Sinopsis The Legend Of The Blue Sea Episode 3 & Preview Episode 4 (23 November 2016)

Di sinopsis The Legend Of The Blue Sea episode sebelumnya, Jang Jin Ok (Kim Sung-ryung) yang tidak terima dirinya telah di-scam oleh Hae Joon-Jae (Lee Min-Ho) dan kawan-kawannya, mengirimkan anak buahnya untuk menangkap Joon-Jae di Spanyol. Bersama dengan Sim Chung (Jun Ji-Hyun), berdua mereka terus berusaha kabur hingga akhirnya terdesak di pinggir jurang dekat Cape Finisterre. Tahu tidak ada lagi jalan keluar, Sim Chung menarik Joon-Jae hingga terjatuh ke laut. Joon-Jae yang tidak bisa berenang pasrah tenggelam, namun tiba-tiba ia melihat sosok putri duyung Sim Chung datang menghampiri dan lalu menciumnya. Apa yang kira-kira akan terjadi selanjutnya di sinopsis drama Korea Remember the Blue Sea episode 3 kali ini?

Sinopsis Episode 3

Masa Joseon.

Dam Ryung menemui Sim Chung dengan menaiki perahu yang ia kemudikan.

“Siapa namamu?” tanyanya.

“Namaku adalah Sae Wa,” jawab si putri duyung.

“Aku punya saudari yang sudah meninggal saat aku masih kecil dan namanya adalah Sae Wa. Itu berarti…”

“Itu berarti,” potong Sim Chung, “anak yang bersinar dan bercahaya. Ada seseorang yang memberikanku nama itu. Haruskah aku menceritakan kepadamu?”

Adegan flashback muncul, 20 tahun lalu di musim panas. Dam Ryung kecil yang sedang bermain di pantai tiba-tiba tenggelam ke laut. Ia kemudian diselamatkan oleh seorang putri duyung kecil dan dibawa ke daratan dengan selamat. Karena putri duyung tersebut tidak menjawab saat ditanya namanya, Dam Ryung kecil memberinya nama “Sae Wa.” Sejak saat itu, Dam Ryung kecil selalu merengek minta untuk pergi ke pantai setiap ada kesempatan. Mau tidak mau orang tuanya akhirnya mengijinkan. Setiap bertemu Sae Wa, Dam Ryung membawakan makanan-makanan manusia yang belum pernah dicicipi Sae Wa. Mereka pun tumbuh bersama seperti itu hingga usia remaja.

Suatu waktu, Dam Ryung memberitahu Sae Wa bahwa satu setengah bulan kemudian ia akan menikah.

“Apa itu menikah?” tanya Sae Wa.

“Aku harus tinggal dengan gadis lain,” jawab Dam Ryung. “Aku hanya boleh melindungi dan menyukainya.”

“Kalau begitu kamu tidak bisa datang ke pantai lagi?”

“Aku tidak tahu,” jawab Dam Ryung sembari menggelengkan kepalanya.

“Kamu tidak bisa tinggal di darat?” tanya Dam Ryung kemudian.

“It jadi mungkin setelah aku dewasa,” jawab Sae Wa. “Aku dengar kalau putri duyung pergi ke daratan, mereka akan ‘membuat’ kaki. Tapi aku tidak tahu.”

“Aku tidak ingin meninggalkanmu. Aku tidak ingin melindungi dan menyukai gadis lain. Aku tidak ingin tinggal dengannya selamanya, jika dia bukan kamu.”

“Tapi apa yang bisa kita lakukan? Aku tidak bisa pergi ke darat dan kamu tidak bisa hidup di air,” respon Sae Wa sembari meneteskan air mata, lantas melompat ke laut, meninggalkan sebiji mutiara di samping Dam Ryung.

Pada akhirnya Dam Ryung memang melangsungkan pernikahan. Tapi di malam pertama, saat pasangannya tertidur, ia pergi meninggalkannya begitu saja dan memacu kudanya berhari-hari hingga tiba di pantai. Ia segera memanggil-manggil nama Sae Wa. Karena tidak ada balasan, ia sengaja menenggelamkan dirinya agar diselamatkan oleh Sae Wa. Sae Wa datang dan menciumnya. Sayangnya Dam Ryung tidak tahu bahwa putri duyung punya kemampuan untuk menghilangkan ingatan seseorang tentang mereka apabila mereka menciumnya. Dan itulah yang dilakukan oleh Sae Wa saat itu.

