Meski sudah berkali-kali ke Semarang, termasuk ketemuan dengan teman-teman yang asli warga kota tersebut, saya baru tahu beberapa bulan terakhir kalau kota ini (dan sekitarnya) punya bahasa daerahnya sendiri, bahasa Semarang atau disebut juga Semarangan. Maka jadilah artikel ini sebagai pembuka seri tulisan Kamus Bahasa Season 2 di situs Curcol.Co. Siapa tahu bermanfaat bagi yang ingin tinggal di sana dalam jangka waktu lama. Atau setidaknya untuk sekedar menambah pengetahuan, hehehe.
Daftar Isi
Sekilas Kota Semarang
Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayahnya yang mencapai 373,78 km2 menjadikannya sebagai kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung. Data terbaru di tahun 2019 menyatakan bahwa jumlah penduduk kota yang berbatasan dengan Laut Jawa (utara), kabupaten Demak (timur), kabupaten Semarang (selatan), dan kabupaten Kendal (barat) ini adalah 1.6 juta jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 4.469/km2. Mayoritas beragama Islam.
Kontur wilayah yang berbukit-bukit membuat kota Semarang secara geografis terbagi menjadi dua, yaitu Kota Atas dan Kota Bawah. Kota Atas meliputi daerah Kecamatan Banyumanik, Gajahmungkur, Tembalang, Mijen, Banyumanik, Gunung Pati, dan Ngaliyan. Sedang kota Bawah meliputi Kecamatan Semarang Tengah, Semarang Barat, Semarang Utara, Semarang Timur, Semarang Selatan, Tugu, Genuk, Gayamsari, dan Pedurungan.
Nama “Semarang” sendiri, secara etimologis, berasal dari kata “sem” dan “arang”. Kata pertama berarti “asam” atau “pohon asam”, sementara kata kedua berarti “jarang”. Jika digabungkan maka bisa dimaknai sebagai “wilayah dengan pohon asam yang jarang”. Asal mulanya adalah ketika Ki Ageng Pandanaran I datang ke pulau Tirang di dekat pelabuhan Bergota. Di sana ia melihat adanya pohon-pohon asam yang tumbuh berjarak satu sama lain (jarang jarang). Nama ini sempat berubah menjadi “Samarang” di masa kolonialisme Hindia – Belanda.
Pembagian Wilayah
Secara umum wilayah kota Semarang dapat dibagi menjadi 5, yaitu:
- Wilayah Semarang Pusat, mencakup seluruh kecamatan Semarang Tengah, Semarang Selatan, sisi selatan kecamatan Semarang Timur, sisi utara kecamatan Gajahmungkur, dan sisi utara kecamatan Candirsari.
- Wilayah Semarang Utara, mencakup seluruh kecamatan Semarang Utara, sisi utara kecamatan Semarang Timur, sisi utara kecamatan Gayamsari, dan sisi barat serta utara kecamatan Genuk.
- Wilayah Semarang Timur, mencakup seluruh kecamatan Pedurungan, sisi selatan kecamatan Gayamsari, sisi utara kecamatan Tembalang, dan sisi selatan serta timur kecamatan Genuk.
- Wilayah Semarang Barat, mencakup seluruh kecamatan Semarang Barat, Ngaliyan, Mijen, dan Tugu.
- Wilayah Semarang Selatan mencakup seluruh kecamatan Banyumanik, Gunungpati, sisi selatan kecamatan Tembalang, sisi selatan kecamatan Candisari, sisi selatan kecamatan Gajahmungkur.
Kendati demikian, berbeda dengan kota-kota lainnya di Indonesia, pembagian wilayah di atas tidak bersifat mengikat secara administratif. Penyebutannya acap digunakan untuk mengetahui letaknya, secara relatif, dari pusat kota saja.
Sementara itu, secara yuridis kota ini terbagi menjadi 16 wilayah administratif kecamatan dan 177 wilayah administratif kelurahan. Berikut daftar kecamatan dan kelurahan yang ada di kota Semarang.
