Dalam Grimm Fairy Tales #45, dikisahkan Baba Yaga dan Belinda melakukan perjalanan melintasi waktu untuk menjalani sebuah misi rahasia. Waktu yang dituju ternyata adalah masa dimana Sinbad hidup. Apakah keduanya bakalan bekerjasama dengan Sinbad? Atau justru akan bertarung melawannya? Temukan jawabannya dalam sinopsis komik Sinbad Crossover berikut ini ya ges.
Sekedar informasi, miniseri ini terdiri atas 3 edisi. Yaitu Grimm Fairy Tales Annual 2011 (#1), Grimm Fairy Tales Giant-Size 2011 (#2), dan Grimm Fairy Tales 2011 Special Edition (#3). Di sini saya akan langsung membahas ketiga ceritanya secara tuntas dalam satu artikel saja. Jadi untuk kali ini mungkin bakal agak panjang artikelnya.
Sinopsis Komik *SPOILER*
Baba Yaga has long planned her revenge against the Dark One. Ever since he murdered her family when she was a child she has been consumed by her quest to destroy him. Now with Belinda at her side she has begun to gather the pieces to put her plan for vengeance in motion and the next piece lies not in our time but far in the past with one of the world’s most famous adventurers an adventurer that goes by the name of Sinbad.
Story: Joe Brusha, Dan Wickline
Art: Sheldon Goh, Shamus Beyale
Color: Chris Shields, Jeremy Colwell
Letter: Jim Campbell
Judul Edisi: Sinbad Crossover Part / Part 2 / Part 3
Tanggal Rilis: 31 Agustus 2011
WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung spoiler!
Di Madagaskar. Baba Yaga dan Belinda masuk ke dalam sebuah bar. Mereka menghampiri kapten Jake Crane yang tengah mabuk di salah satu meja. Kepadanya, Belinda mengaku sebagai teman dari musuh bebuyutan Jake, Sinbad. Setelah melihat sosok dua wanita cantik yang ada di hadapannya, Jake menyambut mereka dengan ramah.
Belinda lantas meminta agar Jake menceritakan pada Baba Yaga mengenai apa yang terjadi di Santalista. Jake sempat enggan melakukannya. Pikirannya berubah setelah Baba Yaga menyodorkan sejumlah keping koin emas.
—
Di kepulauan Karibia. Sinbad sedang berlayar dengan kapal Al Azif bersama dengan krunya. Tak lama kapalnya sampai di dekat sebuah pulau. Sinbad lalu mengajak beberapa orang anak buahnya — Mang Tao, Erik, Ahmet, Barbala, dan Volkus — untuk menemaninya ke daratan.
Berbekal selembar peta, Sinbad memimpin mereka masuk ke dalam hutan. Dalam perjalanan, mereka dihadang oleh kapten Jake beserta anak buahnya. Pertarungan mereka tidak berlangsung lama. Ada cyclop, sosok bertubuh tinggi besar dan bermata satu, yang muncul dan menyerang mereka. Dengan sigap Sinbad memberikan instruksi pada semua yang ada di sana untuk bekerjasama melawan si cyclop. Strateginya berhasil.
Ahmet kemudian mengambil darah dari cyclop tersebut. Begitu pula salah seorang kru Jake.
Setelah menghantam Jake sebagai salam perpisahan, Sinbad berlari meninggalkan TKP dan kembali ke kapalnya.
Perjalanan Sinbad dkk berlanjut. Tujuan mereka selanjutnya adalah Santalista. Ceor, salah satu anak buahnya, menyatakan bahwa ia punya firasat buruk terhadap misi mereka kali ini. Kendati demikian, Sinbad sama sekali tidak berniat untuk mundur tanpa menyelesaikan petualangan mereka.
Tak lama kapal kapten Jake, Midnight Jewel, mulai membuntuti kapal Al Azif. Tanpa ragu, Jake memerintahkan anak buahnya untuk mulai menyerang kapal Sinbad dengan menggunakan meriam. Sinbad tidak tinggal diam dan membalas serangan tersebut. Salah satu tembakannya sukses mengenai tiang kapal Midnight Jewel sehingga mau tidak mau kapten Jake dkk menghentikan serangan mereka.
Kapal Al Azif juga mengalami kerusakan walau tidak parah. Erik memberitahu bahwa setidaknya ia butuh 2-3 hari berlabuh di Santalista untuk memperbaikinya. Sinbad tidak mempermasalahkannya.
