Pengalaman mistis tinggal di ruko berhantu ini sebenarnya sudah lama ingin saya ceritakan.
Tapi, selain mager, kadang saat kepikiran hendak mulai menulis tiba-tiba jadi merinding, wkwkwk.
Mungkin gara-gara lokasi ruko yang bersangkutan tidak terlalu jauh dengan tempat saya tinggal saat ini. Sekitar 3 km saja jaraknya.
Daftar Isi
Kenapa Tinggal Di Ruko?
Hampir 15 tahun lalu, saya mengambil keputusan nekat untuk membuka usaha sendiri.
Karena membutuhkan bangunan sebagai kantor, ruko jadi pilihan utama.
Pertimbangannya, selain sebagai tempat usaha, juga bisa saya gunakan sebagai tempat tinggal.
Saat itu opsi mengerucut ke dua titik. Yang satu di daerah Klampis. Satu lagi di daerah Tenggilis. Harganya hanya terpaut 2.5 juta per tahunnya.
Keduanya sama-sama memiliki 3 lantai. Lebarnya pun sama.
Dari segi lokasi, opsi pertama sebenarnya lebih strategis. Apalagi jika kemudian saya membuka cafe atau warkop kecil-kecilan di depannya.
Tapi pada akhirnya opsi kedua yang dipilih. Karena lebih dekat dengan rumah orangtua.
Perlu diketahui bahwa saat itu saya belum punya pengetahuan tentang dunia gaib sama sekali.
Jadi, saat diberitahu bahwa lantai 3 ruko selama ini digunakan untuk penyimpanan kayu pun saya fine fine saja.
Padahal, dengan kondisi lantai 3 yang selama bertahun-tahun gelap dan lembab, itu adalah red flag tersendiri bagi yang paham permistisan, hehehe.
Butuh waktu kurang lebih 2 minggu untuk kemudian melakukan renovasi.
Dimana lantai 1 digunakan sebagai area parkir kendaraan dan dapur, lantai 2 untuk area serbaguna, dan lantai 3 untuk kantor.
Juga ditambahkan kamar di ujung lantai 2 untuk saya pribadi.
Ku Kira Seru Ternyata Berhantu
Awalnya saya cukup bersemangat untuk menempati ruko tersebut.
Apalagi ini bakal jadi pengalaman pertama tidak tinggal bersama orangtua.
Pernah sih sebelumnya ngekos 1-2 bulan di luar kota untuk urusan pekerjaan. Tapi beda rasanya.
Hingga kemudian pasangan saya memberitahu bahwa sejak pertama menginjakkan kaki di ruko tersebut ia sudah merasa tidak nyaman. Seperti ada yang mengawasi.
Penasaran, saya lalu mengajak teman yang punya indera keenam untuk datang ke ruko tersebut.
Bukan satu. Tapi dua. Dalam waktu berbeda.
Tak disangka, kesimpulan mereka berdua sama. Ruko tersebut ternyata berhantu, wkwkwk.
Bukan hanya di satu bagian. Melainkan di semua lantai.
Termasuk di ujung lantai 3 — tepat di atas kamar saya — yang diyakini ada portal menuju alam gaib.
Pun begitu, pesan mereka hanya satu. Agar tidak meninggalkan ibadah selama berada di sana.
Saya juga diwanti-wanti agar sebaiknya tidak tidur di malam pertama menempati ruko tersebut.
Karena jika sampai tertidur, maka penunggunya bakal bersilahturahmi melalui alam mimpi.
Belum ingin bertemu hantu, saya putuskan untuk mengikuti apa yang diminta.
Dan memang benar, saya tidak didatangi oleh penunggu ruko tersebut.
Sebagai gantinya, sekitar pukul 1 dini hari, terdengar suara berisik dari lantai 3.
Kebetulan seluruh keperluan kantor sudah disiapkan. Termasuk meja dan kursi.
Saya seperti mendengar suara meja dan kursi tersebut didorong ke sana kemari dengan kasar. Benar-benar jelas suaranya.
Baru berhenti mendekati jam 3.
Keesokan harinya, saya ganti mengundang adik saya untuk berkunjung. Kebetulan ia bisa melihat makhluk halus.
Di luar dugaan, begitu naik ke lantai 3, ia langsung mengajak turun. Wajahnya ketakutan.
Belakangan ia mengaku melihat sosok genderuwo menyeramkan di ujung lantai 3. Tepat di posisi yang disebutkan ada pintu alam lain.
Waduh.
Pengalaman Tinggal 3 Tahun Di Ruko Berhantu
Eniwei, pasca kejadian tersebut saya tetap tinggal di ruko berhantu.
Prinsip saya waktu itu hanya satu. Selama cuma gangguan suara sih oke.
Toh lebih angker suara gamelan yang saya dengar ketika melintasi Hutan Saradan bertahun-tahun sebelumnya.
Anehnya, meski tetap sering merasa ada yang mengawasi dan hawa di dalam ruko terkadang panas, gangguan suara seperti di malam pertama tidak pernah terjadi lagi.
Seolah siapa pun itu pelakunya mereka hanya ingin memperkenalkan diri. Sekedar memberitahu bahwa ada penghuni lain di sana.
Berkali-kali pulang larut malam atau dini hari juga tidak masalah.
Yang apes justru karyawan OB saya. Dia mengaku beberapa kali melihat penampakan. Terutama di lantai 1 dan lantai 3.
Yang di lantai 1 berwujud tuyul. Yang di lantai berupa bayangan hitam.
Untung saya tidak melihatnya, hehehe.
Penutup
Semua tempat pasti ada penunggunya. Mau rumah, ruko, pendopo, dan sebagainya.
Tinggal di ruko berhantu selama 3 tahun menjadi pengalaman tersendiri bagi saya. Dan juga memberi pelajaran yang berarti.
Bahwa selama kita tidak merasa takut, maka segala sesuatunya akan baik-baik saja.
Yang penting cukup dihargai dan dipahami saja keberadaan mereka yang memang ada di sekitar kita.
Ada teman-teman yang pernah tinggal di ruko berhantu? Bagi pengalamannya di kolom komentar, ya.
Leave a Reply