manusia berubah menjadi seperti mayat yang sudah lama meninggal. Itu sebabnya mereka butuh subyek-subyek penelitian, untuk menguji coba serum buatan dokter Selens.

Setelah mendengar semua itu, Jefferson menyatakan ia berada di pihak Red Rock.

Vic berniat untuk kabur dari Red Rock. Paxman tidak setuju. Dengan segera kelompok penyintas terbelah menjadi dua.

Tanpa mereka sadari, pembicaraan mereka sebenarnya diawasi oleh pihak militer.

Franklin pun tidak khawatir dengan rencana para penyintas. Namun untuk berjaga-jaga, ia memerintahkan salah satu anak buahnya untuk mengawasi Jefferson.

Uji coba kembali dilakukan. Seorang tahanan, Bannerman, dan tiga orang simpanse diletakkan di ruangan yang sama dengan para zombie. Zombie-zombie ternyata lebih memilih untuk memangsa tahanan tersebut.

Di luar dugaan, sang tahanan berhasil bertahan hidup dan malah membunuh zombie-zombie yang menyerangnya. Dan kebetulan, hanya itu zombie-zombie yang dimiliki Red Rock.

Jefferson lalu diutus untuk menjadi umpan dalam menangkap para zombie. Untunglah ia berhasil melakukannya tanpa terluka sedikit pun walau sempat terjadi insiden yang menewaskan beberapa tentara.

Terkurung di penjara membuat hubungan Connie dan Vic menjadi dekat. Ibu Connie kesal melihatnya.

Beberapa waktu kemudian, dokter Selens meminta salah satu penyintas untuk disuntik menjadi zombie. Awalnya Connie yang ia pilih. Sadar akan resikonya, Vic mengajukan diri sebagai sukarelawan.

Paxman sempat berusaha untuk mencegahnya. Namun lagi-lagi ia tak berdaya menghadapi tentara.

Pasca disuntik dan berubah, Vic ternyata tidak bertingkah seperti layaknya zombie. Ia menolak untuk memangsa manusia. Juga terus-terusan menatap ke arah kamera pengawas, seolah hendak mengatakan sesuatu.

Dokter Selens merespon dengan meminta agar Connie dipertemukan dengan Vic. Sesuai dugaan, Vic ternyata juga tidak menyerang Connie.

Dokter Selens berniat untuk memberitahu Gedung Putih, mengabarkan perkembangan serum tersebut.

Kendati demikian, Franklin ingin agar hal itu dipastikan terlebih dahulu. Yaitu dengan menyuntikkannya pada Bannerman.

Bannerman rupanya memberikan respon berbeda. Ia tetap menyerang dan memangsa dua tentara yang ditugaskan memeriksa kondisinya.

Franklin menyimpulkan bahwa serum terbaru dokter Selens mampu mengubah seseorang menjadi zombie namun mereka tetap mempertahankan inteligensi mereka.

Berbeda dengan dokter Selens yang syok karena tanpa sengaja sudah menciptakan zombie super, Franklin justru girang dan hendak membawa Bannerman ke Gedung Putih sebagai bukti hasil penelitian mereka.

Dengan diambilnya Vic dan Connie, keinginan Anne dkk untuk kabur semakin kuat.

Sementara itu, Vic rupanya memang bisa mendengar dan memahami perkataan Connie. Ia mau menurut menyantap ‘makanan’ yang diberikan agar tidak kelaparan.

Di tempat lain, Franklin memberitahu 4 orang sersan bahwa mereka akan secepatnya pergi meninggalkan Red Rock bersama dokter Selens dan Bannerman. Untuk tentara-tentara lain dan juga penyintas nantinya akan dibunuh di Red Rock.

Stan sedang menolong rombongan penyintas dalam rangka memancing mereka ke Red Rock. Di saat yang sama, zombie-zombie dari Las Vegas mulai berdatangan.

Karena rombongan tersebut menolak untuk datang ke markas militer, Stan pun menggunakan cara kekerasan.

Ia membunuh salah seorang di antaranya dan memaksa seorang anak kecil bernama Moonglow untuk ikut di mobilnya. Mau tidak mau rombongan penyintas tersebut mengikuti mobil Stan.

Mendengar kabar bahwa Stan datang bersama rombongan penyintas, Franklin berencana untuk turut menghabisi Stan dan juga rombongan tersebut.

Pun begitu ia berbohong pada dokter Selens dan mengatakan hanya akan membunuh Stan karena khawatir bakal membocorkan aksi mereka suatu saat nanti.

Franklin awalnya juga akan membunuh Gupta, namun dokter Selens memastikan Gupta tidak akan membuka mulut.

Atas persetujuan Anne, Mike menyerang Paxman. Perkelahian mereka membuat tiga orang tentara datang untuk memeriksa. Salah satunya adalah Jefferson.

Berkat bantuan Jefferson, kedua tentara lain berhasil dilumpuhkan dan Anne dkk bisa keluar dari sel penjara.

Kendati demikian, Jefferson mengingatkan bahwa aksi mereka diawasi oleh kamera sehingga harus bersiap untuk menghadapi tentara-tentara yang lain.

Sementara itu, di perbatasan Red Rock, beberapa tentara menghentikan rombongan Stan dan penyintas.

