Meski punya judul yang cukup panjang, kisah dalam manga “Kanojo wo Mamoru 51 no Houhou” besutan Usamaru Furuya berlangsung tidak terlalu lama. Dikenal juga dengan judul “51 Ways To Save Her”, ceritanya sudah berakhir ‘hanya’ dalam 48 chapter saja. Mayoritas manga karangan Usamaru memang tamat dalam belasan chapter saja atau bahkan kurang. Sebut saja “Jisatsu Circle”, “Palepoli”, “Bokura no☆Hikari Club”, “The Chronicles of the Clueless Age”, dan “Marie no Kanaderu Ongaku”. Lalu bagaimana dengan manga survival yang satu ini?
Sinopsis Singkat
Saat sedang melamar pekerjaan di sebuah stasiun TV ternama di Odaiba, Tokyo, Jin Mishima bertemu dengan teman SMP-nya dulu, Nanako Okano, yang penampilannya sekarang sudah berubah 180 derajat. Tanpa disangka, tak lama kemudian, sebuah gempa bumi berskala 8.1 SR terjadi dan memporakporandakan kota Tokyo. Jin dan Nanako pun harus bekerjasama untuk menuju pusat kota demi berkumpul kembali dengan keluarga mereka.
Penulis: Usamaru Furuya
Artis: Usamaru Furuya
Publikasi: 26 Mei 2006 – 17 Agustus 2007
Penerbit: Comic Brunch
Genre: Tragedi, Drama, Action, Romance
Status: Tamat (48 chapter)
Review Singkat
Secara garis besar, kisah dalam manga “Kanojo wo Mamoru 51 no Houhou” ini sejujurnya tidak jauh berbeda dengan kebanyakan judul dengan tema serupa — bertahan hidup pasca terjadinya bencana alam dahsyat. Tokoh utama adalah satu dari sebagian orang yang selamat, yang lantas harus berusaha untuk terus bertahan hingga mendapati atau bertemu bantuan dari pemerintah.
Yang lantas membuat ceritanya menjadi luar biasa dan mungkin termasuk salah satu yang akan selalu ada di pikiran saya adalah detil dari cerita yang sangat terasa. Baik dari segi ilmiah maupun psikologi, semua penjelasan masuk akal dan dapat dinalar. Tapi, yah, wajar saja. Usamaru tidak sembarang dalam menggarap manga ini. Ia mengambil referensi dari buku-buku penelitian yang terkait dengan bencana alam gempa bumi yang pernah terjadi.
Penggambaran beberapa tipe komunitas masyarakat di Tokyo dengan karakteristik mereka masing-masing cukup nyata. Kendati demikian, pada akhirnya kondisi keprihatinan pasca gempa membuat sebagian di antaranya saling bahu membahu demi bertahan hidup.
Saya tidak tahu dengan teman-teman yang lain. Namun sebagai orang yang pernah berkunjung ke kota Tokyo, saya pribadi sangat mengagumi detil karakteristik masyarakat yang disampaikan oleh Usamaru. Benar-benar akurat dan tidak ada kesulitan bagi saya untuk mempercayainya.
Seperti bagaimana kaum wanita memilih untuk bertahan di gedung 109 yang menaungi ratusan tenant fashion. Atau kaum pekerja kantoran yang memutuskan untuk standby di stasiun kereta. Atau kaum ekspatriat yang berkumpul menjadi satu.
Satu pelajaran psikologi yang menarik dan baru saya ketahui dari manga ini adalah tentang perbedaan perilaku pria dan wanita pasca bencana. Atau lebih tepatnya dalam keadaan panik. Masih berdasarkan hasil penelitian, dalam keadaan panik, nafsu seks pria akan cenderung meningkat. Kabar buruknya, dalam kondisi yang sama, sex appeal wanita justru akan cenderung meningkat pula, dimana kaum hawa akan terlihat lebih menarik (secara seksual) ketimbang diri mereka yang biasanya.
Sayangnya, pelajaran menarik ini malah menjadi titik lemah dari “51 Ways To Save Her”. Konflik yang terjadi hanya berputar di masalah nafsu pria saja, dengan wanita menjadi obyeknya. Sedangkan jika dibaca kembali judulnya, saya berharap ada permasalahan lain yang juga diangkat. Jadi sebenarnya bagus juga cerita diakhiri pada chapter ke-48. Kita sebagai pembaca tidak disesatkan lebih dalam lagi ke plot-plot yang semakin lama bakal terasa semakin membosankan (jika terus diulang).
Detil cerita yang luar biasa dengan sumber referensi yang bisa dibilang cukup valid menjadi kekuatan utama manga “Kanojo wo Mamoru 51 no Houhou”. Sayangnya, sang mangaka hanya fokus pada salah satu konflik saja, sehingga konflik-konflik lain yang timbul pasca bencana alam kurang terlalu dalam dieksplor. Pun begitu, it’s still one of the best survival manga i’ve ever read. So yeah, highly recommended!
Leave a Reply