Tak lama Dam Ryung terbangun di pinggir pantai dan sama sekali tidak mengingat tentang Sae Wa.

Dam Ryung menceritakan pada Sae Wa bahwa istrinya meninggal karena sakit paru-paru setelah mereka menikah. Ia juga sempat memaafkan Dam Ryung yang pergi meninggalkannya di malam pernikahan mereka, walau saat itu Dam Ryung tidak ingat mengapa ia melakukannya.

“Apakah aku anak itu?” tanya Dam Ryung.

Perlahan Sae Wa menghampiri perahu Dam Ryung.

Masa kini.

Ciuman Sim Chung membuat satu demi satu memori tentangnya hilang dari ingatan Joon-Jae. Sama seperti Dam Ryung dulu, Joon-Jae kemudian mendapati dirinya terbangun di pinggir pantai tanpa ingat satu hal pun tentang Sim Chung. Namun saat menggaruk-garuk kepalanya, ia kaget menyadari adanya gelang giok di tangannya.

Beberapa waktu kemudian Joon-Jae berada di dalam pesawat yang membawanya pulang ke Seoul. Dari balik jendela ia sempat melihat sesuatu berwarna putih mengambang di tengah laut. ‘Sesuatu’ itu ternyata adalah Sim Chung, yang sedang memperhatikan kepergian pesawat Joon-Jae dengan tatapan sedih dan mata berkaca-kaca.

Setibanya di bandara, sedang ada breaking news di TV mengenai seorang buronan yang berhasil kabur dari rumah sakit. Joon-Jae yang tidak memperhatikan berita tersebut, tidak menyadari bahwa buronan yang dimaksud sebenarnya berada di depannya, sedang menyamar sebagai petugas vallet dan membawa pergi mobil milik salah satu pengunjung bandara. Joon-Jae sendiri masuk ke taksi yang ada di belakang mobil tersebut dan pulang ke rumahnya.

Di rumah, Joon-Jae gemas mendapati dua temannya, Jo Nam-doo (Lee Hee-joon) dan Tae-O (Shin Won-ho), yang ternyata sudah dengan santai tinggal di sana. Nam-Doo beralasan alamat rumahnya dan juga Tae-O sudah diketahui oleh Myeong Dong Capitol, sehingga hanya tersisa rumah Joon-Jae yang masih aman. Nam-Doo lantas mengajak Joon-Jae keluar dan menanyakan tentang gelang giok yang sebelumnya diceritakan Joon-Jae kepadanya. Joon-Jae sama sekali tidak mengingatnya. Nam-Doo lalu menunjukkan foto gelang yang dimaksud, yang sebelumnya dikirimkan Joon-Jae. Joon-Jae tetap saja tidak ingat pernah mengirimkan foto tersebut. Walau begitu, ia mengaku gelang itu sekarang ada padanya, hanya merasa belum waktunya untuk menunjukkannya pada siapapun.

Sim Chung berdiam diri di tengah laut. Ia teringat kata-kata Joon-Jae yang menyatakan bahwa ia akan pergi ke Seoul dan berharap Sim Chung pergi ke sana karena banyak hal di sana yang pasti bakal disukai Sim Chung. Joon-Jae juga berjanji akan mengajak Sim Chung melihat perayaan kembang api musim gugur di sungai Han dari Building 63 karena posisinya strategis dan pemandangannya sangat indah.

“Bersama?” tanya Sim Chung waktu itu.

“Ya, bersama-sama,” jawab Joon-Jae.

Sim Chung terdiam sejenak, lantas tersenyum dan mengangguk.

“Kamu berjanji!” respon Joon-Jae, “Janji harus ditepati.”

Sim Chung kembali mengangguk.

“Apakah itu janji?” tanya Joon-Jae.

“Sesuatu yang harus ditepati,” jawab Sim Chung.

“Itu benar,” balas Joon-Jae sembari tertawa dan membelai rambut Sim Chung.

Joon-Jae tidur dan bermimpi tentang dirinya yang tenggelam di laut.

“Aku mencintaimu.”

Sebuah suara wanita tiba-tiba terdengar. Joon-Jae terbangun sambil memegangi dadanya yang berdebar kencang.