Kecamatan | Kelurahan |
---|---|
Banyumanik | Pudakpayung, Gedawang, Jabungan, Padangsari, Banyumanik, Srondol Wetan, Pedalangan, Sumurboto, Srondol Kulon, Tinjomoyo, Ngesrep |
Candisari | Candi, Jatingaleh, Jomblang, Kaliwiru, Karanganyargunung, Tegalsari, Wonotingal |
Gajahmungkur | Bendanduwur, Bendanngisor, Bendungan, Gajahmungkur, Karangrejo, Lempongsari, Petompon, Sampangan |
Gayamsari | Gayamsari, Kaligawe, Pandean Lamper, Sambirejo, Sawah Besar, Siwalan, Tambakrejo |
Genuk | Bangetayu Kulon, Bangetayu Wetan, Banjardowo, Gebangsari, Genuksari, Karangroto, Kudu, Muktiharjo Lor, Penggaron Lor, Sembungharjo, Terboyo Kulon, Terboyo Wetan, Trimulyo |
Gunungpati | Cepoko, Gunungpati, Jatirejo, Kalisegoro, Kandri, Mangunsari, Ngijo, Nongkosawit, Pakintelan, Patemon, Plalangan, Pongangan, Sadeng, Sekaran, Sukorejo, Sumurejo |
Mijen | Cangkiran, Bubakan, Jatibarang, Jatisari, Karangmalang, Kedungpane, Mijen, Ngadirgo, Pesantren, Polaman, Purwosari, Tambangan, Wonolopo, Wonoplumbon, |
Ngaliyan | Bambankerep, Beringin, Gondoriyo, Kalipancur, Ngaliyan, Podorejo, Purwoyoso, Tambak Aji, Wonosari |
Pedurungan | Gemah, Kalicari, Muktiharjo Kidul, Palebon, Pedurungan Kidul, Pedurungan Lor, Pedurungan Tengah, Penggaron Kidul, Plamongan Sari, Tlogomulyo, Tlogosari Kulon, Tlogosari Wetan, |
Semarang Barat | Bojongsalaman, Bongsari, Cabean, Gisikdrono, Kalibanteng Kidul, Kalibanteng Kulon, Karangayu, Kembangarum, Krapyak, Krobokan, Manyaran, Ngemplaksimongan, Salamanmloyo, Tambakharjo, Tawangmas, Tawangsari |
Semarang Selatan / | Barusari, Bulustalan, Lamper Kidul, Lamper Lor, Lamper Tengah, Mugassari, Peterongan, Pleburan, Randusari, Wonodri |
Semarang Tengah | Bangunharjo, Brumbungan, Gabahan, Jagalan, Karangkidul, Kauman, Kembangsari, Kranggan, Miroto, Pandansari, Pekunden, Pendrikan Kidul, Pendrikan Lor, Purwodinatan, Sekayu |
Semarang Timur / Semarang Wétan | Bugangan, Karangtempel, Karangturi, Kebonagung, Kemijen, Mlatibaru, Mlatiharjo, Rejomulyo, Rejosari, Sarirejo, Bandarharjo |
Semarang Utara / Semarang Lor | Lor, Dadapsari, Kuningan, Panggung Kidul, Panggung Lor, Plombokan, Purwosari, Tanjungmas |
Tembalang | Bulusan, Jangli, Kedungmundu, Kramas, Mangunharjo, Meteseh, Rowosari, Sambiroto, Sendangguwo, Sendangmulyo, Tandang, Tembalang |
Tugu | Jerakan, Karanganyar, Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, Mangunharjo, Randu Garut, Tugurejo |
Bahasa Jawa Semarang
Bahasa Jawa Semarang adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang digunakan di Karisedanan Semarang. Sekilas tidak jauh berbeda dengan di daerah lainnya di pulau Jawa, khususnya area Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hanya sebagian saja yang mengalami ‘modifikasi’, baik dari segi arti maupun penggunaan sehari-hari. Ini yang lantas disebut sebagai bahasa Semarangan.
