Review Manga Signal 100 (Young Animal, 2015)

Sebenarnya hendak menonton dan me-review sebuah film berjudul “Signal 100” (シグナル100). Saat sedang mencari referensi, ternyata film tersebut diadaptasi dari manga karangan Arata Miyatsuki yang diterbitkan tahun 2015, 5 tahun sebelum filmnya dirilis.

Berhubung biasanya lebih gampang memahami alur cerita yang ada di manga aslinya ketimbang hasil adaptasi, maka saya tunda dulu menonton filmnya. Sebagai gantinya, ya tentu saja, menyimak chapter demi chapter manga-nya terlebih dahulu.

Seperti apa ceritanya? Apakah direkomendasikan untuk dibaca? Simak yuk sinopsis dan review singkatnya di bawah ini.

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Sinopsis Singkat

cover manga signal 100

cover manga signal 100

Shimobe adalah wali kelas 2-C. Belakangan nilai-nilai murid di kelas tersebut menurun. Selain suka sibuk sendiri di saat pelajaran, sebagian murid juga terbiasa datang telat.

Hal itu membuat kepala sekolah marah. Ia mengancam bakal memecat Shimobe jika tidak bisa memperbaiki keadaan tersebut. Terlebih ia dulu diterima karena merupakan lulusan universitas psikologi ternama di Amerika Serikat.

Kelas 2-C rupanya jauh lebih parah dari yang dibayangkan. Jangankan menghargainya, murid-murid di sana sama sekali tidak mempedulikan Shimobe. Shimobe sampai harus menyogok mereka agar mereka mau mengikuti pelajaran.

Walau belum diketahui pasti penyebabnya, disebutkan bahwa kondisi kelas tersebut berubah semenjak salah seorang murid yang bernama Sakaki menghajar guru olahraga yang terpergok hendak memp3rkosa rekan sekelasnya, Kashimura.

Akibat kejadian tersebut, Sakaki diskors. Dampaknya, murid lain, Wada Hayato, beserta gangnya, menguasai kelas dan memimpin yang lain untuk bertindak semaunya.

Beberapa saat kemudian, di ruang audiovisual, tempat pelajaran berikutnya berlangsung, seluruh murid 2-C hadir. Semua tengah menunggu kedatangan Shimobe. Meski tidak peduli pada Shimobe, mereka tidak menolak untuk diberi sogokan uang darinya.

Pintu ruangan tiba-tiba terkunci. Tidak itu saja, layar di depan kelas lalu memutarkan sebuah film.

Terlihat rentetan gambar aneh yang seolah acak dan tak beraturan. Dibarengi dengan suara musik serta efek suara keras.

Tak lama film berhenti. Tanpa disadari semua murid sudah dalam keadaan berdiri dan terdiam.

Shimobe muncul di depan ruangan. Ia memberitahu bahwa ia baru saja menghipnotis mereka semua. Melalui kejadian barusan, Shimobe menanamkan 100 sinyal di alam bawah sadar para murid. Siapa pun yang melanggar sinyal tersebut otomatis akan melakukan bunuh diri.

Yamamoto tidak percaya dan langsung memukul wajah Shimobe. Sembari tersenyum Shimobe menyatakan bahwa Yamamoto baru saja melanggar sinyal pertama. Yaitu melakukan kekerasan terhadap orang lain.

Tanpa disangka, sekejap kemudian Yamamoto menghantamkan wajahnya sendiri ke tembok hingga tewas.

Salah seorang murid perempuan yang panik langsung menelpon ibunya. Ternyata itu juga termasuk sinyal hipnotis yang ditanamkan Shimobe. Murid itu pun tewas dengan menggigit lidahnya sendiri.

Shimobe lalu menambahkan bahwa ada satu sinyal yang akan membuat hipnotisnya hilang. Sinyal itu adalah dengan melihat semua teman sekelas mati bunuh diri. Artinya, dari seluruh murid di kelas, hanya akan ada satu orang yang selamat.