Tiga bulan berlalu. Joon-Jae menghidupkan TV di rumahnya. Ada acara talk show tentang developer perumahan. Raut wajah Joon-Jae tiba-tiba berubah saat melihat nara sumbernya, lalu ia kemudian mematikan TVnya kembali. Ya, narasumber tersebut adalah ayah Joon-Jae, Heo Gil-Joong (Choi Jung-Woo).

Di sebuah club house, usai bermain golf, Gil-Jong berbincang dengan Kang Seo-Hee (Hwang Shin-hye), istri keduanya, Ahn Jin-joo (Moon So-Ri), serta seorang pria (suami Jin-Joo). Pria tersebut mengatakan bahwa meski seorang putri menggemaskan, tapi ia lebih suka memiliki anak laki-laki, karena merupakan replika dari dirinya. Jin-joo tiba-tiba memotong pembicaraan dan mengajak suaminya pergi dengan alasan ada telpon untuk mereka berdua.

Di balik tembok, Jin-joo meminta suaminya untuk menjaga kata-katanya karena ada gosip yang menyatakan bahwa anak CEO Gil-Jong bukanlah anak biologisnya. Jin-Joo menambahkan bahwa Seo-Hee adalah istri kedua CEO Gil-Jong yang sudah mengusir istri pertama Gil-Joong dan membawa seorang anak untuk ikut tinggal bersamanya. Anak pertama Gil-Joon sendiri kemudian kabur dari rumah tanpa diketahui rimbanya hingga kini.

Suaminya tidak terima dikatai tidak peka dengan hal itu karena ia mengaku tadi sudah sengaja mengalah dalam pertandingan golf untuk menjilat CEO. Jin-Hoo mengatakan bahwa ia juga sudah melihatnya dan meminta suaminya untuk bersabar dan melihat ‘big picture’ (ke depan).

Joon-Jae membuka kulkasnya dan kesal mendapati semua bir dan es krimnya telah dihabiskan oleh Nam-Doo dan Tae-O. Ia pun menanyakan mengapa mereka tidak segera pergi karena sudah tinggal di sana selama tiga bulan. Nam-Doo beralasan bahwa orang-orang Myeongdong Capital masih berusaha mencari mereka. Karena Joon-Jae dianggap sudah mati, maka satu-satunya tempat yang aman adalah tempat tinggal Joon-Jae. Joon-Jae lantas mengatakan bahwa sudah waktunya mereka menyelesaikan masalah mereka. Nam-Doo mengamini.

Tiga orang pria sedang asik makan dan minum soju di atas perahu di tengah laut saat tiba-tiba Sim Chung muncul dari dalam air dan menanyakan arah ke Seoul. Setelah diberitahu, Sim Chung pun berterimakasih dan hendak melanjutkan perjalanannya.

“Tunggu dulu. Apa kamu hendak berenang ke sana?” tanya salah satu di antaranya. “Tapi ini Jeju Island. Apakah kamu ingin naik ke perahu sekarang ini?”

“Tidak masalah,” jawab Sim Chung sambil tersenyum.

Sepeninggal Sim Chung, ketiga orang tersebut malah jadi panik, menganggap yang barusan mereka lihat adalah monster laut.

Sim Chung tiba di Jindo Island, saat fenomena laut terbelah sedang berlangsung. Kelompok ibu-ibu Marine Girls yang sedang berada di sana untuk melakukan kegiatan sosial bersih-bersih pantai kaget melihat Sim Chung yang tiba-tiba muncul begitu saja saat laut surut. Saat mereka sibuk bertengkar mendebatkan asal usul Sim Chung, dengan santai Sim Chung mendatangi mereka dan menanyakan apakah tempat tersebut Seoul. Pemimpin rombongan ibu-ibu tersebut menjawab tidak.

“Aku harus pergi lebih jauh lagi?” tanya Sim Chung dengan kesal. “Ah, ini melelahkan. Aku sudah berenang sekian lama sampai terasa ingin muntah.”

Salah seorang ibu-ibu menghampiri Sim Chung yang sedang mengomel dan menawarkan untuk ikut dengan mereka karena mereka akan pulang ke Seoul setelah itu.