Sebagai contoh, kata “ora” atau “ra” dalam bahasa Jawa yang berarti “tidak” dalam dialek Semarangan berubah menjadi “orak” atau “rak”. Contoh lain, frase “yo ora” yang berarti “ya tidak” berubah menjadi “yo orak too”. Ada juga “kuwi ugo” yang berarti “itu juga” yang berubah menjadi “kuwi barang”.
Sama halnya dengan beberapa wilayah lain di Jawa, dialek Semarangan punya kata-kata khas yang sering diucapkan dan menjadi pembeda. Seperti “piye jal?” (bagaimana coba?), “apik ik” (bagus sekali), “he’e” (iya), dan lain-lain.
Bahasa Prokem Semarang
Bahasa prokem Semarang pada dasarnya memiliki konsep yang sama dengan bahasa walikan Malang, dimana tatanan huruf yang ada dipindah urutannya. Yang membedakan, bukan urutan hurufnya yang dibalik begitu saja, melainkan berdasarkan tabel aksara Jawa.
Perhatikan gambar berikut.
Keduapuluh aksara Jawa di atas dibagi menjadi dua kelompok. Sepuluh pertama dibaca sesuai urutan, sedang sisanya dibaca terbalik. Dua deret tersebut lantas disusun dalam dua baris. Setelah itu, masing-masing huruf konsonan pada kata baku bahasa Jawa ditukar dengan huruf dari baris yang berlawan. Untuk huruf vokal sendiri diabaikan / dibiarkan sesuai aslinya.
Dengan mengaplikasikan rumus di atas, maka urutannya menjadi sebagai berikut:
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
ha | na | ca | ra | ka | da | ta | sa | wa | la |
nga | tha | ba | ga | ma | nya | ya | ja | dha | pa |
Lalu bagaimana cara mengubah kata baku menjadi bahasa prokem? Berikut contohnya.
Bahasa Jawa baku | Bahasa Prokem Semarang |
---|---|
bapak (ba + pa + k) | ba->ca + pa->la + k->m = calam |
mangan (ma + nga + n) | ma->ka + nga->ha + n->th = kahath |
turu (tu + ru) | tu->yu + ru->gu = yugu |
Gampang, kan? Tinggal dicari saja padanan hurufnya dari tabel di atas. Jika huruf baku ada di baris 1, berarti huruf prokemnya ada di baris 2 pada kolom yang sama. Begitu pula sebaliknya.
Kamus Bahasa Semarang
Berikut ini kumpulan kata-kata dalam bahasa Semarang, baik yang merupakan bahasa Semarangan asli maupun bahasa prokem (yang umum digunakan sehari-hari), beserta arti dan maknanya dalam bahasa Indonesia. Kamus bahasa Semarang lengkap ini kami susun dari berbagai sumber terpercaya, namun tidak menutup kemungkinan adanya kekeliruan atau kesalahan dalam penyusunannya. Jadi, jangan sungkan-sungkan untuk mengoreksinya melalui kolom komentar yang ada di bawah, ya. Begitu pula jika ada kata-kata lain yang perlu untuk ditambahkan. Cuss diinfokan di bawah.
