“Rule: Shoumetsu Kyoushitsu” atau lebih dikenal dengan judul “Rule: Annihilation Classroom” adalah manga berlatar kehidupan sekolah yang kental dengan fenomena bully-ing. Kendati demikian, kasus bully yang diangkat di serial komik ini bukanlah kasus bully biasa. Melainkan yang berujung pada kematian. Seperti apa ceritanya? Simak deh sinopsis dan review singkatnya di bawah ini.
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Sinopsis Singkat
Yashima Kashiwagi pindah ke sekolahnya yang baru, Kusushu Gakuen High School. Di sana ia berkenalan dengan Misora Jun dan Hasebe Yuki, yang memberitahu adanya 2 aturan absolut di kelas mereka. Yang pertama adalah agar jangan pernah mencari masalah dengan seorang siswa bernama Sumeragi Mikado. Dan yang kedua adalah jangan pernah mempedulikan seorang siswi bernama Otonashi Nehan.
Bukannya menuruti kata-kata Hasebe, belum apa-apa Kashiwagi justru sudah melanggar dengan mengadukan kasus bully tersebut pada guru kelas, pak Inui. Hal tersebut berujung pada kematian Inui yang dianggap sudah melanggar peraturan.
Rasa ingin tahu Kashiwagi terus memakan korban. Selanjutnya giliran Hasebe dan Akidzuki Manabu yang menjadi korban. Hasebe terlihat dalam kondisi disekap, sementara Akidzuki tewas di dalam mesin press.
Apes, pasangan Yuuna dan Naoya yang memberi kata perpisahan di pemakaman Akidzuki juga akhirnya dibunuh dengan sadis.
Setelah serangkaian insiden lain, terungkap pelakunya adalah Hasebe dan Misora dengan alasan yang berkaitan dengan Nehan.
Penulis: Usui Tomomi
Artis: Usui Tomomi
Publikasi: 29 Juli 2016 – 12 November 2017
Penerbit: eYoung Magazine
Genre: Drama, Horror, Mystery, School life, Seinen
Status: Completed (29 chapter / 3 volume)
Review Singkat
Dibuka dengan premis yang menjanjikan, pada prosesnya “Rule: Annihilation Classroom” tampil sangat mengecewakan. Alurnya sangat mudah untuk ditebak. Alih-alih memikirkan plot yang lebih rumit atau setidaknya lebih kreatif, Usui Tomomi justru asyik menghadirkan kisah-kisah masa lalu para karakter utamanya.
Saya yakin semua penggemar cerita misteri pasti langsung bisa menduga Hasebe adalah pelaku utama mengingat karakternya tiba-tiba menghilang. Pun begitu dengan Misora, yang 99% bisa ditebak pasti berhubungan dengan aksi Hasebe ketika kisah kilas balik keduanya dihadirkan.
Tapi sebenarnya bukan unsur cerita yang paling mengecewakan. Melainkan kepribadian dan sikap si tokoh utama, Kashiwagi. Aksinya sangat tidak konsisten. Jelas-jelas punya masa lalu berhubungan dengan kasus bully dimana ia sadar pelaku bully tega melakukan apa saja, di sepanjang manga ini ia justru selalu bertindak gegabah dan menantang si pem-bully.
Ajaibnya, begitu ia sadar pelakunya adalah Hasebe dan Misora, yang bisa keluar dari mulutnya hanyalah pertanyaan kenapa dan mengapa.
Satu-satunya penghibur dalam “Rule: Shoumetsu Kyoushitsu” adalah artworknya. Rapi, jelas, dan sesuai dengan apa yang hendak disampaikan.
Eh, satu lagi ding yang bisa diapreasiasi. Unsur brutalnya yang tidak malu-malu kucing.
Penutup
Manga dengan tema sadis berlatar sekolahan memang memiliki pangsa pasar tersendiri. Saya termasuk penggemarnya. Namun dengan banyaknya judul di genre tersebut yang terbukti sukses menarik hati pembaca tidak membuat “”Rule: Annihilation Classroom” belajar dari keberhasilan mereka. Artworknya yang menawan tidak diimbangi dengan cerita yang meyakinkan. Ditambah dengan karakter utama yang malah banyak didoakan oleh pembaca agar mati duluan saking menyebalkannya. Not recommended. Kecuali jika teman-teman belum pernah sama sekali membaca manga bertema sejenis.
Leave a Reply