Sim Chung akhirnya tiba di Seoul dengan menumpang bus ibu-ibu Marine Girls. Turun dari bus, ia terbengong-bengong melihat banyaknya orang-orang yang berlalu-lalang di hadapannya.

“Di sini lebih banyak orang daripada ikan teri. Bagaimana aku bisa menemukan Hae Joon-Jae?” gumamnya kebingungan.

Joon-Jae, Nam-Doo, dan Tae-O bersiap untuk melakukan aksi tipu-tipu mereka yang terbaru. Targetnya adalah Jin Ok yang akan berada di Gangnam Empire untuk sesi massage. Dengan seragam pilot, Joon-Jae mengatur strategi bersama kedua temannya.

Sim Chung menanyakan satu-persatu pada orang yang lewat apakah mereka mengenal Joon-Jae. Saat melihat camilan di jalan, ia hendak memakannya. Tapi saat diminta uang, ia malah memberikan brosur yang tadi sempat diberikan orang kepadanya. Alhasil ia pun dimarahi ibu penjual camilan. Tanpa disadari Sim Chung, di saat itu mobil yang dikendarai Joon-Jae dan rekan-rekannya lewat di hadapannya.

Sim Chung terus berjalan. Tanpa sengaja ia melihat ada beberapa gadis SMA sedang membully salah satu temannya dan memintainya uang. Mengira itu adalah cara untuk mendapat uang, Sim Chung pun mempraktekkannya… pada anak SD. Tanpa disangka, anak SD itu melawan dan berbalik mengatainya karena merampok anak kecil. Sim Chung jadi terdiam tanpa bisa berkata apa-apa.

Pada akhirnya anak SD tadi mentraktir Sim Chung makan mie instan di sebuah minimarket dengan menggunakan kartu kredit ibunya, yang ia sebut dengan ‘mom-ca’.

“Apa itu mom-ca?” tanya Sim Chung.

“Unni, bagaimana kamu bisa tidak tahu apa-apa?” tanya anak kecil tersebut heran. “Kartu kredit ibu, mom-ca.”

“Apakah kartu kredit ibu lebih baik daripada uang?” tanya Sim Chung lagi.

“Itu konsep yang sama. Eniwei, harap jangan lakukan itu lagi.” nasehat si anak kecil.

Sim Chung mengiyakan.

“Uang adalah sesuatu yang diperoleh dengan susah payah. Ibuku bekerja keras untuk mendapatkan uang. Tanpa punya waktu untuk menemuiku, dari pagi hingga petang ia hanya mencari uang,” lanjut si anak kecil.

“Tapi mengapa ibumu bekerja keras untuk mencari uang?” tanya Sim Chung.

“Unni, sungguhan kamu tidak berguna. Kenapa kamu pikir kita mencari uang? Ia mencari uang agar aku dan ibuku bisa bahagia.”

“Tapi jika yang kamu lakukan adalah mencari uang dari pagi hingga petang, lalu kapan kita hidup bahagia?”

Anak kecil itu terdiam sejenak lalu menjawab, “Nanti.”

Usai makan, ponsel anak tadi berbunyi dan ternyata sudah waktunya ia untuk les matematika. Sebelum pergi ia berpesan pada Sim Chung agar menemukan orang yang ia cari. Sempat melangkahkan kakinya, tiba-tiba anak kecil tersebut berhenti dan membalikkan badannya, lantas memberikan uangnya pada Sim Chung.

“Jaga ini baik-baik, jangan berikan pada orang lain, dan gunakan dengan baik,” pesannya. “Mulai dari sekarang, setidaknya bekerjalah paruh waktu untuk menghasilkan uang.”

Ia pun berpamitan dan pergi meninggalkan Sim Chung. Tanpa disangka, Joon-Jae, Nam-Doo, dan Tae-O lewat di jalan yang sama dan sempat berpapasan dengan anak kecil itu. Sayangnya, Sim Chung sudah pergi melalui jalan yang lain sehingga kembali tidak bertemu dengan Joon-Jae.

Tak lama berjalan, Sim Chung bertemu kembali dengan anak-anak SMA yang tadi sedang memalak temannya. Kali ini mereka juga sedang melakukan aktivitas yang sama di taman. Dengan sok tahu, Sim Chung menasehati mereka agar tidak melakukan hal tersebut dan menanyakan apakah mereka tidak punya kartu kredit ibu karena itu lebih baik daripada uang. Kesal, satu persatu dari geng anak SMA tadi mencoba menghajar Sim Chung. Tentu saja dengan mudah Sim Chung bisa mengalahkan mereka.