Kata Semarangan | Artinya |
---|---|
Aeng-aeng | banyak maunya |
Aleman | manja |
Ambung | cium |
Ameh | akan, mau, hampir |
Asem ki, asem ik | umpatan tentang sesuatu yang tidak diharapkan |
Atis | dingin untuk minuman atau sejuk untuk hawa |
Atos | keras (benda), sinis (omongan) |
Badhek | bau tidak sedap |
Bah | orang / cah |
Bajindul | ungkapan kesal khas semarang |
Bak-buk | impas |
Balangan | rombengan / bekas |
Banger | bau tidak sedap seperti bau amis/ sampah |
Bei | tangga siku / tangga yang asa kakinya |
Bekah-bekuh | mengeluh |
Belgedes | ungkapan kesal khas semarang |
Bentengan | sejenis permainan kejar-kejaran anak, di daerah lain ada yang bernama jek-jekan |
Benthik | sejenis permainan anak, di daerah lain ada yang menamakannya pathil lele |
Blaik / Lhais | suatu ungkapan tentang kekagetan |
Blanggem | ubi goreng |
Blasak | kesasar, sesat |
Blumbang | jurang |
Blusuk | ungkapan kesal khas semarang |
Bobor | tidak laku |
Bongkrek | tempe basi |
Boro-boro | jangankan |
Brei | dewasa |
Brom pit | sepeda motor |
Blaik | Ungkapan kekagetan atau menakut-nakuti untuk bercanda |
Cah | bocah, pangilan khas semarang |
Caklam | bapak |
Camak | emak, ibu |
Car | selesai, bar |
Ceng ceng po | sahabat kental |
Ciak | makan |
Ciamik | hebat, keren, bagus |
Ciblek | cilik-cilik betah melek, istilah untuk kupu-kupu malam abg |
Coa-coa | menggosip, ngomong membesarkan/ menyebarkan isu atau fitnah |
Coa | ngomong besar |
Congyang | sejenis minuman keras khas semarang |
Coro | suami / istri |
Damu | tiup |
Dapuran | ungkapan kasar pada kelakuan orang |
Datsu | sejenis angkutan kota, aslinya merupakan kependekn dari merk kendaraan daihatsu |
Deknen | dia |
Demit | setan / hantu |
Denok | mbak, gadis dewasa |
Denyom | perempuan, gadis, kekasih wanita |
Dhit | uang |
Dikedhuk | diaduk |
Dilimpe | dibantai/ dihajar |
Dis | sudah |
Ditekak-tekuk | diperbaiki dengan berbagai cara |
Dlongop | melamun |
Dol | putus/rusak |
Dudukan | galian |
Enggok-enggokan | tikungan |
Gacuk | andalan, modal |
Galap | balap, pit galap = sepeda balap |
Gali | preman pasar |
Gamdho, gomdhe | banyak uang |
Gamjet, gomjet | bokek |
Gam | tidak, rak |
Gathi | berani |
Gembeng | orang yang suka menangis/ tidak berani |
Gemblek | selingkuhan |
Genjot | mengayuh, bisa juga berkonotasi lain seperti digenjot = dipukuli tanpa ampun |
Gentho | orang yang memegang suatu kawasan. |
Gerang | dewasa |
Gethe | sini |
Gilo-gilo | penjual aneka jajanan pasar yang didorong dengan gerobak dorong. |
Githik | dipukul |
Gojek, gojekan | bercanda |
Gombal mukiyo | ngomong gombal alias bohong |
Gomom | rokok |
Gondes | geblek (lebih halus dari goblog), kepala batu / keras kepala, Gondrongan Deso / bergaya kampungan |
Gothek | perahu |
Gotho | sana |
Grak-grek | berbuat macam macam |
Grapyak | mudah bergaul |
Gress | masih baru |
Growang | berlubang |
Gundul pecengis | sejenis hantu yang menyerupai potongan kepala manusia yang sedang meringis |
Gung | belum |
He eh | iya atau mengiyakan |
Ik | akhiran yang menegaskan tentang sesuatu |
Ijik | masih |
Ita-itu | berbuat macam macam |
Itir-itir | |
Iwak | ikan |
Jadwal | sandal |
Jan | ungkapan kesal |
Jare | katanya |
Jarke | dibiarkan |
