Di cerita sebelumnya, Cyborg akhirnya bisa mengalahkan Kilg%re, yang menyerangnya dengan dalih ingin agar Cyborg sepenuhnya melupakan sisi manusianya. Ia pun menyelamatkan ayahnya, Silas Stone, yang sempat ditawan oleh Kilg%re. Tanpa disadari Cyborg, orang yang ia bawa bukanlah benar-benar ayahnya, melainkan orang lain yang menyamar sebagai ayahnya. Sedangkan Silas Stone sendiri masih ditawan di suatu tempat. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Akankah Cyborg menyadari bahwa ayahnya masih ditawan? Akankah kegalauan Cyborg akan misteri ayahnya berkurang? Simak jawabannya di sinopsis komik Cyborg #3 berikut ini yuk.
Sinopsis Komik *SPOILER*
“THE IMITATION OF LIFE” part four! The lives of Vic Stone and the S.T.A.R. Labs crew are thrown into chaos following an assault by a twisted mechanical menace that believes it’s Cyborg’s true father!
Story: John Semper, Jr.
Art: Will Conrad
Color: Ivan Nunes
Letter: Rob Leigh
Judul Edisi: The Imitation of Life Part Four
Tanggal Rilis: 19 Oktober 2016
Cerita dibuka dengan pertarungan antara Justice League melawan Darkseid. Semua rekan-rekan Cyborg mengandalkan Cyborg untuk menutup boom tube dan menutup portal apokolips. Tapi Cyborg tidak mampu melakukannya karena sistem komputer di dirinya tidak berfungsi. Batman mengingatkan bahwa jika demikian, maka sisi manusia di dirinya yang harus berusaha untuk melakukannya. Namun tetap saja, ia tidak mampu melakukannya. Alhasil, Darkseid berhasil membunuh semua anggota Justice League.
Tentu saja ini adalah mimpi. Lebih tepatnya, mimpi buruk yang sedang dialami oleh Cyborg (Victor Stone). Ia pun terbangun. Sarah heran karena ia sudah mematikan sementara aktivitas otak Cyborg karena sedang melakukan diagnostik terhadap memory bank Cyborg, sehingga tidak mungkin bagi Cyborg untuk bermimpi. Cyborg meyakinkannya bahwa itu benar terjadi. Namun demikian, ia tetap meminta Sarah untuk melanjutkan tes yang akan ia lakukan. Dan hasilnya lumayan mengejutkan. Cyborg kini mampu untuk menyusun ulang nanites yang ada di tubuhnya dan membuatnya berpenampilan seperti layaknya manusia biasa, dengan tetap menjaga struktur cybernetik dan mekanik yang ada di baliknya.
Sarah lalu mengajaknya membicarakan hal itu sembari berjalan dan ngobrol santai di luar lab. Victor Stone membawanya ke sebuah klub jazz baru. Tanpa diduga, pelayan di sini ternyata mengenali Victor, walau Victor sendiri mengaku tidak mengenalnya. Pun begitu dengan si penyanyi jazz, yang langsung terjatuh lemas begitu menyadari yang datang adalah Victor. Begitu mendengar si penyanyi jazz mengaku sebagai mantan pacar Victor, Sarah pun tahu diri dan berpamitan pulang terlebih dahulu.
Si penyanyi jazz yang bernama Britton Claire kemudian bercerita pada Victor bahwa mereka sempat berkencan selama 6 bulan semasa di SMA. Segalanya berjalan lancar hingga suatu saat Victor memutuskannya dengan dalih ada wanita lain yang dicintainya. Victor lalu menanyakan mengapa selama ini ayahnya tidak pernah menyinggung masalah Britton. Britton menjawab bahwa hubungan mereka memang tidak diketahui oleh ayah Victor karena Victor sengaja tidak mau memberitahu ayahnya pada waktu itu. Britton menambahkan, saat Victor tiba-tiba menghilang, ia sempat mendatangi ayah Victor di S.T.A.R. Labs, namun ayah Victor mengusirnya pergi.