Karena tahu tindakannya pasti bakal membuatnya berurusan dengan hukum, Shimobe lantas bunuh diri dengan cara melompat dari jendela kelas.

Tak lama beberapa orang guru datang. Sudah tahu tidak bisa memberitahu apa yang terjadi, para murid hanya bisa terdiam. Hal itu sempat membuat guru-guru tersebut kesal.

Adalah Wada yang kemudian meminta agar mereka diizinkan kembali ke kelas untuk menenangkan diri. Melihat Wada bisa meninggalkan ruangan tanpa mengalami hal apa pun, yang lain pun mengikutinya.

Di kelas, ia berusaha menyemangati teman-temannya. Ia juga yakin sinyal yang ditanamkan Shimobe bukanlah untuk aktivitas atau kegiatan sepele seperti berjalan, masuk kelas, dan lain sebagainya.

Di saat hampir semua murid di kelas menganggap Wada sebagai penyelamat, Kashimura justru sebaliknya. Ia ingat betul bahwa sedari awal yang membuat masalah dan memancing Shimobe hingga berbuat seperti itu adalah Wada.

Izawa tanpa sengaja merekam video hipnosis Shimobe. Setelah mengetahuinya, Wada mengecek video tersebut. Dari hasil analisanya, sebenarnya hanya ada 10 sinyal.

Apes, salah satunya, memegang alat kelamin dengan tangan, belum apa-apa sudah membuat Izawa tewas.

Dengan tenang Wada menyatakan bahwa mereka semua harus bersatu dan mengikuti kata-katanya agar bisa bertahan hidup.

Kashimura tidak percaya hanya ada 10 sinyal dalam rekaman Izawa. Wada menunjukkan rekaman tersebut. Memang ada 2 sinyal tambahan. Namun video terpotong di bagian itu.

Kashimura curiga Wada sengaja mengedit rekaman tersebut sebelum kembali ke kelas, Sayang, kecurigaannya ditentang oleh murid-murid yang lain, yang sudah kadung percaya pada Wada.

Tanpa mereka sadari, Wada memang benar sudah diam-diam mengedit video rekaman tersebut. Total ada 33 sinyal yang ia ketahui.

Wada meminta agar sekolah menyediakan bis untuk mengantar murid-murid kelas 2-C pulang ke rumah masing-masing. Karena ada yang tidak percaya, Wada meminta agar Kashimura saja yang masuk ke bis terlebih dahulu.

Yang lain menyetujuinya. Bahkan mereka hendak memanfaatkan Kashimura untuk mengecek sinyal-sinyal yang lain. Seperti membuka baju di dalam kelas misalnya.

Ketakutan, Kashimura melarikan diri dari kelas.

Tanpa diduga, ia bertemu dengan Sakaki, yang ternyata sudah diperbolehkan untuk kembali masuk sekolah. Ia pun menceritakan segala sesuatunya pada Sakaki.

Sementara itu, setelah teman-temannya masuk ke dalam bis, Wada justru turun. Ia beralasan hendak menjemput Kashimura karena kasihan.

Padahal bukan itu alasan sebenarnya. Wada tahu bahwa salah satu sinyal bunuh diri adalah meninggalkan area sekolah. Ia sengaja mengorbankan teman-teman sekelasnya agar bisa jadi satu-satunya yang bertahan hidup.

Tepat sebelum bis melewati gerbang, Sakaki tiba-tiba muncul dan menghentikannya. Nyawa rekan-rekannya berhasil terselamatkan. Walau tetap ada 2 korban jiwa. Satu karena panik, satu karena duduk di kursi depan dan posisinya sudah melewati gerbang.

Dengan tenang Sakaki menenangkan rekan-rekannya dan meminta mereka kembali ke dalam bangunan sekolah.

Wada yang melihat kedatangan Sakaki jadi teringat masa lalunya. Ia dendam pada Sakaki karena merasa Sakaki sudah merebut kursi popularitas di kelas darinya.

