Di era sekarang, mulai banyak yang mempertanyakan perlu tidaknya kita melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Selain banyak tokoh yang sukses meski tidak mengenyam bangku kuliah, juga mulai banyak perusahaan zaman now yang lebih mementingkan skill alias kemampuan individu ketimbang nilai nilai akademik. Sudah bukan hal yang aneh pula jika lantas ada orang yang eksis di sebuah bidang yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan jurusan kuliah yang dulunya diambil.
Saya sebenarnya termasuk yang punya pemikiran serupa. Butuh waktu 3 kali drop out dari tiga kampus yang berbeda untuk ‘meyakinkan’ kedua orang tua saya bahwa saya tetap bisa sukses meski tidak bergelar sarjana. Namun entah kenapa, beberapa tahun lalu, tiba-tiba saya kepikiran untuk melanjutkan kuliah lagi. Yang ada di pikiran saya waktu itu hanya satu, ingin membuat ortu senang melihat anaknya akhirnya berdiri di depan dengan mengenakan baju dan topi toga.
Pada akhirnya saya memang berhasil menyelesaikan kuliah saya. Bahkan jika seandainya tidak berstatus mahasiswa pindahan, gelar cumlaude mungkin sudah di tangan, hehehe. Impian untuk membahagiakan ayah dan ibu pun tercapai sudah.
Yang pada prosesnya tidak saya sangka adalah pertemuan dengan orang-orang yang hingga sekarang mempengaruhi bisnis online yang saya geluti saat itu (hingga sekarang), baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak hanya dari kalangan sesama mahasiswa, melainkan juga dosen pengajar. Berbeda dengan tiga kampus sebelumnya, banyak staff pengajar di sana yang punya pemikiran terbuka dan lebih memikirkan mengenai masa depan mahasiswanya. Bukan hanya sekedar mengharapkan mereka lulus, melainkan juga mau jadi apa setelah mereka lulus.
Salah satu yang didorong adalah alternatif untuk menjadi pengusaha ketimbang bekerja sebagai pegawai kantoran. Khususnya menjadi pengusaha di dunia online. Entah itu ‘sekedar’ berdagang di marketplace atau membuat startup. Sayangnya, karena hal tersebut belum dimasukkan secara resmi sebagai dari visi misi kampus, prosesnya pun tidak benar-benar berjalan secara optimal. Bagi sebagian besar mahasiswa / mahasiswi, dorongan untuk menjadi pengusaha melalui pertempuan di dalam mata kuliah masih tidaklah cukup.
Ini membuat saya berandai-andai, mungkin pengalaman kuliah yang saya dapatkan akan jauh lebih baik lagi apabila saya menjadi mahasiswa Masoem University, sebuah universitas swasta di bandung yang punya program khusus untuk mencetak pengusaha muda.
Dinamakan “Jadi Mahasiswa Pengusaha”, program ini berfokus pada penggalian potensi dan mental berbisnis pada diri mahasiswa. Ini meliputi inovasi digital dalam bisnis, pemasaran dan strategi komunikasi, pemanfaatan platform digital dan media sosial, proses start up, proses intermediasi keuangan, serta metode pembayaran elektronik. Semua itu tanpa terlepas dari adab yang berlaku dalam ekonomsi syariah.
Sebagai penunjang, telah disediakan aplikasi bernama “Masoem Virtual Index” yang memungkinkan para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi yang lebih islami. Dengan menggunakan aplikasi tersebut, pembeli dapat melakukan identifikasi produk sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli dan membayar. Dengan sistem yang berbasis kepercayaan, otomatis hubungan antara kedua belah pihak menjadi lebih baik.
Pada pelaksanaannya, para mahasiswa akan diberi Time Line Schedule, yaitu tahap-tahap yang harus dilalui satu persatu. Termasuk juga tahapan interview untuk melihat motivasi dan kesungguhan mereka saat menjalankan bisnisnya.
Ada dua kelas yang bisa dipilih di Masoem University, yaitu kelas Reguler dan kelas Sore / Karyawan. Untuk yang disebut terakhir sedikit lebih mahal namun bisa dikatakan masih tetap terjangkau. Terlebih mahasiswa / mahasiswi tidak akan ditarik lagi biaya-biaya tambahan, seperti biaya Ujian, biaya modul, biaya praktikum, dan sebagainya.
Berikut tabel biaya kuliah untuk masing-masing fakultas yang ada di Masoem University:
Prodi | Biaya Semester I | Biaya Semester II |
---|---|---|
S1 Bimbingan Konseling | Rp 4.300.000,- | Rp 3.900.000,- |
S1 Pendidikan Bahasa Inggris | Rp 4.300.000,- | Rp 3.900.000,- |
S1 Pertanian | Rp 4.300.000,- | Rp 3.900.000,- |
S1 Perbankan Syariah | Rp 4.450.000,- | Rp 4.050.000,- |
S1 Sistem Informasi | Rp 4.700.000,- | Rp 4.300.000,- |
D3 Manajemen Informatika | Rp 4.350.000,- | Rp 3.950.000,- |
D3 Komputer Akuntansi | Rp 4.350.000,- | Rp 3.950.000,- |
Prodi | Biaya Semester I | Biaya Semester II |
---|---|---|
S1 Bimbingan Konseling | Rp 4.650.000,- | Rp 4.250.000,- |
S1 Pendidikan Bahasa Inggris | Rp 4.650.000,- | Rp 4.250.000,- |
S1 Pertanian | Rp 4.650.000,- | Rp 4.250.000,- |
S1 Perbankan Syariah | Rp 4.850.000,- | Rp 4.450.000,- |
S1 Sistem Informasi | Rp 5.100.000,- | Rp 4.700.000,- |
D3 Manajemen Informatika | Rp 4.650.000,- | Rp 4.250.000,- |
D3 Komputer Akuntansi | Rp 4.650.000,- | Rp 4.250.000,- |
Untuk biaya di atas masih bisa dikenai potongan beasiswa hingga 30%. Untuk syarat dan ketentuannya bisa disimak sendiri di situs resmi mereka (https://masoemuniversity.ac.id).
Saya memang sudah terlanjur lulus, tidak bisa berkuliah lagi di Masoem University. Namun jika teman-teman berminat, bisa langsung saja mampir ke kampus mereka yang beralamatkan di Jl. Raya Cipacing No. 22 Jatinangor, Jawa Barat.
Leave a Reply