Sim Chung memegang satu orang yang tersisa dan memintanya untuk mengulangi hal itu lagi. Anak tersebut berdalih berteman dengan yang tadi dipalak. Karena bunyinya (dalam bahasa Korea) hampir sama, Sim Chung mengira anak tersebut mengatakan bahwa ia akan ‘memakan’ anak yang lain. Ia pun jadi kaget dan meminta agar anak tersebut tidak memakan temannya. Anak tersebut jadi lari ketakutan melihat sikap Sim Chung yang aneh. Anak yang tadi dipalak juga akhirnya ikut-ikutan lari karena takut.

Salah satu dari geng pembully tadi tidak disangka-sangka adalah putri Jin Ok. Saat sedang melarikan diri dari Sim Chung, ibunya tiba-tiba menelponnya dan menanyakan dimana ia sedang berada. Putrinya mengaku bahwa ia sedang sekolah tambahan. Jin Ok, yang saat itu baru saja tiba di Gangnam Empire, tidak percaya dan nanti hendak mengeceknya sendiri ke sekolah. Ia juga berpesan agar putrinya tidak bergaul dengan anak-anak nakal.

Masuk ke dalam lift, tiba-tiba ponsel Jin Ok berbunyi dan saat dilihat yang muncul di layar adalah semacam iklan spam. Sebelum pintu lift menutup, Joon-Jae menyusul masuk. Sesaat setelah lift berjalan, Tae-O yang standby di rooftop mematikan listrik lift sehingga lift terhenti. Belum hilang keterkejutan Jin Ok, Joon-Jae menghampirinya dan membuka kacamatanya. Jin Ok langsung menyadari bahwa yang ada di hadapannya adalah orang yang telah menipunya.

Joon-Jae mulai memainkan pemantik apinya. Tiba-tiba lampu dalam lift mati, tentu saja karena ulah Tae-O. Dan itu adalah bagian dari persiapan hipnotis Joon-Jae. Sesaat kemudian ia menghidupkan apinya dan Jin Ok mulai terhipnotis.

Dalam keadaan terhipnotis, Joon-Jae menunjukkan gambaran anaknya yang terjatuh dari gedung Gangnam Empire. Joon-Jae meminta Jin Ok untuk mengingat rasa sedih itu karena seperti itulah rasa sedih yang dirasakan oleh orang-orang yang pernah ia sakiti. Sebaliknya, Joon-Jae meminta agar Jin Ok melupakan kesalahan orang-orang yang telah menyakitinya.

Keluar dari lift, Jin Ok langsung meminta anak buahnya untuk membatalkan tuntutan pengadilan yang ia lakukan pada teman anaknya (yang menyebabkan anak tersebut bunuh diri — episode 1 –), serta meminta alamat rumah keluarga dari anak tersebut karena ia berniat untuk minta maaf. Anak buahnya mengiyakan namun kebingungan dengan sikap Jin Ok yang berubah drastis.

Di luar gedung, dengan lega Joon-Jae dan kedua rekannya melangkah menuju mobil mereka. Masalah mereka kini sudah selesai. Tae-O yang biasanya membisu tiba-tiba menanyakan proses hipnotis yang dilakukan oleh Joon-Jae. Joon-Jae pun menjelaskan dengan sedikit mempraktekkan jurus tatapan mata mautnya yang biasa ia gunakan untuk membuat targetnya terpana, dan Tae-O hampir ikut terhipnotis olehnya. Nam-Doo dan Joon-Jae lantas meninggalkannya sembari tertawa.

Lagi-lagi, tanpa disadari Sim Chung ada tidak jauh dari mobil mereka. Saat ini ia sedang mengambil sebuah baju bekas hasil sumbangan warga dan menggunakannya sendiri. Seorang gelandangan yang ada di sana kemudian memberinya saran agar ia menginvestigasi orang yang ia cari dengan bermalam di tempat ia biasa muncul. Karena Sim Chung hanya tahu tentang ‘Building 63’, ia pun berniat untuk menuju ke sana.

