Cara Mengecek Potensi Gempa Suatu Wilayah di Indonesia

Dalam 2 bulan terakhir telah terjadi dua gempa bumi besar di Indonesia. Yang pertama adalah pada hari Minggu tanggal 5 Agustus 2018 di Lombok, Nusa Tenggara Barat sebesar 7,0 SR, sedang yang kedua pada hari Jum’at tanggal 29 September 2018 di Donggala, Sulawesi Tengah, sebesar 7,4 SR yang bahkan diikuti dengan tsunami yang menerjang wilayah Donggala, Palu, dan Mamuju. Bencana alam ini menambah panjang deretan musibah yang pernah terjadi di Indonesia dan diprediksi belum akan berakhir sampai di sini.

Gempa bumi sendiri adalah fenomena alam yang umumnya disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi serta pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba sehingga menciptakan getaran dan gelombang seismik. Besar kecilnya getaran dihitung dengan satuan Skala Richter atau SR. Gempa dengan skala di bawah 4,0 SR biasanya tidak terlalu terasa dan berdampak. Berbeda dengan yang berskala minimal 7,0 SR, yang berpotensi menimbulkan tsunami susulan serta menyebabkan kerusakan serius dalam radius ratusan hingga ribuan kilometer.

Musibah gempa bumi di Jepang pada tahun 2011 lalu merupakan salah satu yang terbesar yang pernah terjadi. Besarnya 9,0 SR. Begitu pula dengan yang terjadi di Aceh pada tahun 2004, yang merupakan salah satu dengan jumlah korban jiwa terbesar.

Saya pribadi sedikit banyak bisa membayangkan bagaimana rasanya terkena bencana tersebut. Saya mengalaminya sendiri di tahun 2006 pada saat terjadi gempa di Yogyakarta. Untungnya, tempat saya tinggal pada waktu itu termasuk yang tidak terlalu terdampak.

Pada saat terjadi gempa di Lombok bulan Agustus kemarin, saya sedang berada di Banyuwangi. Dengan jarak yang terpisah lumayan jauh, bayangkan saat itu saya dan orang-orang yang ada di sana juga bisa merasakan getarannya. Serem.

Ada beberapa penyebab kenapa wilayah Indonesia sering sekali mengalami gempa bumi. Namun yang utama adalah karena letak negara kita ada di tengah-tengah daerah Cincin Api Pasifik, jalur gempa Sabuk Alpide, serta di atas beberapa lempengan tektonik. Dengan demikian, secara seismik, Indonesia termasuk daerah yang paling aktif di dunia.

Cincin Api Pasifik memanjang sepanjang kurang lebih 40 ribu kilometer, mulai dari Chile, Jepang, hingga Asia Tenggara. Oleh USGS (U.S. Geological Survey), daerah ini diklaim sebagai sabuk gempa bumi terbesar, dimana 90% yang terjadi di dunia terjadi di sabuk ini. Terdapat banyak sesar atau zona rekahan yang biasanya merupakan sumber gempa.

Ditambah lagi, 75% gunung api yang ada di bumi terdapat di Cincin Api Pasifik. Tahu berapa jumlahnya yang ada di Indonesia? 129! Ya, seratus dua puluh sembilan gunung api aktif, beberapa di antaranya pernah meletus, terdapat di wilayah negara kita tercinta ini.

Selain Cincin Api Pasifik, potensi gempa bumi di Indonesia juga meningkat karena keberadaannya di jalur Sabuk Alpide, jalur gempa paling aktif nomer dua di dunia. Ini belum ditambah dengan adanya tumbukan tiga lempeng benua di Indonesia: lempeng Indo-Australia dari selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari Timur.

Menurut perkiraan, wilayah yang rentan akan gempa di tahun 2018 ini adalah Jawa, Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara dan Laut Banda. Sedang kota yang rawan gempa antara lain adalah Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung.

Bagaimana dengan kota atau wilayah tempat tinggal teman-teman? Untuk mengetahui potensinya, teman-teman bisa mengeceknya melalui situs Magma Indonesia (magma.vsi.esdm.go.id) milik Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Kita bisa mengetahui terjadinya gempa bumi di suatu wilayah, aktivitas gunung berapi, pergeseran tanah, serta potensi terjadinya tsunami.

Begini cara melakukan pengecekannya.

Buka terlebih dahulu halaman situs Magma Indonesia yang beralamatkan di https://magma.vsi.esdm.go.id/ dengan menggunakan software perambah web favorit teman-teman.

gempa1 1

Lingkaran warna merah menunjukkan aktivitas gempa bumi yang terjadi dalam kurun waktu beberapa hari terakhir. Teman-teman bisa mengklik lingkaran tersebut untuk mengetahui detilnya.

gempa3

Lingkaran warna putih dengan huruf I di tengahnya menunjukkan informasi suatu wilayah / kota besar, termasuk juga potensi terjadinya gempa bumi dan tsunami di wilayah yang bersangkutan. Klik saja untuk mengetahui detilnya. Untuk Surabaya misalnya, tercantum bahwa kota tersebut memang benar berpotensi tinggi untuk mengalami gempa bumi, pergeseran tanah, dan juga tsunami.

gempa2

Teman-teman bisa menggunakan tombol scroll mouse untuk memperbesar atau memperkecil tampilan peta (zoom in / zoom out). Selain itu, kita juga bisa mengatur layer informasi apa saja yang ditampilkan, agar tidak terlalu bingung dengan peta yang ada. Caranya adalah mengklik ikon layer yang ada di bagian kanan atas dan mencentang / menghilangkan centang pada layer yang tidak diinginkan.

Sebagai contoh, di sini saya hanya mengaktifkan layer GunungApi Level III (SIAGA) dan terlihat bahwa untuk saat ini gunung api yang berstatus tersebut adalah Gunung Soputan (Sulawesi Utara) dan Gunung Agung (Bali).

gempa4

Semoga bermanfaat 🙂

cek potensi gempa

Leave a Reply