Beberapa jam kemudian mereka tiba di pulau Santalista. Penduduk di sana menyambut kedatangan Sinbad dkk dengan gembira. Sesaat kemudian, Doc Carou, orang yang memberi ‘pekerjaan’ pada Sinbad untuk mengambil darah Cyclop muncul. Setelah memastikan darah tersebut asli, Doc Carou berjanji akan memberikan bayaran yang ia janjikan pada Sinbad keesokan harinya. Sebagai gantinya, ia mempersilahkan Sinbad dan anak buahnya untuk berpesta dengan penduduk lokal.
Di saat krunya mulai berpesta, Sinbad memilih untuk menyendiri bersama segelas rum. Ceor yang melihatnya meminta monyetnya untuk pergi menemani Sinbad. Tak lama datang seorang wanita penduduk lokal bernama Shala. Kepada Shala, Sinbad mengaku gundah. Selama ini Ceor selalu memberikan wejangan yang tepat sasaran. Ketika misi yang mereka lakukan terlihat baik-baik saja, Sinbad justru khawatir ada sesuatu yang akan terjadi.
Dan kekhawatiran Sinbad langsung terbukti. Monyet Ceor yang iseng meminum rum dari gelas Sinbad dalam sekejap mati. Bergegas Sinbad berlari menuju lokasi pesta. Tanpa disangka, seluruh anak buahnya telah mati keracunan.
Doc Carou muncul bersama 3 anak buahnya. Tanpa basa basi ia memerintahkan mereka untuk membunuh Sinbad. Dengan mudah Sinbad mengalahkan ketiga orang tersebut.
Saat dikonfrontasi, Doc Carou ternyata berniat untuk menjadi penguasa lautan dengan mengambil alih kapal serta kru Sinbad. Beserta Sinbad tentunya. Ia berencana menggunakan darah Cyclop untuk membangkitkan kembali anak buah Sinbad yang telah mati dan menjadikan mereka pengikutnya.
Usai mengungkapkan niatnya, Doc Carou mulai menyerang Sinbad. Sinbad yang dipenuhi rasa amarah bisa menaklukkannya. Doc Carou sempat memohon ampun, namun Sinbad tidak menghiraukannya. Dengan dingin ia lalu memenggal leher Doc Carou.
Seorang wanita bernama Acacia tiba-tiba muncul. Ia menyatakan akan balas dendam atas kematian Doc Carou. Sinbad tidak mendengarkan ocehannya dan memilih untuk meninggalkan TKP.
Dengan langkah gontai, Sinbad akhirnya tiba di dermaga. Berbarengan dengan kapten Jake dan kapalnya. Kepada Jake, Sinbad memberitahu bahwa semua anak buahnya telah mati. Sesaat kemudian ia jatuh pingsan. Melihatnya, Jake memerintahkan anak buahnya untuk membawa Sinbad ke dalam kapal mereka dan mengobati luka-lukanya. Ia juga memutuskan untuk pergi meninggalkan Santalista karena percaya terhadap kata-kata Sinbad bahwa tempat tersebut berbahaya.
Setelah lukanya sembuh, Sinbad berpisah dengan Jake dan pergi menuju Baghdad untuk mencari kapal serta kru yang baru. Sementara itu, sepeninggal Sinbad dan Jake dari Santalista, Acacia menggunakan darah Cyclop untuk membangkitkan Doc Carou dan seluruh anak buah Sinbad. Walau belum jelas, sempat terlihat sebuah batu permata berwarna merah yang (sepertinya) terbentuk dari darah Cyclop.
—
Belinda menanyakan pada Baba Yaga apa faedahnya mereka mendengarkan cerita tentang Santalista. Baba Yaga ternyata berniat untuk mengambil batu pertama milik Acacia dengan cara memancingnya datang menggunakan Sinbad.
—
Di Lagos. Sinbad berdiam diri mengingat anak buahnya yang telah mati. Seorang wanita bernama Salome mencoba menghiburnya. Erik tiba-tiba muncul bersama Acacia. Sinbad segera menyadari bahwa Erik yang ada di hadapannya sudah menjadi mayat hidup alias zombie. Tanpa banyak basa basi, Acacia memerintahkan Erik untuk menyerang Sinbad. Tidak mau melawan temannya sendiri, Sinbad memilih untuk kabur.
Tanpa disangka, di luar sudah ada Barbala, Ahmet, dan Mang Tao. Semuanya sudah menjadi zombie. Sinbad mati-matian menghindar dari keroyokan mereka dan berlari menjauh. Terlihat Vulkor juga kini ikut mengejarnya.
