Review Manga Nanase / Telephatic Wanderers (Kodansha, 2001)

Telepati adalah salah satu kemampuan yang sering saya impi-impikan. Penasaran pengen tahu bagaimana rasanya bisa membaca pikiran orang lain.

“Nanase” atau “Telephatic Wanderers” adalah manga lawas yang membahas mengenai kemampuan tersebut. Penulisnya adalah Yasutaka Tsutsui dengan Sayaka Yamazaki sebagai tukang gambarnya.

Ceritanya sendiri diadaptasi dari novel karangan Tsutsui bertajuk “Nanase Futatabi” (七瀬ふたたび, Nanase Once More), terbit pada tahun 1975 silam.

Seperti apakah ceritanya? Layakkah manga ini untuk dibaca?

Yuk simak alur dan juga review singkatnya di bawah ini bestie.

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Sinopsis Singkat Nanase

cover telephatic wanderers volume 1

cover telephatic wanderers volume 1

Nanase Hita mudik ke kampung halamannya setelah sejak lulus SMP pindah ke Tokyo untuk bekerja.

Saat hendak mendatangi pesta penyambutan yang diadakan teman-temannya, Nanase diculik oleh guru SMP-nya, Fujita.

Fujita rupanya dendam karena Nanase dulu mengadukannya atas sebuah kasus pembunuhan terhadap murid di sekolah.

Fujita mengaku tidak bersalah, namun tidak ada yang mempercayainya.

Alhasil kehidupan rumah tangga dan karirnya pun hancur.

Nanase sendiri ternyata juga bukan wanita biasa. Ia memiliki kemampuan telepati alias membaca pikiran orang lain.

Atas perintah almarhum ayahnya, selama ini Nanase menyembunyikan kemampuan tersebut.

Kemampuan itu membuat Nanase tahu bahwa Fujita benar bersalah.

Dan kini kemampuan yang sama membuat Nanase akhirnya berhasil kabur dari sekapan Fujita.

Esoknya, Nanase memutuskan untuk kembali ke Tokyo.

Dalam perjalanan pulang dengan menggunakan kereta api, Nanase bertemu dengan seorang anak laki-laki bernama Norio yang juga memiliki kemampuan telepati.

Tak disangka, muncul seorang pria bernama Tsuneo Iwabuci yang bisa melihat masa depan.

Dalam penglihatannya, akan ada tanah longsor yang menerjang kereta mereka. Ia bahkan tahu persis berapa jumlah korban jiwa atas kejadian tersebut.

Agar tidak ikut menjadi korban, Tsuneo mengajak Nanase dan Norio untuk turun di stasiun berikutnya, stasiun Shirakaba.

Nanase sempat berniat untuk memberitahu penumpang lain. Tsuneo mengingatkan bahwa jika itu terjadi, orang-orang akan tahu kemampuan mereka.

Mau tidak mau Nanase mengikuti saran Tsuneo dan turun di stasiun Shirakaba bersama Norio.

Beberapa waktu kemudian, Nanase dan Norio melanjutkan perjalanan dengan mengambil rute lain.

3 bulan berlalu. Nanase kini bekerja di sebuah klub malam. Ia merasa ada seseorang di sana yang memiliki kemampuan sepertinya.

Kemampuan Norio sendiri telah berkembang pesat. Ia bisa berbicara menggunakan telepati dengan Nanase walau dari jarak berjauhan.

Orang yang dicurigai oleh Nanase bernama Nishio, pelanggan tetap klub tersebut.

Nishio rupanya bisa melihat secara tembus pandang. Sayangnya, ia memanfaatkan kemampuannya itu untuk berbuat kejahatan.

Sesuai keinginan Nanase, Nishio mulai tertarik kepadanya.

Di sisi lain, Nanase memang berniat untuk menghancurkan Nishio agar tidak bisa lagi berbuat jahat.

Ia meminta pertolongan Henry, pelayan klub, untuk memuluskan langkahnya.

Henry pun ternyata juga bukan orang biasa. Ia memiliki kemampuan telekinetik yang bisa memindahkan barang tanpa menyentuhnya.

Berkat bantuan Henry dan Norio, Nishio akhirnya bisa disingkirkan.

Untuk berjaga-jaga, Nanase memutuskan untuk pergi meninggalkan Tokyo. Ia mengajak Henry ikut dengannya. Henry setuju.

Dalam perjalanan menggunakan kapal menuju Hokkaido, Norio mengetahui ada seseorang yang hendak membunuh kekasihnya.

Ia memberitahu Nanase, namun Nanase khawatir membantu mereka bisa membuat kemampuan mereka terbongkar.

Alhasil pria tersebut terlebih dahulu melakukan rencananya.

Tidak tega melihatnya, Nanase memerintahkan Henry untuk menyelamatkan si wanita.

Usahanya memang berhasil. Apesnya, ada penumpang yang melihat kejadian tersebut. Seorang detektif polisi lebih tepatnya.

Di saat membawa Henry yang tenaganya terkuras kembali ke kamar, Nanase merasakan ada orang lain yang memiliki kekuatan sama seperti dirinya.

Seorang wanita bernama Fujiko yang ternyata adalah seorang penjelajah waktu.

Berkat bantuan Fujiko, Nanase kembali ke momen sebelum insiden itu terjadi. Tidak hanya mencegahnya, ia juga menghindari kecurigaan dari detektif polisi sebelumnya.

Untuk kelanjutan ceritanya silahkan dibaca sendiri ya serial manga-nya.

Penulis: Yasutaka Tsutsui
Artis: Sayaka Yamazaki
Publikasi: 6 September 2001 – 6 Maret 2003
Penerbit: Kodansha, Tokyopop
Genre: thriller psikologis, supernatural
Status: Completed (4 volume / 7 chapter)

Review Singkat

Sebelum membahas yang lain, manga “Nanase” ini punya satu kekurangan yang, sayangnya, fatal.

Banyak frame yang digambarkan secara berlebihan. Over dramatic istilah bulenya.

Tergambar genting, namun saat dibaca sebenarnya tidak genting-genting amat adegannya.

Jadi agak capek mengikuti alur ceritanya.

Di beberapa chapter awal juga fan service-nya saya rasa terlalu berlebihan.

Seolah-olah semua karakter pria yang ada menganggap wanita sebagai obyek seksual.

Untungnya, semakin ke belakang penulis semakin fokus pada kualitas cerita. Bukan lagi sekedar menghadirkan cuci mata bagi pembaca.

Salah satu alasan saya tidak menuliskan alur ceritanya secara lengkap adalah karena chapter penutupnya yang memang seru dan mengejutkan.

Jadi mikir ulang. Masih ingin merasakan punya kemampuan telepati atau kemampuan time traveler, ya.

Penutup

Walau pun memulai dengan langkah yang salah, mangaka Yasutaka Tsutsui berhasil mengarahkan kembali “Telephatic Wanderers” ke jalan yang benar.

Porsi adegan buka-bukaan tidak penting semakin ke belakang semakin berkurang.

Sebaliknya, kualitas cerita semakin mendekati akhir justru semakin ditingkatkan.

Ending-nya lumayan mengejutkan. Untungnya dieksekusi dengan cukup baik pula.

Kekurangannya? Banyak emosi karakter yang digambarkan secara berlebihan. Jadi agak capek membacanya.

Secara keseluruhan, manga ini tidak terlalu spesial namun layak untuk dibaca. Terkhusus bagi penggemar cerita bertema supernatural.

rm telephatic wanderers

Leave a Reply