Review Manga Virgin Extinction Island (2019)

Judul jadi alasan pertama saya tertarik untuk membaca manga ini, “Virgin Extinction Island” (Doutei Zetsumetsu Rettou, 童貞絶滅列島). Tidak munafik, saya mengira bakal ada sesuatu yang bisa memuaskan mata di lembar demi lembarnya.

Faktanya? Apakah kenyataan sesuai dengan harapan?

Yuk simak sinopsis dan juga review singkatnya di bawah ini.

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Sinopsis Singkat

cover manga virgin extinction island

cover manga virgin extinction island

Suatu hari, semua pria di Jepang yang berumur 18 tahun ke atas dan masih berstatus perjaka tiba-tiba meninggal dunia. Belakangan diketahui ada mutasi sel dalam tubuh yang menjadi pemicu.

Untuk mengatasi hal tersebut, diputuskan untuk mengumpulkan pria-pria yang berumur 17 tahun dan belum pernah berhubungan intim sama sekali ke sebuah pulau. Di sana, mereka dipaksa untuk menghilangkan status perjaka mereka bersama dengan para wanita panggilan senior.

Salah satu remaja yang berada di sana adalah Kurumi Eiri. Berbeda dengan kebanyakan, ia bersikeras untuk melepas keperjakaannya dengan wanita yang ia cintai. Apapun ia lakukan untuk mewujudkannya. Termasuk kabur dari pulau tersebut.

Akankah Eiri selamat dari maut di usia 18? Benarkah fenomena tersebut terjadi secara alami atau disebabkan oleh campur tangan manusia?

Penulis: Kawasaki Junpei
Artis: Kawasaki Junpei
Publikasi: 16 Februari 2019 – sekarang
Penerbit: Shounen Magazine Edge
Genre: Action, Comedy, Ecchi, Seinen, Smut, Tragedy
Status: Ongoing

Review Singkat

Manga “Virgin Extinction Island” punya cerita yang terbilang ‘bervariasi’. Saking bervariasinya, saya sampai bingung sebenarnya hendak dibawa kemana alurnya.

Bahkan dalam chapter terakhir yang saya baca (bukan akhir cerita, ya), kisahnya sudah tidak lagi berlatar pulau ‘rehabilitasi’ para perjaka.

Sama seperti ceritanya, pengarang mencoba untuk memasukkan semua rasa di dalam serial ini. Mulai dari aksi hingga komedi. Dari tragedi / bencana hingga konspirasi.

Sayangnya, racikan tersebut tidak terlalu berhasil.

Sulit untuk bersimpati pada sebuah tragedi jika ada selipan humor yang tidak masuk dinalar.

Pun begitu, pesan utama yang hendak disampaikan, mengenai keperjakaan, menurut saya cukup mengena. Bukan berarti saya setuju, ya.

Dengan cerita yang sama sekali tidak membawa unsur agama, memilih mati dalam kondisi perjaka hanya gegara tidak ingin melakukannya dengan orang yang tidak dicinta jelas sebuah alasan konyol.

Toh di pertengahan cerita terungkap bahwa sebagian besar orang yang mengambil keputusan tersebut bukan murni dari hati. Melainkan karena tidak ada yang berhubungan intim dengannya. Begitu ada godaan, langsung deh berubah pendirian.

Oh ya, walau judulnya membuat kita berimajinasi bakal ada hal-hal mesum, nyatanya manga ini terbilang bersih dan aman untuk dibaca dimanapun. Kalau pun ada servis khusus bagi pembaca (pria), frekuensinya terbilang minim.

Grafisnya lumayan bagus. Ekspresi wajah karakter jelas dan sesuai dengan percakapan maupun situasi yang ada.

Penutup

Berbekal premis menarik, Kawasaki Junpei sayangnya gagal mengolah “Virgin Extinction Island” menjadi sebagai manga yang berkualitas.

Saya pribadi merasa unsur komedi yang berlebihan menjadi sumber permasalahannya.

Tema pulau terisolasi juga entah mengapa tidak benar-benar terasa. Lha wong di satu kesempatan ada orang luar yang bisa dengan mudahnya menuju ke sana. Terisolasi darimananya?

Dengan cerita yang masih berjalan, semoga saja sang mangaka bisa memperbaiki dan meningkatkan kualitas ceritanya.

rm virgin extinction island

Leave a Reply