Setelah berhasil menghadang kejaran mereka dengan rintangan api, di hadapan Sinbad kini ada Doc Carou. Berbeda dengan yang lain, Doc Carou ternyata bisa berkomunikasi seperti layaknya manusia biasa. Hal itu membuat Sinbad jadi lengah dan terkena hantaman dari Erik di kepalanya hingga tak sadarkan diri. Doc Carou lantas memerintahkan yang lain untuk membawa Sinbad ke kapal.
—
Sinbad tersadar dalam kondisi tangan dirantai. Ada Acacia di depannya. Acacia mengungkapkan bahwa awalnya ia ingin membunuh Sinbad agar bisa mengontrolnya. Namun setelah tahu Sinbad rela melakukan apa saja demi anak buahnya, Acacia merasa tidak perlu lagi untuk repot-repot membunuh Sinbad.
Ia lalu meminta Sinbad menahkodai kapal melewati Ahriman’s Teeth. Sejauh ini, selain kapten Jake, hanya Sinbad yang bisa melalui tempat tersebut dengan selamat. Jika Sinbad gagal, maka Acacia akan membunuh kapten Jake dan krunya serta mengontrol mereka. Sebaliknya, jika Sinbad berhasil, maka ia berjanji akan mengembalikan anak buah Sinbad beserta kesadaran mereka. Acacia sendiri tidak mau mengaku apa yang sebenarnya ia cari di Ahriman’s Teeth.
—
Di Lagos. Belinda dan Baba Yaga menemui Salome, meminta informasi tentang Sinbad. Tanpa ribet Salome menceritakan semua yang terjadi di sana. Ia bahkan tahu ke arah mana kapal Acacia berlayar. Sebelum memberitahukannya, Salome minta agar Belinda dan Baba Yaga berjanji untuk mengembalikan Sinbad dengan selamat.
—
Di Ahriman’s Teeth. Sesuai instruksi Sinbad, kapal Al Azif bisa melewatinya dengan selamat.
—
Di Lagos. Alih-alih menggunakan kapal untuk menyusul Acacia dan Sinbad, Baba Yaga menggunakan cara yang lebih praktis (dan ekstrim). Yaitu mengubah seekor elang menjadi berukuran raksasa, bernama Roc, dan menaikinya bersama dengan Belinda untuk mencari Sinbad.
—
Pasca melewati Ahriman’s Teeth, Sinbad dkk tiba di sebuah teluk yang tenang. Tanpa disangka, di sana tinggal seekor naga laut raksasa. Dan itulah yang hendak ditangkap oleh Acacia dalam keadaan hidup.
Setelah semua berusaha keras, ujung-ujungnya Sinbad lah yang mampu melumpuhkan naga laut tersebut. Acacia lantas mengeluarkan sebuah batu permata dan melapalkan mantra sihir. Sesaat kemudian, sinar berwarna merah muncul dari permata tersebut dan menyambar si naga laut. Perlahan tubuh naga laut mengecil dan masuk ke dalam batu permata tersebut.
Sinbad minta agar Acacia menepati janjinya, membebaskan seluruh anak buahnya. Tugas Sinbad ternyata belum usai. Acacia menyebutkan bahwa yang mereka tangkap barulah umpannya. Ada yang lebih penting lagi daripada itu. Yaitu menemukan senjata rahasia milik Ahriman yang bernama Azhi Dahaka.
Acacia menceritakan bahwa dulunya Ahriman menggabungkan seekor naga api (Fire Dragon), naga badai (Storm Dragon), dan naga laut (Sea Serpent) dengan menggunakan sihirnya. Mereka itulah Azhi Dahaka. Namun, Ahriman tidak menyadari bahwa saat itu si naga laut tengah mengandung. Dan anaknya adalah yang baru saja dimasukkan ke dalam batu permata oleh Acacia.
Trio naga yang bersangkutan dikerangkeng di dasar laut. Sinbad dkk diminta untuk melepaskan rantai mereka. Setelah Sinbad dan anak buahnya membebaskan Azhi Dahaka, Acacia mengancam Azhi Dahaka untuk mengikuti segala perintahnya jika tidak ingin anak si naga laut celaka. Mereka mengiyakan.
Acacia dan Doc Carou lantas menunggangi Azhi Dahaka. Sebelum pergi, Acacia memerintahkan anak buah Sinbad, yang masih berada dalam kontrolnya, untuk membunuh Sinbad.