Jeblog | berlumpur atau jelek (nilai) |
Jebule | padahal |
Jejum | besok |
Jelayu | sepatu |
Jembet | penakut, tidak berani |
Jemopah | sekolah |
Jem | dulu |
Jeng-jeng | jalan-jalan |
Jes | semacam toss, khas semarang |
Jetheng | senang |
Jet | uang |
Jikuk | mengambil sesuatu |
Jilum | mengambil sesuatu |
Jipeh | meminjam |
Jipungan | permainan petak umpat |
Jirih | penakut, tidak berani |
Jogjig | kendaraan untuk menghaluskan jalan yang sedang diaspal |
Jolo | siapa |
Jon | panggilan khas |
Juju | payudara |
Jumeh | kaya |
Juthat | khitan, sunat |
Kacung | pembantu |
Kahat | makan |
Kahit | bermain kartu |
Kakeane | semacam makian |
Kaliren | kelaparan |
Kamso | kata makian untuk membodohkan seseorang, serupa 'ndeso' |
Kandani ok | tanggapan mengiyakan ungkapan orang lain |
Kangkrengane | versi halus dari 'kakeane' |
Kapiran | kelaparan |
Kas | bang / mas, panggilan atau sapaan akrab |
Katut | terbawa |
Kayi | mati |
Keblondrok | membeli sesuatu tapi tidak sesuai harapan |
Kecelik | tertipu |
Kei | beri, kasih |
Kelebon | kemasukkan |
Kemaki | sombong, besar kepala |
Kemayu | ungkapan bagi perempuan yang suka bergaya |
Kementus | sombong, besar kepala |
Kemlinthi | tengil, nakal, nyebelin |
Kempling | mengkilap, seperti baru |
Kenang | mas, perjaka dewasa |
Kenthip | jauh banget, mabuk |
Keplek | main kartu |
Kesuwen | kelamaan |
Ketar-ketir | waswas, khawatir |
Kiye | mengandung |
Klamu | jalan |
Klowor | tidak rapi |
Kolir | miskin, tidak bisa makan |
Komble | pelacur |
Konangan | ketahuan, dipergoki |
Kongkow | nongkrong |
Kopen | terpelihara |
Koplak | goblok, bodoh |
Kopros | sebutan bagi orang yang berpenampilan urakan / tidak rapi |
Kopyor | pecah |
Kota-kota | jalan-jalan ke kota |
Koya | banyak omong tapi tidak berani berbuat seperti yang diomongkan |
Koyor | kendaraan roda 2 |
Krenyeh | kualitas rendah untuk suatu barang, bisa disamakan dengan ecek-ecek |
Kukut | tutup jualan |
Kupeh | kembali |
Lautan | istirahat jam 12 siang buat pekerja |
Leda-lede | sama halnya grakgrek atau ita-itu |
Lepek | mangga |
Lha | ungkapan khas semarang, biasanya mengawali perkataan |
Lheb | hebat dan ok, kadang ditekankan jadi lheb ghodek |
Lib / cup | mengincar (ngecing) sesuatu |
Lik | sebutan bagi orang yang berjualan |
Lungset | tidak rapi (belum digosok) |
Luweh | lebih, biar |
Madani | menyamakan |
Madhet | menikah |
Magate | karate |
Mbatik | menyalin, dalam hal ini pekerjaan rumah (pr), sebelum jam pelajaran mulai |
Mbeling | nakal, bandel |
Mbengok | teriak |
Mberung | marah |
Mbesengek | ungkapan kesal |
Mbois | bergaya sok, gembagus |
Mbojo | pacaran |
Mbuh | tidak tau |
Megom | berpenyakit kulit |
Memi | beri |
Mentu | keluar |
Merso | bekerja |
Mlencing | mengambil barang orang tanpa bayar |
Mlengse | meleset atau tidak tepat sasaran |
Mlocot, mlonyot | luka bakar, namun biasa digunakan sebagai kata makian |
Moci | minum wedang poci, bisa juga berkonotasi negatif |
Modhar | hancur (kasar) |
Modhe | kamu |
Molom | berpenyakit telinga |
Mudhi | itu |
Mudun | sebutan orang yang tinggal di candi, banyumanik, maupun srondol yang mau ke kota |
Munggah | suatu sebutan untuk menyatakan tujuan ke kota atas, seperti srondol, ngesrep dan banyumanik. |
