Review Komik 30 Days of Night: Red Snow (IDW, 2007)

“Red Snow” adalah serial selanjutnya di jagat 30 Days of Night yang dirilis setelah “Eben and Stella“. Berbeda dengan judul-judul sebelumnya, serial ini mengangkat kisah di masa lalu. Tepatnya di era pertempuran melawan Nazi atau Perang Dunia II di tahun 1941. Kombinasi yang seharusnya menggoda untuk disimak. Benarkah demikian? Simak sinopsis dan review singkatnya di bawah ini.

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung spoiler!

Sinopsis Komik

30daysofnight redsnow

Hitler’s Operation: Silver Fox has failed, but the war on the Eastern Front drags on as the Russian winter starts to bite. British military attaché Corporal Charlie Keating observes the war from the Soviet side, making sure crucial supplies get through to aid Stalin’s front in the battle against the Nazis. With luck, he too will survive to see the end of the war. But something else is out there, and they’re not the Nazis. No matter how hard humanity tries to kill itself, something else does it better.

Amid the growing horror surrounding what’s left of the village, awkward alliances are formed, hatred flows and Charlie Keating watches a boy become a man in the worst way possible. Friend becomes foe as even SS officer Hoeppner learns that, unfortunately for him and his Nazi rhetoric, he might not be part of the master race at all. Being part of the food chain was not in the Fuhrer’s book

The chilling conclusion to 30 Days of Night: Red Snow howls like a biting wind from the Arctic Circle. Most are dead. Some are not, though they wish they were. In the end, who do you trust more—a vampire or a Nazi?

Story: Ben Templesmith
Art: Ben Templesmith
Letter: Robbie Robbins, Neil Uyetake
Judul Edisi: –
Tanggal Rilis: Agustus – Oktober 2007

Di Rusia. Tentara Soviet berhasil menggagalkan serangan tentara Jerman. Pun begitu, tentara Jerman tidak menyerah begitu saja. Mereka memilih untuk menyusuri wilayah tersebut, mencari desa-desa kecil, dan menghabisi penduduknya agar tidak bisa lagi memberi dukungan berupa bahan makanan pada tentara Soviet.

Di sisi lain, tentara Soviet terus melakukan penyisiran untuk menemukan tentara-tentara Jerman yang masih tersisa. Salah satu yang berada di pihak mereka adalah kopral Charlie Keating yang berasal dari Inggris.

Dalam perjalanan mereka menemukan tubuh manusia yang sudah terpotong-potong. Mereka mengira itu adalah ulah tentara Jerman yang sadis. Tanpa ampun, melihat ada seorang tentara Jerman berlari tak jauh dari sana, mereka langsung menghabisinya. Tanpa mempedulikan tentara tersebut seolah hendak mengatakan sesuatu.

Beberapa waktu kemudian, rombongan tentara Soviet tiba di sebuah desa dan bertemu dengan Stepan dan keluarganya. Ada Roza, istrinya; Vera, putrinya; dan Nikolai, putranya. Stepan pun menjamu mereka makan malam.

Tanpa disangka, tentara Jerman datang dan langsung menembaki mereka dari luar. Salah satu di antara tentara Jerman, Baum, sempat melihat seorang wanita berjalan di kejauhan. Ia menembaknya. Anehnya, wanita tersebut kembali berjalan seolah tidak terjadi apa pun.

Penasaran, Baum menggunakan teropongnya untuk memastikan. Ia kaget begitu melihat dengan jelas sosok wanita tersebut.

Tentara Soviet yang bertahan di dalam rumah Stepan girang begitu melihat rekan-rekan mereka dari kejauhan berdatangan. Kebahagian tersebut berubah menjadi rasa takut begitu wajah-wajah mereka terlihat jelas. Bukan lagi yang mereka kenal, melainkan sudah berubah menjadi vampir.

Satu per satu tentara Jerman yang berada di luar rumah Stepan menjadi korban keganasan vampir. Termasuk Baum. Mereka baru bisa sedikit bernafas lega usai membakar sebagian dari pasukan vampir.

Sementara itu, Keating menyarankan agar mereka bekerjasama dengan tentara Jerman tersebut jika ingin terus bertahan hidup. Tidak ada pilihan lain, pihak tentara Soviet menyetujui.

Di tengah kekacauan, Stepan dan Vera menjadi korban vampir. Nikolai nyaris menjadi korban berikutnya jika tidak ditahan oleh Keating.

Roza kemudian menunjukkan pintu rahasia menuju terowongan bawah tanah. Untuk sementara mereka pun berhasil lolos dari serangan vampir.

Di luar, vampir yang berwujud anak kecil, Lilly sepertinya adalah pemimpin mereka. Lilly memerintahkan agar yang lain terus memburu tentara-tentara tersebut jika tidak ingin mati kelaparan.

Di dalam tempat perlindungan bawah tanah, suasana cukup intens dengan dua kubu bermusuhan yang terpaksa bersatu. Salah seorang yang terluka tiba-tiba berubah menjadi vampir. Untung ia bisa segera dibunuh sebelum berbuat apa-apa.

Vampir berhasil menemukan pintu rahasia terowongan bawah tanah. Teror dimulai kembali dan membuat semua orang yang tengah bersembunyi kocar kacir. Lilly sendiri sempat menggigit Roza.

Setelah Keating menyingkirkan Lilly, yang sayangnya masih belum mati, Nikolai menguatkan diri untuk membunuh ibunya agar tidak berubah menjadi vampir. Ia pun bersumpah bakal menghabisi para vampir tersebut untuk membalaskan dendamnya.

Keating memimpin tentara yang tersisa untuk bahu membahu mencari celah untuk kabur dari kepungan vampir. Meski kehilangan beberapa orang, untuk sementara mereka bisa menjauh dan bergegas menuju garasi truk tak jauh dari sana.

Tanpa disangka, pimpinan tentara Jerman diam-diam berencana untuk menyingkirkan tentara Soviet. Rencana tersebut sungguh ia lakukan begitu truk mulai berjalan.

Dengan tega ia melemparkan Nikolai keluar. Keating yang melihatnya langsung menyerangnya. Setelah bertarung sengit, Keating sukses menendangnya keluar truk.

Di depan, hanya tersisa Nevsky di belakang kemudi. Keating memerintahkan Nevsky untuk putar balik dan menyelamatkan Nikolai.

Keating datang tepat waktu. Nikolai berhasil diselamatkan. Sayang, tubuh Keating ternyata terkena serangan vampir. Ia pun meminta Nikolai untuk membunuhnya sebelum dirinya berubah.


Asli seru sih ini. Cocok banget jika diadaptasi ke layar lebar. Sayangnya, setelah lebih dari satu dekade, sepertinya tidak ada yang berinisiatif melakukannya. Apa mungkin karena temanya dianggap sensitif karena bersinggungan dengan Nazi? Entahlah. Yang jelas puas banget ngebacanya. Recommended.

rk redsnow

Leave a Reply