Berhubung baru saja manga “From Now On We Begin Ethics” (ここは今から倫理です。, Koko wa Ima kara Rinri desu) atau dikenal juga sebagai “We Shall Now Begin Ethics” ini diadaptasi ke layar kaca dalam bentuk live action, biar lebih afdol saya sajikan sekalian review dari manga yang bersangkutan. Sekedar informasi, hingga sekarang karya dari mangaka Shiori Amase ini masih terus berjalan dan sudah terbit sebanyak 5 volume atau 25 chapter. Seperti apa ceritanya?
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!
Sinopsis Singkat
Takayanagi adalah guru kelas Ethics (Etika) yang merupakan salah satu mata pelajaran pilihan bagi murid kelas 3 di sebuah SMA. Beliau mengkombinasikan ide / buah pikirannya sendiri dengan buah pikiran para filsuf ternama, seperti Socrates, Arendt, dan Plato, sebagai bahan pelajaran di kelas. Walau tampak lembut di luar, pak guru Takayanagi sebenarnya cukup tegas. Terlebih saat harus menghadapi murid-murid yang memiliki masalah pribadi. Mulai dari korban pem3rkosaan, pem-bully-an, trauma akibat keluarga yang tidak harmonis, dan lain sebagainya.
Walau masa lalu serta kehidupan pribadinya masih misterius, terungkap bahwa yang menjadi inspirasinya untuk menjadi seorang pengajar yang baik adalah dosennya sendiri di saat kuliah. Dengan melihat sosok sang dosen, Takayanagi bercita-cita untuk menjadi seorang guru yang bisa memahami murid-muridnya dan, jika dibutuhkan, membantu mereka di saat mereka dalam kesusahan.
Penulis: Shiori Amase
Artis: Shiori Amase
Publikasi: –
Penerbit: Grand Jump Premium
Genre: Adult, Drama, Mature, Psychological, School life, Seinen, Slice of life
Status: Ongoing (26 Oktober 2016 – sekarang)
Review Singkat
“From Now On We Begin Ethics” ini cocok sekali jika disandingkan dengan manga “Suicide Island” (sinopsis dan reviewnya baru akan dipublikasikan di Curcol.Co di bulan April mendatang). Yang satu membahas mengenai arti kehidupan, yang satu lagi membahas mengenai aspek kehidupan dan bermasyarakat. Benar-benar kombinasi yang maut dan saling melengkapi.
Seperti sudah disampaikan di sinopsis, dalam manga ini si karakter utama menyampaikan pemikirannya yang bersumber dari ajaran-ajaran filsafat. Alhasil, akan banyak sekali dialog yang berkaitan dengan hal tersebut. Tidak jarang berhubungan dengan politik, ekonomi, serta ideologi negara. Jujur di beberapa chapter awal saya agak malas membacanya. Tapi semakin ke belakang saya justru makin ketagihan. Seolah tengah mempelajari sesuatu yang rumit dengan cara yang menyenangkan.
Tenang saja. Walau terlihat berat, Shiori Amase banyak menyelipkan komedi di dalamnya. Itu sebabnya saya katakan, membaca manga “We Shall Now Begin Ethics” ini seperti sedang belajar hal berat namun tanpa beban.
Sepanjang perjalanan cerita, pak guru Takayanagi akan berhadapan dengan murid-murid di kelasnya yang masing-masing memiliki problema tersendiri. Satu persatu ia membantu menyelesaikan masalah mereka. Untuk satu masalah biasanya selesai dalam 1-2 chapter. Di satu sisi cerita jadi tidak membosankan karena tidak membahas hal yang itu itu saja. Di sisi lain ada yang terasa belum tuntas tapi terpaksa berhenti diceritakan karena sudah mencapai akhir chapter.
Shiori Amase juga sepertinya sengaja menyimpan masa lalu dan/atau kehidupan pribadi Takayanagi. Mungkin baru akan ia ceritakan di saat pembaca mulai jenuh dengan kiprah pak guru etika ini di kelasnya. Sejauh 5 volume yang sudah terbit (saat artikel ini ditulis), hanya ada satu cerita tentang perjalanan Takayanagi dengan dosennya yang sekaligus merupakan tokoh panutannya sebagai seorang pengajar.
Pertanyaannya satu, sampai kapan kita harus menunggu untuk mengetahui cerita kehidupan Takayanagi?
Oh ya. Jujur saya bukan penggemar artworknya. Tidak jelek kok. Hanya bukan selera saya. Apalagi penggambaran sosok Takayanagi sendiri. Agak gimana gitu, hehehe.
Jika menilik jumlah episode dorama “From Now On We Begin Ethics” yang terdiri dari 8 episode saja, kemungkinan besar yang dibahas hanya akan sampai pada volume ke-4 dari versi manganya. Sejauh ini ceritanya sih memang menarik. Masalah yang disajikan cukup bervariasi. Tapi saya pribadi merasa sudah waktunya Shiori Amase membahas mengenai masa lalu Takayanagi. Jika terus-terusan hanya berkutat soal murid-muridnya di kelas, sepertinya pembaca akan segera bosan.
Bagaimana menurut teman-teman?
Leave a Reply