Mata kiri Victor tiba-tiba menyala merah mendengarnya. Ia pun segera berpamitan pergi karena Britton sempat melihatnya. Cerita Britton barusan menambah kegalauan Victor terhadap ayahnya karena ternyata selama ini ia menyembunyikan fakta ada seorang wanita yang mencarinya. Selain itu, ia juga heran dengan sebagian memorinya yang ternyata tidak ada.
Setibanya di S.T.A.R. Labs, ia mendapati Dr. Morrow di sana. Karena ayahnya sudah pergi terlebih dahulu, Victor mempertanyakan hal tersebut pada Dr. Morrow. Dr. Morrow pun mengaku bahwa pada saat itu Silas Stone (juga dirinya serta Sarah) sengaja mematikan beberapa bagian memori Victor untuk mengurangi beban otak Victor pasca kecelakaan. Dengan penuh emosi Victor meminta Dr. Morrow untuk membuka kembali kunci ingatannya itu.
Sesaat setelah terbaring di meja lab untuk menjalani proses pembukaan kembali ingatannya, tiba-tiba Dr. Morrow mengunci meja tersebut dan mengatakan bahwa selama ini Silas benar, bahwa Victor adalah monster yang berbahaya. Ia bahkan sudah memanggil Superman untuk melumpuhkan Victor. Pertarungan keduanya berlangsung sengit, bahkan sampai ke planet Mars.
Ternyata lagi-lagi itu adalah mimpi Cyborg. Tubuh Cyborg yang asli saat itu masih berada di meja lab, namun mulai bergerak sendiri dan menyerang sekitarnya dengan membabi buta. Dr. Morrow segera meminta Sarah yang sudah tiba di sana untuk menghubungi Silas. Sarah pun melakukannya. Namun seperti yang sudah kita ketahui, yang menerima telpon bukanlah Silas yang sesungguhnya, namun sesosok cyborg yang menyamar menjadi mirip dengannya.
Sementara itu, mimpi buruk Cyborg masih berlanjut. Kini, tidak hanya Superman saja yang melawannya, namun juga anggota Justice League yang lain.
Jujur, saya tidak terlalu suka dengan cerita-cerita yang berkaitan dengan mimpi. Apalagi yang memakan banyak porsi halaman seperti edisi Cyborg #3 kali ini. Tapi secara cerita keseluruhan saya cukup penasaran dengan mimpi buruk yang dialami oleh Cyborg, apakah terjadi karena sesuatu dari dalam dirinya sendiri atau karena ulah si musuh yang sampai sekarang belum diketahui sosoknya yang sebenarnya. Yang juga menarik untuk disimak adalah misteri hilangnya memori Cyborg, karena pastinya tidak hanya soal pacar gelapnya saja yang hilang. Intinya sih, tidak terlalu memuaskan, namun saya masih tertarik untuk mengikuti kelanjutan ceritanya.
Cyborg #3 (2016)
- Story
- Art (Pencil, Ink, Colors)
- Element of Surprise
- Recommended Reading
Review Komik
First of all, the artwork is gorgeous. Walau wajah Superman jadi berbeda dengan biasanya, tapi penggambaran wajahnya (dan juga wajah yang lainnya) terasa real. Soal ceritanya sendiri tidak terlalu menarik, namun terganti oleh adanya beberapa kejutan dan misteri baru. Yang paling saya adalah kemampuan baru Cyborg untuk ‘menyembunyikan’ tubuh Cyborg-nya dan membuatnya berpenampilan seperti manusia biasa. Itu keren. Tapi secara keseluruhan, cerita tidak terlalu impresif, walau masih bisa menjaga minat saya untuk terus membaca kelanjutannya. Setidaknya untuk saat ini.
Leave a Reply