Tak lama Sim Chung berada di halte bus, menunggu bus yang menuju ke arah Bulding 63. Begitu mendapati bus yang dimaksud, dengan sedikit ragu ia masuk ke dalamnya. Meski uangnya kurang (hasil pemberian anak SD sebelumnya), sopir bus akhirnya memperbolehkan Sim Chung untuk ikut naik. Ia akhirnya berhasil tiba di Building 63. Setelah sempat terpana melihat gedung yang sangat tinggi tersebut, ia cuek masuk ke dalamnya. Kebetulan petugas keamanan juga tidak melihatnya karena sedang mempersiapkan penutupan tempat tersebut.

Lantai yang dimasuki Sim Chung ternyata adalah wahana aquarium air laut. Sim Chung pun gembira karena malam itu ia tidak bakal kelaparan. Tak lama terlihat Sim Chung yang sudah berubah menjadi putri duyung sedang berenang di dalam akuarium raksasa tersebut.

Mo Yoo-ran (Na Young-hee) sedang membuatkan sup rumput laut yang diminta oleh Cha Si-ah (Shin Hye-sun). Yoo-Ran menanyakan apakah ada yang sedang berulang tahun. Si-Ah mengiyakan. Yoo-Ran lantas mengatakan bahwa anaknya juga sedang berulang tahun pada hari itu.

“Apa yang kamu masukkan ke dalam sup rumput laut ini?” tanya Si-Ah.

“Bulu babi. Anakku juga suka sup rumput laut bulu babi,” jawab Yoo-ran.

Jin-Joo tiba-tiba datang menghampiri dan menanyakan kepada siapa Si-Ah hendak memberikan sup tersebut.

“Ah, cowok yang tidak mau jatuh hati kepadamu?” tanya Jin-Joo.

Si_Ah tidak menghiraukannya dan meminta Yoo-Ran untuk memasukkan sup tersebut ke termos serta hidangan lainnya ke kotak bento yang bagus.

“Nona, kamu tidak bisa merayu pria seperti itu,” sindir Jin-Joo. “Daripada membawakan makanan kepadanya, lebih baik kamu mengambil suntikan botox. Aku mengatakan bahwa kamu seharusnya lebih mencintai dirimu sendiri.”

“Di kelompok belajar tempat aku mengajar sukarela, ada anak yang sedang berulangtahun. Jadi aku mencoba untuk memberikannya kepadanya. Siapa yang akan merayu pria dengan sesuatu untuk dimakan? Sungguh kekanakan,” respon Si-Ah sembari berlalu.

Si-Ah menyiapkan makanan yang ia bawa ke hadapan Joon-Jae, yang terlihat tidak begitu tertarik. Ia malah menanyakan bagaimana Si-Ah bisa tahu tempat itu karena ia baru saja pindah ke sana. Si-Ah mengaku mengetahuinya dari Nam-Doo. Joon-Jae jadi kesal dengan Nam-Doo.

Joon-Jae lantas mencoba sup rumput laut yang dibawakan Si-Ah. Rasanya ternyata sama dengan rasa sup rumput laut yang biasa dibuat oleh ibunya. Tiba-tiba Nam-Doo muncul dan memuji Si-Ah yang sudah cocok untuk dijadikan istri.

“Hei, hari ini ultahmu, jadi kamu harus mengadakan pesta, pesta ultah,” ujar Nam-Doo.

“Aku tahu wine bar yang bagus di Gyeongridan-gil,” timpal Si-Ah.

Nam-Doo menyetujuinya dan minta Si-Ah untuk segera melakukan reservasi tempat. Dengan dingin Joon-Jae merespon bahwa ia sudah ada janji. Tanpa menghiraukan Nam-Doo yang menyindirnya selalu saja bersikap seperti itu saat ultah, Joon-Jae pergi meninggalkan mereka. Meski tersenyum dan memberikan ucapan selamat ultahnya, raut muka Si-Ah terlihat kecewa dengan sikap Joon-Jae.

Sembari mengatai Joon-Jae yang keras kepala, Nam-Doo memberikan uang pada Si-Ah. Si-Ah mengambilnya.

“Joon-Jae tidak akan menemui wanita, bukan?” tanya Si-Ah. “Apakah dia mendapatkan pacar?”

