Meski belum jelas bakal dibawa kemana cerita dalam komik anyar “You Are Obsolete” ini, tapi edisi pembukanya punya premis yang menurut saya pribadi cukup creepy. Seharusnya bakalan seru dan menegangkan jika memang digarap dengan serius. Sayangnya, untuk bisa memastikannya, kita masih harus menunggu edisi-edisi berikutnya terbit. Jadi, untuk saat ini, yuk kita simak dulu sinopsis komik You Are Obsolute #1 di bawah ini. Cekidot!
Sinopsis Komik *SPOILER*
A disgraced journalist is called to cover a mysterious story on an isolated European island. As she investigates, she discovers that children have taken control and are somehow killing off all adults by their 40th birthdays. Now she must discover the truth behind the killings while staying on the good side of the children’s harsh leader…or she’s next.
YOU ARE OBSOLETE is a spine-tingling thriller that evokes the eerie naturalism of 1970s horror films with a modern deadly digital twist. Written by Mathew Klickstein (Sony Pictures’ Against the Dark, Slimed!, Springfield Confidential, Selling Nostalgia) and drawn Evgeniy Bornyakov (DESCENDENT).
Story: Mathew Klickstein
Art: Evgeniy Bornyakov
Color: Lauren Affe
Letter: Simon Bowland
Judul Edisi: Humain, Trop Humain
Tanggal Rilis: 18 September 2019
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung spoiler!
Lyla Wilton adalah seorang reporter wanita berusia 26 tahun. Karirnya yang sukses tiba-tiba saja runtuh dalam waktu 3 hari. Di saat itulah seseorang bernama Tulevik menghubunginya via online. Tulevik menawarkan Lyla untuk bekerja dengan mereka. Tugasnya sesuai dengan keahlian Lyla. Ia diminta untuk menceritakan kisah ‘mereka’, kisah yang dijamin bakal membuat Lyla penasaran dan tertarik untuk memberitakannya. Dan kisah yang dimaksud berhubungan dengan anak-anak serta pengembangan sebuah teknologi yang revolusioner.
—
Lyla tiba di Muhu, pulau kecil di wilayah Kepulauan Estonia. Dalam perjalanan ke kota dari bandara dengan menggunakan taksi, Lyla yang awalnya mengira yang menghubunginya adalah seorang guru mendapat fakta bahwa justru anak-anak itu sendiri lah yang menghubunginya. Bahkan si sopir taksi menyatakan bahwa merekalah yang mengatur segala sesuatunya di Muhu.
Sampai di penginapan Muhu Inn, Mrs. Iganenud, pemilik penginapan, mengkonfirmasi pernyataan sang sopir taksi sebelumnya. Ia menambahkan bahwa anak-anak mereka di Muhu sudah sedemikian cerdasnya sehingga tidak lagi membutuhkan guru dan orang dewasa.
Setelah beristirahat sejenak di kamar, Lyla pergi menuju Lynx Lodge. Dalam perjalanan, ia sempat berpapasan dengan sedan merah yang di dalamnya penuh berisikan anak kecil. Puluhan jumlahnya. Mereka pergi begitu saja tanpa berkata apa-apa.
Di Lynx Lodge, Lyla melihat ada yang aneh dengan orang-orang dewasa ini. Meski tidak secara terang-terangan, wajah mereka seperti menyiratkan bahwa mereka butuh pertolongan. Salah satunya, seorang wanita pemain biola bernama Maarja, bahkan hampir lepas kendali. Ia merasa jenuh karena hidupnya dikontrol oleh anak-anak. Untungnya, pemilik bar dan pengunjung lain berhasil menenangkan Maarja. Mereka ikut khawatir apabila kata-kata Maarja didengar oleh anak-anak.
Sepeninggal Maarja, pemilik bar memberitahu Lyla bahwa Maarja mungkin saja sedang stress karena 2 minggu lagi bakal berulangtahun yang ke-40. Ia pun meminta agar Lyla tidak memasukkan kejadian barusan dalam laporannya. Lyla mengiyakan.
Dalam perjalanan pulang ke penginapan, lagi-lagi sedan merah berisikan anak-anak melewati Lyla. Terlalu lelah untuk berpikir, Lyla memutuskan untuk langsung tidur begitu masuk ke kamarnya.
—
Esok harinya, Lyla pergi menuju cafe untuk bertemu dengan Tulevik. Dalam perjalanan ia melewati area pemakaman. Lyla sempat heran melihat banyak aktivitas pemakaman sedang berlangsung di sana.
Masuk ke dalam cafe, Lyla langsung terkejut. Tidak hanya disambut oleh sekelompok anak kecil. Di belakang mereka juga terdapat banyak layar monitor yang menunjukkan rekaman seluruh kegiatan Lyla selama berada di Muhu. Termasuk di dalam kamar penginapannya.
Bagaimana? Cukup menarik, bukan? Sayangnya belum ada petunjuk sedikit pun terkait keberadaan anak-anak tersebut serta kematian para orang dewasa di usia 40 tahun. Anehnya lagi, jika hal tersebut bakal dialami oleh semua orang dewasa di sana, kenapa sopir taksi dan pemilik penginapan terlihat santai, bahkan sangat mendukung eksistensi kelompok anak-anak tersebut. Atau mungkin mereka hanya berpura-pura karena tahu semua gerak gerik mereka diawasi oleh anak-anak?
Semoga edisi selanjutnya bakal lebih seru lagi dari ini.
Leave a Reply