Tepat pada pukul 18.30, seluruh murid yang terhipnotis melihat sosok Shimobe di hadapan mereka. Shimobe memberitahu bahwa ada ronde bonus. Bagi yang melihat 4 momen kematian rekan mereka dalam jangka waktu 30 menit ke depan, otomatis akan terbebas dari hipnotis.

Wada jelas tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Lagi-lagi ia memanipulasi rekan-rekannya untuk berada di pihaknya dan menyingkirkan kelompok Sakaki. Tanpa ragu ia membunuh 2 orang teman kelasnya.

Untunglah usahanya gagal. Di sisi lain, Sakaki jadi makin emosi dengan ulah Wada yang tega melakukan semua itu.

Belakangan terungkap bahwa ada salah seorang murid yang bekerjasama dengan Shimobe.

Dan begitulah. Shimobe dari waktu ke waktu menghadirkan ronde bonus dengan aturan yang berbeda. Bukannya makin kompak, semakin lama murid-murid yang tersisa justru makin brutal dan mementingkan diri mereka sendiri. Tentu saja, satu demi satu korban pun berjatuhan.

Keadaan jadi makin runyam setelah terungkap bahwa Shimobe telah menghipnotis para guru. Mereka diperintah untuk menghabisi seluruh murid kelas 2-C jika ingin anggota keluarga mereka selamat.

Belum lagi ketika murid-murid yang tersisa sempat diperintahkan untuk membunuh Sakaki.

Pada akhirnya semua terjadi seperti yang diinginkan oleh Shimobe. Hanya ada satu orang di antara mereka semua yang bertahan hingga akhir.

Penulis: Arata Miyatsuki
Artis: Shigure Kondou
Publikasi: 24 Juli 2015 – 14 Oktober 2016
Penerbit: Young Animal
Genre: Drama, School, Sci-Fi, Psychological, Seinen, Thriller
Status: Completed (27 chapter / 4 volume)

Review Singkat

Sudah banyak manga bertemakan death game yang saya baca dan saya review di Curcol.Co. “Signal 100” jelas yang paling fresh dan orisinil konsepnya.

Sinyal-sinyal bunuh diri yang disajikan bervariasi. Dari yang benar-benar sepele sampai yang memang melanggar aturan sekolah. Ini membuat cerita jadi tidak bisa diduga.

Yang membikin gemas adalah sikap sebagian murid kelas 2-C yang gampang percaya pada Wada. Sudah jelas-jelas ia berusaha membunuh mereka, eh kok ya masih dipercaya saja. Ini yang membuat cerita jadi sedikit terkesan tidak natural.

Beberapa twist yang dihadirkan sukses bikin terkejut. Asli gak nyangka. Mulai dari keterlibatan salah seorang murid hingga campur tangan guru-guru lain.

Apa pun itu, yang pasti “Signal 100” ini tampil brutal tanpa sungkan. Bagi yang gampang mual jelas tidak disarankan. Tapi sebaliknya, bagi pecinta komik atau film gore pasti bakal terpuaskan.

Walau tidak banyak banyak, ada beberapa adegan 17+. Sekedar pemberitahuan di awal saja bagi yang masih di bawah umur. Kemungkinan besar sih gak ngefek ya, tetep bakal baca, hehehe.

Untuk ending-nya bagi saya cukup layak menutup segala ketegangan yang terbangun. Mungkin bisa berhenti di titik saat orang terakhir bertahan hidup. Karena begitu muncul epilog, sudah bisa tertebak seperti apa ceritanya.

Penutup

Gak perlu banyak basa-basi. Pecinta komik / manga brutal bertemu permainan hidup mati kudu dan wajib merapat hukumnya ke “Signal 100”. Manga ini punya semuanya. Premis yang orisinil hingga twist yang tidak terduga.

Ada beberapa bagian yang membuat cerita terasa tidak logis. Namun saya pribadi bisa ‘memaafkannya’. Recommended reading lah pokoknya.

Jadi gak sabar untuk nonton versi live action-nya, hehehe.

rm signal 100

Leave a Reply