Review Manga Dolls Code (Comic Avarus, 2013)

Apa jadinya jika kita diberi kesempatan untuk menghapus kesalahan besar yang pernah kita perbuat? Akankah kita melakukan segala cara demi mewujudkan hal tersebut? Itulah premis yang diangkat dalam “Dolls Code” karangan Runamu Kinashi yang hanya terdiri dari 10 chapter ini. Manga yang terbit pada bulan Februari hingga November 2013 tersebut dibukukan oleh Comic Avarus dalam bentuk 2 volume.

Sinopsis Singkat

Cover manga Dolls Code 1

Dalam 10 tahun terakhir, ada rumor yang menyatakan bahwa beberapa orang remaja yang melakukan tindak kriminal menghilang begitu saja. Mengingat perbuatan mereka, tidak banyak yang mempedulikan hal tersebut.

Yuuki Oku terbangun di sebuah mobil yang sedang melaju. Ia sama sekali tidak ingat apa yang telah terjadi. Mobil tersebut lantas tiba di sebuah sekolah. ‘Guru’ yang mengantarnya membawa Yuuki ke sebuah ruangan dimana sudah ada 6 orang murid lainnya. Mereka adalah Yoshitomo Hazama, Shin Kanda, Okadai Hara, Hito Tezuka, Kengo Yatou, dan Hasu Tezuka.

Yuuki lantas mengetahui bahwa masing-masing murid yang ada sama-sama pernah melakukan tindak kejahatan. Ada yang melakukan pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, dan sebagainya. Oleh sang ‘guru’, mereka ditugaskan untuk mengikuti ‘pelajaran’ dalam waktu seminggu dan nantinya, murid yang mendapat nilai tertinggi berhak untuk lulus. Tidak itu saja, ia akan kembali ke kehidupan sebelumnya dengan catatan kriminal yang telah dihapuskan.

Yang menjadi masalah, masing-masing murid punya satu bagian tubuh yang hilang. Bagian tubuh yang hilang berkaitan dengan kriminalitas yang mereka lakukan. Si perampok kehilangan tangan dan kaki, si pemerkosa kehilangan penis, bahkan ada hacker yang kehilangan kepalanya. Seolah belum cukup mengerikan, guru menambahkan bahwa ada satu orang di antara mereka yang merupakan ‘boneka’. Ia dibuat dari bagian-bagian tubuh mereka semua. Untuk bisa lolos, maka sosok sebenarnya dari si boneka juga harus diketemukan.

Review Singkat

Awalnya, cerita ini terlihat benar-benar menarik. Konsepnya keren. Walau ada adegan-adegan tertentu yang mengarah pada BL (Boys Love), tapi sejenak bisa diabaikan. Pun begitu dengan twist yang dihadirkan. Sama sekali tidak tertebak mengenai fakta sebenarnya di balik keberadaan mereka di sekolah tersebut.

Sayangnya, saat selesai membaca dan saya pikir-pikir lagi, ternyata dari awal sebenarnya sudah langsung bisa tertebak siapa si boneka itu. Atau setidaknya pada pertengahan atau menjelang cerita berakhir. Saya jadi merasa bodoh karena tidak menyadarinya dari pertama, hehehe. Bisa dipahami juga akan ada beberapa orang pembaca yang jeli dan langsung ilfil saat membaca manga ini.

Yang mengganggu sebenarnya adalah sifat si karakter utama. Sebagai sosok yang digambarkan kehilangan memori, rasanya kok janggal kalau ia bersikap amat sangat optimis dan ingin agar semuanya bisa lulus berbarengan. Normalnya, orang yang kehilangan ingatan akan merasa stress dan menghabiskan waktu untuk mengingat-ngingat kembali. Terlebih apabila ingatan yang hilang berkaitan dengan tindak kejahatan yang ia lakukan.

Yah, untung saja ceritanya tidak bertele-tele dan tuntas dalam waktu singkat. Dengan demikian, pembaca seperti saya yang ketertarikannya semakin berkurang dari chapter ke chapter jadi tidak sempat untuk ‘nggerundel’. Udah keburu tamat, hehehe.


Manga “Dolls Code” punya ide cerita menarik, sayang eksekusinya tidak sebaik gagasan utamanya. Semestinya bisa dikembangkan menjadi lebih seru lagi. Boleh lah dibaca jika teman-teman doyan manga bertema survival game berbalut misteri. Tapi jika memang sudah tidak ada bacaan lain aja ya. Biar gak kecewa kecewa amat bacanya 🙂

rm dollscode

Leave a Reply