Sementara Sinbad mulai berhadapan dengan anak buahnya, Baba Yaga dan Belinda tiba di TKP. Baba Yaga berniat untuk mengejar Acacia. Belinda mencegahnnya. Ia menyarankan sebaiknya mereka menyelamatkan Sinbad terlebih dahulu karena nantinya mereka pasti akan butuh kekuatan dari Sinbad untuk menghadapi Acacia. Baba Yaga mengalah.
—
Di Caracas. Miguel tengah bekerja bersama temannya, Carlos, ketika Azhi Dahaka datang dan mulai menghancurkan kota. Dengan ketakutan, kedua berusaha untuk kabur. Carlos menemui ajalnya, namun Miguel justru apes bertemu dengan Acacia serta Doc Carou. Kendati demikian, Acacia memberi kesempatan pada Miguel untuk menuju pusat kota dan memberitahu pemimpin kota tersebut untuk menemuinya.
—
Sinbad masih enggan membunuh anak buahnya. Belinda meminta Sinbad untuk berpikir dengan menggunakan otaknya, tidak dengan perasaan. Setelah sadar bahwa memang tidak mungkin untuk mengembalikan anak buahnya seperti semula, Sinbad ‘mempersilahkan’ Baba Yaga dan Belinda untuk membunuh mereka satu persatu.
Bertiga mereka lalu menunggangi Roc untuk menuju Caracas.
—
Tujuan Acacia datang ke Caracas ternyata adalah untuk balas dendam. Dulu ia diusir dari kota tersebut karena mempelajari ilmu hitam. Tanpa menghiraukan alasan ‘walikota’ bahwa saat itu ia sebenarnya sudah berusaha untuk meredam amarah warga, Acacia tetap memerintahkan Azhi Dahaka untuk membunuhnya sekaligus memporakporandakan seluruh kota.
Untungnya tak lama kemudian Sinbad, Baba Yaga, dan Belinda tiba. Sinbad segera mengatur strategi dimana mereka harus memisahkan Acacia dari batu permatanya. Sementara Sinbad menghadapi Doc Carou, Belinda akan melawan Acacia, sedang Baba Yaga menggunakan Roc untuk menghadang Azhi Dahaka.
Sinbad sempat menusukkan pedangnya tepat ke jantung Doc Carou, namun Doc Carou masih tetap saja hidup. Di saat terdesak, Sinbad mencoba untuk mendorong Doc Carou ke kobaran api. Cara tersebut ternyata ampuh.
Mengetahui Doc Carou tewas membuat Acacia lengah. Belinda memanfaatkannya untuk melumpuhkan Acacia. Sinbad lantas mengambil batu permata Acacia dan membebaskan anak naga laut. Menyadari anaknya sudah bebas, Azhi Dahaka kemudian meninggalkan Caracas dan masuk ke dalam laut. Sayangnya, keduanya tidak menyadari bahwa Acacia diam-diam melarikan diri.
Tanpa basa basi Baba Yaga merebut batu permata dari tangan Sinbad. Sinbad tidak terima dan hendak merebutnya kembali. Baba Yaga pun tidak keberatan untuk meladeni Sinbad karena merasa sudah tidak lagi membutuhkannya. Kendati demikian, Belinda menghentikan aksi keduanya. Menurutnya, Sinbad adalah bagian yang penting dalam sejarah. Baik yang sudah ia jalani maupun yang akan ia jalani nantinya. Lebih baik bagi mereka untuk membiarkan Sinbad tetap hidup dan, sebagai gantinya, membuat ingatan Sinbad tentang mereka hilang. Baba Yaga menyetujuinya.
—
Di Lagos. Sinbad menemui Salome yang gembira karena Baba Yaga dan Belinda menepati janjinya. Sinbad bingung mendengarnya karena merasa satu-satunya wanita yang ia temui di Caracas hanyalah Acacia. Salome tidak mempermasalahkannya dan mengajak Sinbad untuk berendam bersamanya. Sinbad tidak menolaknya.
—
Di Caracas. Acacia menaiki sebuah kapal. Ternyata itu adalah kapal Al Azif dengan anak buah Sinbad yang hidup kembali sebagai krunya.
Lumayan panjang ya ceritanya. Padahal udah agak disingkat loh ini, hehehe. Saya pribadi masih belum fungsi atau kekuatan dari batu permata yang diincar oleh Baba Yaga. Apakah hanya sekedar untuk menahan seseorang di dalamnya? Atau ada kekuatan lain yang lebih besar daripada itu? Mau tidak mau harus menunggu hingga keduanya eksis kembali di serial utama Grimm Fairy Tales.
Leave a Reply