Begitu tahu Franklin memerintahkan untuk membunuh mereka semua, Stan tidak tinggal diam. Dengan sigap ia berhasil lebih dahulu membunuh tentara-tentara tersebut.

Di luar dugaan, Moonglow yang menemukan pistol di dalam laci mobil Stan lantas menembak dada Stan. Stan pun tersungkur di tanah.

Tanpa membuang waktu, Moonglow bersama rombongan penyintas pergi meninggalkan Red Rock.

Tak lama, Stan bangkit dan perlahan melangkah menuju Red Rock. Ia berniat untuk balas dendam pada Franklin.

Franklin dan anak buahnya mengepung penjara. Belum apa-apa Mike langsung jadi korban.

Franklin lalu memberi waktu hingga besok pagi. Siapa saja yang keluar dari bangunan tersebut setelah batas waktu yang diberikan akan ditembak mati.

Tidak itu saja. Franklin juga memerintahkan agar anak buahnya memasang bahan peledak di sekeliling bangunan penjara.

Esok harinya, evakuasi militer dimulai.

Yang pertama dibawa adalah Bannerman, dalam kondisi terbius. Baru saja lepas landas, helikopter yang membawa Bannerman dan beberapa tentara sudah hilang kendali.

Bannerman rupanya tersadar dan menyerang tentara-tentara tersebut.

Tidak butuh waktu lama hingga kemudian helikopter tersebut terjatuh dan meledak.

Di saat bersamaan, Stan tiba di Red Rock. Di belakangnya terlihat rombongan zombie dari Las Vegas.

Mengetahui hal itu, Franklin memerintahkan seluruh anak buahnya untuk menghadang mereka di gerbang. Ia juga meminta dokter Selens agar membawa Vic bersamanya.

Dokter Selens khawatir karena seluruh catatan penelitiannya juga ada di helikopter tersebut. Pun begitu dengan Vic, sebagai satu-satunya subyek penelitian yang sukses.

Franklin tidak mempermasalahkan dan menyatakan bakal bertanggungjawab penuh terhadapnya.

Beberapa saat kemudian, Vic, bersama Connie, terbang dengan helikopter yang membawa dokter Selens dan Gupta.

Dengan seluruh tentara fokus menghadang zombie, Anne dkk bisa meninggalkan bangunan penjara dengan leluasa. Jefferson segera menginstruksikan agar mereka mengendarai mobil-mobil jeep untuk menuju zona aman di perbatasan, sesuai rencana mereka semula.

Melihat Sam ada di antara para zombie, Myra sengaja menghampirinya. Bukan tanpa alasan. Sebuah granat ternyata ada di tangannya. Begitu zombie Sam mendekat, Myra meledakkan granat tersebut.

Sementara itu, Stan akhirnya berhadapan dengan Franklin. Sesaat kemudian, Franklin sudah menjadi mangsa para zombie.

Sebelum mati, Franklin memberitahu Stan tentang helikopter yang membawa bukti keberhasilan penelitan mereka.

Tanpa diduga, Stan lalu mengambil senapan Franklin dan menembaki helikopter tersebut sebelum ia sendiri dimangsa zombie.

Tembakan Stan tepat sasaran. Helikopter tersebut terjatuh dan meledak. Semua orang di dalamnya mati, kecuali Vic dan Connie.

Melihat keduanya, ibu Connie sempat hendak membunuh Vic. Untung Connie bisa meyakinkan ibunya bahwa Vic adalah satu-satunya harapan manusia untuk bertahan hidup.

Mereka pun tidak membuang waktu lagi dan segera menuju perbatasan di sungai Mississsippi.

Simpulan

Of course, dengan latar lokasi cerita yang dari seawal sudah melenceng dari tujuan semula di akhir volume 1, tidak susah ditebak bahwa akhir volume 2 ini masih belum mengakhiri cerita secara keseluruhan.

Di sisi lain, pemberian judul “Aftermath” sepertinya memberi isyarat bahwa tanpa perlu dijelaskan kita sudah dipersilahkan untuk menduga-duga. Bahwa kemungkinan besar epidemi zombie bisa berakhir pasca Vic berubah menjadi zombie berakal.

Dan dengan tidak adanya lagi judul baru dalam jagat Night of The Living Dead hingga saat ini, dugaan tersebut bisa jadi tepat.

Secara keseluruhan, ceritanya terbilang menarik. Banyak dinamika di dalamnya.

Karakter ibu Wayne dan Connie di sini termasuk satu yang mencuri perhatian. Menyebalkan namun tidak bisa dipungkiri dalam dunia nyata pasti akan ada orang-orang sepertinya. Bukan berarti dia salah, loh, hanya nyebelin aja, hehehe.

Soal benar salah, David Hine cukup sukses menghadirkan karakter-karakter yang sebenarnya tidak bisa kita cap sebagai tokoh antagonis begitu saja. Masing-masing punya alasan dalam bertindak.

Bahkan sesadis-sadisnya karakter Franklin, in the end ia hanya sedang menjalankan tugas yang diberikan. Permasalahan hanya satu. Ia terlalu baik dalam menjalankan tugasnya sehingga tidak mau memberi ruang kompromi. Atas dasar kemanusiaan sekali pun.

Highly recommended reading!

rk aftermath 2

Leave a Reply