Montor garuk | mesin excavator |
Montor mabur | pesawat terbang |
Namatke | mengamati, melihat dengan seksama |
Naming | namun |
Nas | semacam pause atau time out untuk permainan anak-anak |
Ndaho | sohor/ termasyur |
Ndak iya | apa iya |
Ndas | kepala |
Nda | sapaan khas semarang, penghalusan dari ndes |
Ndesit | kata halus dari kata umpatan ndeso, berarti kampungan atau tidak punya sopan santun |
Ndes | sapaan khas semarang, singkatan dari gondes |
Ndobol | kurang lebih sama seperti gombal mukiyo, tapi lebih kasar |
Ndolor | berakal |
Ndoyong a jong | sikap ndoyong yang diperagakan ala suhu a jong, jago kungfu jaman dulu dari semarang |
Ndoyong | sesuatu yang miring atau tidak stabil, rawan jatuh. Bisa untuk orang (karena mabuk), atau benda. |
Ndrawasi | mengkhawatirkan |
Ndredeg | gemetar, berdebar debar |
Ndul | sapaan seperti halnya ndes |
Necis | berpakaian rapi |
Ngagel | mau, hendak |
Ngameh | banyak |
Ngarahku | menurut pendapat saya |
Ngasi | ungkapan khas "jo ngasi" |
Ngatham | anak |
Ngece | mengejek |
Ngekek | tertawa terbahak-bahak |
Ngeleh | lapar |
Ngengkrengan | perkiraan biaya |
Ngentos, ngenthos | menunggu lama sekali |
Ngepek | mencontek |
Ngeper | merasa rendah |
Ngerek | mengangkat, menarik ke atas |
Ngernyi | tahu |
Ngetham | enak |
Nggambleh | ngomong tong kosong tapi sampai berbusa-busa |
Nggambus | omong kosong, nggedabrus atau bohong |
Nggapleki | kata makian, kampungan |
Nggasruh | ngawur |
Nggataki, nggathaki | sama dengan nggambus (berbohong) |
Nggateli | menyebalkan |
Nggedebus | omong kosong atau jagoan omong kosong |
Nggendera | ngetop, terkenal |
Nggonduk | gondok, dongkol |
Nggragas | rakus |
Nggreges | panas dingin |
Ngicuk | ibu |
Ngijo | bisa |
Ngimi | ini |
Ngincim | mengancam |
Nginguk | melihat |
Ngiras | suka jajan |
Ngiyum | dapat |
Nglayap | keluar rumah jalan jalan |
Ngobrok | buang air besar di celana |
Ngoce | minum |
Ngoce | minum, tapi lebih dikonotasikan untuk minuman keras |
Ngokah | rumah |
Ngokong | bicara |
Ngolo | apa |
Ngothek | bicara lantang, ngothek-ngothek |
Ngreyen | mencoba sesuatu yang baru |
Njedul | muncul |
Njembling | buncit |
Njeplak | asal ngomong |
Njlimet | rumit |
Ntes | barusan |
Nunum | bersetubuh |
Nyamari | mengkhawatirkan |
Nyamari | tidak terlihat jelas dalam konotasi sesuatu yang berbahaya |
Nyebahi | menjengkelkan |
Nyegrik | bersikap tidak menyenangkan |
Nyeleneh | tidak sesuai aturan / kebiasaan |
Nyetut | mengambil barang orang tanpa ijin |
Ok | akhiran untuk menegaskan sesuatu yang telah dilakukan |
Ot | omong tok, hanya bicara tapi tidak bisa melakukan |
Pak | sapaan khas semarang, singkatan dari bapak. Bisa digunakan untuk menghormati teman akrab dan menganggap diri sama-sama dewasa |
Pathang | laki-laki, cowok |
Pating tlecek | ungkapan untuk sesuatu yang jumlahnya banyak |
Patiya | terlalu |
Peceren | air kotor / got |
Pedhot | putus atau kalah bersaing |
Pekok | bodoh |
Pemes | pisau silet |
Petengseng | banyak polah |
Pit kebo | sepeda onthel yang sudah tua |
Piye jal | bagaimana coba |
Plengeh | orang yang tidak bisa apa apa |
Plinteng, plintheng | ketapel |
Pongkring | gering, kurus |
Potnye | psk |
Precil | kecil |
Prek | celetukan untuk dibiarkan |
