Penyebab, Gejala, dan Obat Disentri

Setelah kemarin membahas tentang sakit gigi, sepertinya menarik jika konten serupa dikembangkan untuk penyakit-penyakit lainnya. Selain bisa berbagi informasi penting, juga bisa menambah wawasan saya pribadi, yang waktu pelajaran biologi dulu selalu dapat nilai 6, hehehe. Untuk kali ini, yang saya pilih adalah tentang disentri. Penyakit ini mirip dengan diare, namun jika terlambat ditangani bisa berakibat fatal. Serem juga, kan? Nah makanya, yuk kita pelajari seperti apa sebenarnya dia. Mulai dari penyebabnya, gejalanya, serta obat disentri yang ampuh.

Apa Itu Disentri?

Seperti disebutkan di atas, disentri berbeda dengan diare, suatu kondisi dimana frekuensi buang air besar meningkat, dengan kondisi feses yang encer atau lembek. Disentri adalah peradangan usus yang mengakibatkan diare dengan disertai darah atau lendir.

Penyebabnya ada dua, yaitu bakteri dan parasit bersel satu atau amuba. Yang disebut pertama disebut sebagai disentri basiler, dengan bakteri Shigella, Campylobacter, E. coli, dan Salmonella sebagai tersangka utama pelakunya. Sementara yang disebut kedua, disentri amuba / entamoeba histolytica, seringkali dipicu oleh kebersihan lingkunan dan konsumsi makanan atau minuman yang buruk. Disentri jenis ini bisa mengakibatkan abses hati, yaitu komplikasi pada organ hati (liver).

Di antara kedua jenis disentri tersebut, data WHO menyatakan bahwa bakteri Shigella yang paling banyak bertanggung jawab terhadap timbulnya penyakit yang mengakibatkan jutaan orang di dunia meninggal setiap tahunnya ini (60% diantaranya adalah anak-anak dan balita).

Bagaimana Gejalanya?

Berikut ini tiga gejala yang umum terjadi pada penderita disentri:

  • Diare, terkadang disertai darah dan / atau lendir.
  • Demam dan mual / muntah.
  • Kram dan nyeri perut.

Pada kasus penyakit disentri yang disebabkan oleh bakteri, diare sering diikuti dengan demam dan mual. Gejala biasanya timbul 1-7 hari setelah penderita terinfeksi dan berlangsung selama 3-7 hari. Sedangkan untuk yang disebabkan oleh amuba, diare dengan bercak darah dan lendir lebih cenderung terjadi. Gejalanya dapat timbul 10 hari sejak penderita terinfeksi.

Apa Saja Faktor Resikonya?

Berikut ini adalah beberapa faktor resiko atau pemicu seseorang bisa terjangkit penyakit disentri:

  • Kurang menjaga kebersihan diri. Misalnya tidak mencuci tangan sebelum makan atau setelah buang air besar.

  • Tidak memperhatikan faktor higienis dari makanan atau minuman yang dikonsumsi. Misalnya makan makanan yang tidak jelas kadar kebersihannya, minum dari gelas yang kotor, atau sembarangan memasukkan benda ke dalam mulut.

  • Kondisi lingkungan sekitar yang tidak higienis. Misalnya tidak ada ketersediaan air bersih atau dekat dengan tempat pembuangan limbah atau tempat sampah.

  • Penggunaan pupuk untuk tanaman yang berasal dari kotoran manusia.

Satu atau lebih faktor resiko di atas dapat mengakibatkan bakteri atau amuba penyebab disentri masuk ke dalam tubuh dan menuju dinding usus. Jika itu terjadi, maka usus akan terinfeksi dan menimbulkan pendarahan. Darah karena infeksi itulah yang keluar saat buang air besar.

Bakteri yang keluar bersama feses tetap dapat bertahan hidup dan dapat kembali menginfeksi tubuh seseorang. Itu sebabnya kebersihan tubuh maupun lingkungan sekitar sangat penting untuk dijaga.

Bagaimana Cara Mengobatinya?

Ada dua obat disentri yang biasa diberikan untuk penderita.

Yang pertama adalah antibiotik (ciprofloxacin untuk penderita disentri basiler dan metronidazole untuk penderita disentri amuba). Ini untuk membasmi bakteri maupun amuba penyebab utama dari disentri.

Yang kedua adalah terapi cairan. Diare akan mengakibatkan penderita mengalami dehidrasi. Apalagi jika disertai dengan muntah muntah. Dengan demikian, asupan cairan dalam tubuh perlu dikembalikan. Selain dengan diminum (oralit), bisa juga dengan melalui infus / intravena (IV).

Panduan menyiapkan oralit obat disentri

Selain itu, dokter juga akan memberikan beberapa obat lain untuk meredakan gejala diare yang ada. Seperti paracetamol untuk mengurangi nyeri, atau bismuth subsalisilat untuk meredakan kram perut.

Bagaimana Cara Pencegahannya?

Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Berikut ini beberapa cara pencegahan agar kita tidak terkena disentri:

  • Menjaga kebersihan diri. Yang paling sederhana, biasakan mencuci tangan dengan air dan sabun. Terutama sebelum makan, setelah buang air besar, setelah mengganti popok bayi, dan sebelum memasak atau menyiapkan makanan.

  • Hindari kontak langsung maupun tidak langsung dengan penderita. Gunakan juga air panas untuk mencuci pakaian penderita.

  • Hindari mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak jelas kebersihannya. Terutama yang ada di pinggir jalan dengan kondisi lingkungan yang tidak higienis.

  • Menjaga kebersihan tempat tinggal dan lingkungan sekitar. Misalnya rutin membersihkan toilet dengan disinfektan, membuang sampah pada tempatnya, dan sebagainya.


Semoga informasi di atas bisa bermanfaat. Berikutnya bahas penyakit apalagi ya? 🙂

penyakit disentri

Leave a Reply