“Tidak,” jawab Nam-Doo, “Sulit baginya untuk mendapatkan pacar, berdasarkan struktur otaknya. Ia tidak bisa memutuskan atau tetap fokus. Ia akan membiarkan semua wanita melewati garis itu, tapi tidak ada seorang wanita yang akan melewatinya. Tapi apa benar kamu yang membuat ini?”

“Kamu pikir aku akan melakukannya? Pembantu rumah tanggaku yang melakukannya,” jawab Si-Ah.

Di halaman, Yoo-Ran memandangi foto dirinya saat masih muda bersama dengan Joon-Jae kecil. Foto tersebut ternyata dibuat di akuarium Building 63, pada saat dulu Joon-Jae berulang tahun.

Di saat yang sama, Joon-Jae tiba di depan pintu akuarium dan mulai melangkah masuk. Sementara itu, di dalam akuarium, Sim Chung asyik berenang tanpa menghiraukan orang-orang yang sudah mulai berdatangan. Di tempat tersebut ternyata memang biasa diadakan
pertunjukan putri duyung, namun saat itu belum waktunya untuk show. Petugas keamanan mulai curiga begitu mendapati wanita yang bertugas menjadi putri duyung ternyata masih bersiap-siap di atas akuarium dan belum masuk ke dalam.

Saat itulah Joon-Jae melewati lorong akuarium. Sim Chung yang melihatnya segera menyusuri akuarium sembari melambai-lambaikan tangannya untuk menarik perhatian Joon-Jae. Dan Joon-Jae memang sempat menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Sim Chung, namun karena sudah lupa tentangnya, ia hanya terdiam sejenak dan kembali melanjutkan perjalannya. Melihatnya, Sim Chung segera keluar dari akuarium dan hendak mengejarnya. Apes baginya, petugas keamanan mencegatnya dan berniat untuk menangkapnya.

Joon-Jae sendiri tiba-tiba mendapat pesan masuk dari Nam-Doo. Nam-Doo mengabarkan bahwa ia tanpa sengaja bertemu dengan Tomas (yang membantu Joon-Jae di Spanyol) dan Tomas berpesan bakal membunuh Joon-Jae apabila bertemu dengannya. Joon-Jae tertawa membacanya. Tidak itu saja, Nam-Doo juga mengirimkan foto milik Tomas yang sedang selfie, dimana di belakang ada Joon-Jae dan Sim Chung. Joon-Jae kaget begitu menyadari bahwa wanita yang ada di foto tersebut adalah putri duyung yang ia lihat di dalam akuarium. Ia bergegas kembali masuk ke dalam area akuarium.

Setelah mencari ke sana kemari, Joon-Jae akhirnya bertemu dengan Sim Chung, yang saat ini sedang melarikan diri dari kejaran petugas keamanan. Perlahan Joon-Jae melangkah menghampiri Sim Chung. Keduanya saling bertatapan dan mata Sim Chung mulai berkaca-kaca.

Adegan flashback muncul saat Sim Chung usai menyelamatkan Joon-Jae dan membawanya ke pantai.

“Maafkan aku, Hae Joon-Jae,” ujar Sim Chung pada saat itu. Sembari memasangkan gelang giok miliknya ke tangan Joon-Jae, Sim Chung berkata, “Pakailah ini. Aku tahu kamu menyukainya. Kamu mungkin tidak akan mengingatku. Namun begitu, aku akan menjaga janjiku. Aku akan pergi kepadamu. Meski melewati hujan badai, meski matahari menyengat tubuhku, meski aku kesepian tanpa ada seorangpun di sisiku, dan meski itu adalah tempat dimana aku belum pernah berada, aku akan menahannya dan memastikan untuk pergi kepadamu.”

Air mata meleleh di pipi Sim Chung.

“Aku mencintaimu,” ujar Sim Chung sebelum ia pergi meninggalkan Joon-Jae dan kembali masuk ke laut.

Beberapa saat kemudian Joon-Jae tersadar. Tanpa ia sadari, di sampingnya terdapat sebiji mutiara.

[wp_ad_camp_1]

Preview Episode 4

Berikut ini adalah preview eps 4 dari drakor Legend Blue Sea:

» Sinopsis Episode 4 Selengkapnya

sinopsis legendofthebluesea 3

Leave a Reply