Puho | pergi |
Rjj | rak jak jak, tidak ajak ajak |
Rw | rica waung / rica anjing |
Ra mang | tidak usah |
Rak wis | mempermudah masalah |
Ratan | jalan raya |
Reka rekae | pura-puranya |
Rempon | dikeroyok |
Repek | senang |
Reti | mengerti |
Rewo-rewo | ramai ramai, bersama-sama |
Rodo | membawa |
Ropem | mencari |
Ruwi | besar |
Rob | air laut naik ke permukaan |
Sak-sake | sembarangan |
Sakbajek | sangat banyak |
Sakjose | ungkapan yang berarti 'paling' |
Sali | kaya |
Sangar | menakutkan |
Sanggong | menunggu |
Sarakke | karena |
Sebeh semeh | bapak dan ibu |
Sebeh, sebehan | ilmu hitam, jimat |
Seje | hanya itu |
Semawis | sebutan halus untuk kota semarang |
Semok | seksi dan montok |
Semprul | ungkapan rasa kesal |
Senep | ungkapan tidak suka pada orang lain |
Sengak | berbau apek, ketus |
Sengit | ungkapan benci pada sesorang |
Senthet | retak, tidak waras |
Shonji | mantra |
Sikim | belati |
Silir | sejuk karena angin |
Singsot | bersiul |
Songsro | gerobak dorong |
Sontoloyo | ungkapan rasa kesal pada sesorang |
Stel kendho | pelan pelan |
Stin | kelereng, stinan = bermain kelereng |
Stut | sabuk |
Suk suk peng | sejenis permainan anak |
Surungan | minuman penghantar makanan, biasanya berkonotasi pada minuman keras |
Tekke | berarti 'utekke' atau otaknya, sesuatu yang tidak masuk akal untuk dilakukan |
Temangsang | nyangkut |
Tepu | tipu, berkata bohong |
Tese | tekke versi halus |
Thetek bengek | berbagai macamnya |
Tho ya | sama dengan 'dong' dalam dialek betawi |
Thok | cap / stempel |
Tikel | kelipatan |
Tingnyi | kemana |
Tok | hanya |
Trek-trekan | kebut kebutan |
Tumplek bleg | semua bercampur jadi satu |
Udud | merokok |
Ujug-ujug | tiba-tiba |
Ujung-ujung | keliling bersilaturahmi |
Umbul | mainan gambar dari semacam kertas karton yang cara mainnya dilempar ke atas |
Undha-undhi | hampir sama |
Urun | ikut serta |
Usum | musim |
Wagu | sesuatu yang dianggap tidak oke dan cenderung katrok |
Walah | aduh |
Waung | anjing |
Wedhus balap | sama seperti waung (anjing) |
Yem | habis |
Yisto | singkatan dari yo wis to (ya sudah kan) |
Yugum | alat kelamin perempuan |
UPDATE 15/01/20: Tambahan kata ‘rob’, ‘montor garuk’, ‘montor mabur’, ‘gondes’, ‘blaik’, ‘lhais’
Mankyos 41661
Ralat
Gondes/Ndes = Gondrongan Deso / bisa juga maksudnya gayanya kampungan
Montor garuk = alat mesin Bego
Montor mabur = Pesawat
Blaik/Lhais
Rob = air laut naik ke permukaan (diserap oleh Bahasa Indonesia)
Cosa Aranda
makasih, sudah ditambahkan di daftar 🙂
adi
kamso=singkatan kampungan tur ndeso
songsro? songkro? =gerobak kecil
kenthip = tinggi sekali -> layangane diumbulke sampe kenthip
-> omonagne kenthip
singkatan2 :
randendit= ora ndiwe duit
pitiki =piye to iki
mangpi =limang rupiah
Ikhwal
Untuk “aku kangen/rindy kamu, apa kabar?” Dalam bahasa Semarang apa ya? Terima kasih
yuyu kangkang
basa semarangan jarang sing lenjeh ngene ki, hehehe
apa aku tok ya, hehehe karang ra tau mbojo jaman sekolah
biasane sing do ngomong ngene ki sing basane indonesia nan hehehe
Bru
Basa walikan yg dijelaskan itu basa walikan yogyakarta..kalau basa walikan malang lebih ke membaca daei belakang misal : arek malang jadi kera ngalam.
Perbanyak referensi lagi
Aku
Nahh bener ki